10 - T E R O M O N G

687 112 8
                                    

Percuma dekat, tapi tak tahu hatinya untuk siapa.

- ??

"DIMDIIIIMMMM!!"

Dagudugdagdug *baca Riri lagi nggedor pintu rumah.

Dengan tak sabar, Riri malah menggedor bukannya mengetok pintu rumah Dimas jam enam pagi, membuat Mama Dimas dengan tergopoh-gopoh membuka pintu.

"Punten Ma," dengan tanpa bersalah Riri langsung berlari ke kamar sempit Dimas di bagian belakang dekat dapur. Entahlah, Mama, apalagi Riri heran, kenapa Dimas hendak berkamar di bagian belakang. Mungkin saja Dimas memiliki cita-cita terpendam untuk menjadi pembantu yang baik. -_-

Ceklek..

Riri langsung membuka pintu kamar Dimas yang memang tak pernah dikunci, karena dirumahnya, mengunci kamar adalah hal yang tak boleh dilakukan. Karena ditakutkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Apa hayoo?

Yah misalnya, Dimas udah ga bernapas lagi, kan susah tuh nyari tukang kunci buat buka pintu. 

Dan terpampanglah Dimas yang tertidur telentang, mangap, dan ada sedikit iler di mulutnya.

Cekrek.. 

"Sip!" ujar Riri langsung menyimpan handphone-nya lagi di saku baju sekolahnya yang kusutnya bukan main. Ya, Riri bahkan tak ingat untuk menyetrika baju sekolahnya karena saking semangatnya untuk menemui Dimas.

"Dim. Dimdim. Bangunn!!"

"Argghh.. Apasih Ri. Gua ngantuk!" Dimas mengibas-ngibaskan tangannya ke muka Riri, bermaksud untuk mengusirnya.

"Dim! Peje gua Dim. Cepetan, nanti pempek Mang Rusdi abis!" Rara masih bersikukuh menggoyang-goyangkan tubuh Dimas.

"Astaga!! Napa sih lo dah!" Dimas menyentakkan duduknya. Memandang lurus dengan siratan kesal teramat sangat pada Riri yang mengganggu mimpi indah-nya.

"Bangun! Bangun! Bangun!" Riri yang ditatap seperti itu malah meneriaki Dimas.

"Arrgghh iyaiya! Tunggu diluar!" Dimas mendorong Riri keluar kamarnya dan menutup pintunya.

"Jangan lama-lama boss!"

"BACOT!" teriak Dimas dari dalam membuat Riri terkikik.

...

"Dim cepet Dim!" Riri kembali menggedor pintu kamar Dimas. Padahal lima menit saja belum sejak dari Dimas menutup pintu tadi.

Ceklek..

"Anjir cepet amat Dim!"

Dimas menghela nafasnya. Cewek serba salah mulu dah!

Akhirnya Dimas hanya berjalan melewati Riri dengan masih menyisir rambutnya dengan sisir kecil.

"Ih jorok amat lu. Belum juga lima menit Mas. Lu ga mandi? Kasih tau Ra--"

Hauupp..

Dimas menyumpalkan nugget yang digoreng Mamanya untuk sarapan.

"Mantab djiwaa!!" ujar Riri, yang malah mengambil satu lagi nugget di meja makan, "Minta lima lagi ya Ma, buat dikantongin," dengan tanpa dosa Riri mencomot lima nugget di meja makan.

Mama Dimas hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat kelakuan anak tetangga baiknya itu.

"Kenapa pagi-pagi banget Ri kesininya? Biasanya juga Dimas yang nyamperin kamu. Kamunya masih tidur," tanya Mama Dimas.

"Oh itu. Riri mau minta pajak jadian Dimas sama Rara Ma. Mereka jadian kemarin. Pas Riri lagi sakit lagi. Sahabat yang tidak baik. Riri lagi sakit, dia malah asik pacaran coba Ma," cerocos Riri panjang lebar.

"Loh bukannya Dimas sukanya sama kam--"

"Ma, kok sayurnya ga enak?" potong Dimas, "Udah deh, Dimas pergi dulu. Ayo Ri!"

"Si--"

Ting..

"Eh bentar," ucapan Riri terpotong karena ada pesan masuk di handphone-nya.

Zian: Udah bangun Ri?

Senyum Riri seketika mengembang. Dan langsung berniat hendak membalas pesan singkat dari Zian tersebut.

Riri: Udah. Malah udah mau berangkat sama--

"Nanti disekolah bisa ketemu," Dimas mengambil paksa handphone Riri dan memasukkannya ke saku celananya lantas mempercepat langkahnya keluar rumah.

"Eh hape gua!" teriak Riri mengejar Dimas.

"SINI--"

"Bisa ga sih lo tuh gausah deket sama cowok lain selain gua?"

"Hah?!"

Jomblo Teyengan [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang