"APA YANG TERJADI?!"
Taeyong mendengar suara teriakan seseorang. Dia mencoba membuka matanya tapi menyadari jika sebelah matanya tidak bisa terbuka. Tubuhnya terasa sakit dengan luka di mana-mana. Pandangannya kabur dan buram oleh sesuatu yang berbau amis dan lengket. Meski begitu dia tahu siapa yang berbicara.
Doyoung berdiri di hadapannya. Kulit wajahnya pucat pasi dan penuh ketakutan.
"Do-young..." Taeyong mencoba bicara dengan terbatuk-batuk.
"Diam. Jangan bicara. Kita harus segera membawamu ke rumah sakit."
Dia merasa tangan Doyoung mengangkat tubuh kecilnya dalam dekapan, mendorong pintu terbuka dengan bahu.
"Doyoung... aku... mataku berat..."
Taeyong terbatuk lagi.
"Diam tuhan, Lee Taeyong! Diam dan jangan bicara lagi!"
Taeyong bisa mendengar kepanikan dalam suaranya. Dia merasakan ketika dirinya didudukkan di kursi belakang mobil. Setelah perjalanan yang terasa sangat lama, dia menyadari akhirnya mobil mereka berhenti dan Doyoung menggendongnya lagi, menuju salah satu pintu masuk gedung rumah sakit.
Taeyong yakin mendengar suara panik Doyoung yang berteriak meminta tolong.
"Apa yang terjadi?"
Suara seorang wanita bertanya.
"Aku tidak tahu, saat aku menemukannya, dia sudah seperti ini. Jika aku tidak salah menebak, ini pasti ulah kekasihnya yang abusive. Bajingan itu selalu berlaku kasar dan kejam, tapi tak kusangka akan sampai seperti ini-"
Doyoung mengutuk.
Tubuhnya dibaringkan disebuah ranjang dorong. Mereka bergerak.
"Apa Anda mengenalnya?"
Tanya wanita itu.
"Ya. Saya bekerja untuknya."
"Siapa namanya?"
"Lee Taeyong."
"Baiklah. Tunggu di sini, kami akan mengabari jika kami telah selesai memeriksa dan mengobati luka-lukanya. Silahkan tuan mengurus administrasinya dulu."
Dia mendengar wanita itu berkata lagi, kemudian kehadiran Doyoung terasa menghilang dari sisinya. Dia dibawa masuk ke sebuah ruangan dan dipindahkan ke tempat tidur. Ada beberapa orang mengerumuninya.
"Taeyong-shi. Kami akan membiusmu. Kau akan baik-baik saja-"
Dia mendengar seseorang bicara lagi, tapi suara itu memudar dengan cepat. Segera setelahnya, Taeyong mulai kehilangan kesadaran dan tertidur dalam kehampaan.
Taeyong terduduk tegak di tempatnya. Dia mengutuk dan mengusap dahinya. Tidak tahu sejak kapan tertidur dengan tangan tertelungkup pada pianonya.
"...sialan. Mimpi buruk itu lagi..."
Taeyong berdiri dan pergi ke dapur. Ia menuangkan Whisky ke gelas, menelan cairan itu dengan cepat sebelum menuangkannya lagi. Meskipun denyutan sakit di kepala dan perih di lambungnya -yang baru diisi sedikit saat makan siang tadi- menyuruhnya berhenti, dia tetap melakukan sebaliknya. Terus minum.
"Ini masih sore dan kau sudah minum-minum? Pikirkan sedikit kondisi lambungmu itu," kata Doyoung dari arah belakangnya.
"Aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Tinggalkan aku sendiri, Doyoung," geram Taeyong.
Doyoung menyilangkan lengannya, mendengus.
"Ya, aku menuruti permintaanmu itu terakhir kali dan justru menemukanmu terluka parah. Kau ingin mengalaminya lagi, huh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast [✔]
FanficSeperti cerita dongeng, katanya ada monster berwajah mengerikan yang tinggal di rumah itu.