9 - Rara

2.2K 226 17
                                    

Jadi intinya, jangan sahabatan sama lawan jenis. Ditakutkan salah satunya ada yang punya rasa.

-

Di taman belakang rumah Riri.

"Kok lo ngomong gitu sama Riri? Ntar dia nyangka beneran kalo kita pacaran Dim?!" ujar Rara terlihat sedikit gusar.

"Bukannya dari dulu lo emang mau pacaran sama gua?"

Jlebb.. Muka Rara langsung memerah. 

"Bukannya dari dulu sebenernya banyak yang suka sama Riri, tapi gara-gara elo yang ngedeketin setiap gebetannya Riri jadinya elo yang malah disuka sama mereka. Kebetulan elo juga cantik sih. Tapi bagi gua Riri tetet yang terbaik."

"Gua gapernah git--"

"Udahlah. Gua udah tau semuanya kok. Tentang elo yang sebenernya suka sama gua. Gara-gara gua yang terlalu baik sama Riri maka dari itu lo jadi cemburu dan ngelakuin itu semua ke Riri. Ya kan?"

"Eh, engga kok it--"

"Ternyata ngga nulis karya ilmiah aja yang lo suka, curhat di belakang buku juga, ampe lupa kalo ternyata lu nyoret-nyoret di buku fisika gua."

Rara terdiam mendengar penuturan Dimas. Ia bahkan tak ingat pernah menulis di buku itu dan apa isinya.

"Ternyata penyebab jomblo teyengannya Riri itu elo ya. Haha.." ucap Dimas tertawa hambar.

Terdengar Rara mendesah kasar dan mengusap mukanya.

"Iya, gua akuin gua suka elo. Terus kenapa? Emang salah?! Dan yang pasti, elo ga mungkin ga suka gua!" ucap Riri sedikit menaikkan oktaf suaranya.

"Ngga. Lo salah besar. Udah ada cewek yang gua suka dari dulu banget," ujar Dimas yang membuat Rara mendelik tak percaya dan penasaran.

"Jangan bilang itu Riri."

Terlihat Dimas langsung tersenyum miring, "Kalo lo bener kenapa?" ujarnya sembari menaikkan salah satu alisnya.

"L-lo b-bukannya--"

"Bukannya suka sama elo gitu? Nggaklah!" ujar Dimas, "Ra dengerin ya. Gaada yang namanya sahabatan antara cewek ato cowok tanpa ngelibatin perasaan."

Rara terdiam mendengar kalimat Dimas.

"Oke gapapa! Tapi gue pengen tahu satu hal."

"Apa?" tanya Dimas sembari menaikkan satu alisnya.

"Kenapa selama ini lo ga nembak Riri?"

"Gamau aja. Dengan Riri masih ada disamping gue dan dia ga pacaran sama cowo lain juga udah cukup. Gaperlu pacaran juga. Langsung nikah aja enak kali ya.."

Rara terdiam lagi, tapi kali ini hendak tertawa.

"Gapapa deh lu mau ketawa. Oh iya. Sebenernya gua mau terima kasih ke elo. Karena berkat elo, semua cowok pada gajadi ngedeketin Riri. Jadi intinya gua ga marah kok sama elo. Tinggal satu cowok aja yang mau gue beresin.

"Zian?"

Dimas hanya tersenyum miring.

"Kok gua jadi rada ngeri gitu ndenger kalimat lo barusan. Kayak kelihatan pengen ngebunuh orang aja. Psikopat," ucap Rara yang berniat seperti bercanda, namun terdengar hambar.

"Hah, ya kagalah. Gua cuma mau bilang sama Zian, 'Tembak lagi Rara aja, soalnya Rara udah ga ada harapan lagi buat suka sama gua, karena gua udah suka Riri.' Udah itu aja."

"Kok lo bisa ngomong gitu!" Rara membentak kasar.

"Yah emang bener kan. Gua suka Riri. Lo suka gua. Jadi pasti lo ga punya harapan lagi ke gua. Dan tolong banget ya, biar Zian gasuka ke Riri. Soalnya, kayaknya Zian mulai suka sama Riri."

"Kok lo sekarang bikin gua kesal ya Dim? Seenaknya nyuruh orang!" terdengan suara Rara teramat kesal menahan emosinya.

"Udahlah. Biasanya juga lo kayak gitu. Kalo ada cowok yang suka Riri, lo langsung nik--"

"Cukup kata-kata lo. Gue muak!" ujar Rara lalu melangkah masuk ke rumah Riri.

Dimas hanya tersenyum miring.

...

Riri itu spesial bagi gue. 

Kenapa?

Karena dia apa adanya.

- Dimas

Jomblo Teyengan [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang