Cukup hal kecil saja kita sudah bisa mencintai atau dicintai, begitu pula dengan membenci atau dibenci.
- unknown
Panggilan masuk --> Dimdimbadimdim
"Ngapain dah nelpon gua, udah tiga kali lagi," sungut Riri, lalu dengan malas ia menghentikan game getrich-nya.
"Hal--"
"Bukain pintu. Gue udah di depan. Bawa martabak keju juga," ucap Dimas dengan nada datar.
"Wohooo!!" Riri berteriak dengan kencang hingga terdengar sangat nyaring di handphone Dimas.
"Jang--"
Tit.. Riri mematikan handphone-nya.
"--ngan lari. Nanti kepeleset," lanjut Dimas sambil menghela nafasnya, walau tahu kata-katanya barusan adalah percuma.
Dan sudah Dimas tebak pasti cewek ini berlarian turun tangga, dan akan terjeremb--
Gladukk..
"ANYING!!" pekik Riri dari dalam rumahnya.
Kan benar tebakan gue. - Dimas
Tentu saja Dimas sudah hapal, karena di pintu masuk dalam rumah ada keset kaki. Dan Riri sering lupa karena saking semangat empat limanya, hingga terpeleset adalah hal yang seringkali terjadi. Dan Dimas suka itu.
Ceklek..
"Lu gapernah bang--"
"Makan," ucap Dimas menyumpalkan sepotong martabak ke dalam mulut Riri yang telah ia siapkan tadi. Lalu dengan santainya Dimas masuk kedalam rumah menuju kamar Riri.
"Ngapain kesini?" Riri bersungut-sungut selepas melihat getrich-nya yang kalah.
"Besok ulangan matematika bego!" ujar Dimas gemas lalu menyita handphone Riri.
"Rara kesini gak?" tanya Riri tiba-tiba dengan semangat.
"Iy--"
"Halo semua!" tiba-tiba suara Rara terdengar dari ambang pintu.
"Raraaaaaaaaaaa!!!" Riri menghambur kepelukan Rara.
"Gausah lebay. Nih chatime."
"Hehe.. Tau aja dah." Riri langsung menyambar bungkus chatime dari tangan Rara.
Seakan baru teringat sesuatu, Rara langsung menyeret Riri ke tempat Dimas duduk.
"Gila aja dah lu tadi ngapain ama Zian!" Rara bertanya dengan nada seperti hendak menelan meja.
"Idih. Gua cuma praktekin elo doang kok," ucap Riri tak acuh dan melanjutkan memakan dan menyeruput minumannya sekaligus.
"Gila dah gila. Tapi dia minta nom--"
Ting.. Pesan masuk di hape Riri.
XXX nomor: Ini bener nomornya Riri. Gue Zian.
"Ra! Ini Zian!!" Riri berseru, "Lo ngasih nomor handphone dia ke gue?"
"Iya. Tadi dia minta," ucap Rara pada Riri yang sekarang sudah beralih lagi kearah handphone-nya.
Riri: Bener bener. Kenapa Zi?
ZianeZian: Nggak. Lagi ngapain?
"Lu ngasih nama bener-bener dikit kek. Cukup nama gue sama nama Dimas aja yang lu rusakin," omel Rara.
"Biar we!"
Riri: Lagi kerja kelompok bareng Dimas Rara. Mau ikut?
"Ri liat dikit napa," omel Rara lagi lalu mendempet ke arah Riri yang sedang sibuk membaca chat yang baru masuk dari Zian.
ZianeZian: Hahaha... Beneran boleh nih? Emang rumah kamu dimana?
"Gilaaakk! Si Zian mau dateng!" Rara memekik tiba-tiba.
"Anjir anjir!" lanjut Riri.
Sementara itu, Dimas terlupakan.
Riri: Rumah aku di Gang Cinta But--
"Belajar," ucap Dimas sembari menarik handphone di tangan Riri.
"Yah DIMAS!!" bentak Riri, "Gue mau bales bentar aja. Zian mau belajar bareng kita."
"Udah udah," ujar Rara menghentikan Riri, "Nanti Dimas marah lu yang susah," lanjutnya, mengingat dulu saat Dimas pernah marah ke Riri karena hal sepele, main game sambil makan. Dimas tak menegur, bahkan menoleh kearah Riri pun tidak. Dengan terpaksa, Riri akhirnya membelikan bunga untuk Dimas, dan ajaibnya, Dimas ga marah lagi pemirsa.
"Lu kenapa dah!" sungut Riri masih tak terima.
Rara menghela nafasnya.
"Tau gak. Si Zian pernah nembak gua dulu."
"Hah? Beneran?!" sontak Riri membulatkan matanya dan duduk merapat ke depan Rara lalu menopang dagunya.
"Ceritain coba," ucap Riri dengan mata berbinar.
Dimas hanya menoleh sedikit dan melanjutkan pekerjaannya.
Bego. - batinnya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Teyengan [Completed]✔
Historia Corta[Private some chapter, ending, and ekstra part. Follow me first for comfortable reading. Thanks!!] Pernah denger istilah jomblo teyengan? Okeh itu teh bahasa Jawa artinya Jomblo Karatan. So udah pernah dengar jomblo karatan? Ini hanya sekelumit ceri...