Jaehyun memindahkan barang terakhirnya ke kamar Taeyong.
"Kamar kami," koreksinya sambil tersenyum-senyum sendiri.
Dari luar, dia bisa mendengar sorakan kekaguman Mark mengenai salah satu dari sekian banyak ruangan kosong di rumah besar ini yang akan jadi kamar tidur barunya -yang jauh lebih besar dibanding kamar di rumah lama mereka.
Langkah semangat anaknya itu terdengar menyusuri lorong, sambil berteriak betapa mengasyikannya bisa tinggal disini.
Mark juga tiba-tiba merengek pada Taeyong ingin punya akurium besar.
Astaga, anak itu...
"Mungkin nanti untuk hadiah ulang tahunmu. Oke?"
Suara Taeyong terdengar sebelum dia masuk ke dalam kamar. Mark? Sepertinya dia sudah berlarian lagi di sekitar lorong sambil berteriak riang setelah mendengar janji itu.
Taeyong menutup pintunya -tersenyum tapi menghela napas.
"Jangan dengarkan permintaan aneh Mark," kata Jaehyun tidak enak.
Taeyong mengangkat tangannya santai.
"Akuarium bukan permintaan aneh. Setidaknya Mark tidak minta dibuatkan lapangan futsal di dalam rumah."
Jaehyun tertawa. Dia menarik Taeyong ke sisinya, kemudian memeluknya dari belakang.
"Ini sempurna. Terimakasih," bisiknya pada Taeyong -sambil melihat pemandangan di luar melalui jendela melewati bahu kekasihnya.
Taeyong menyandar nyaman di dada Jaehyun, mengangguk.
"Aku senang jika kau menyukainya."
"Maksudku, bukan hanya rumahnya." Dia membalik tubuh Taeyong agar mereka bisa berharapan. "Aku tentu saja suka rumahnya, tapi yang membuat semuanya semakin sempurna adalah ini," katanya manis tepat di depan bibir Taeyong sebelum menciumnya.
"Dad!"
Mark berteriak.
Jaehyun tersenyum bahagia dan menjauh dari Taeyong.
Dia tidak bisa mengharapkan hal lain yang lebih baik dari ini di hidupnya -berada didekat semua orang yang benar-benar dia cintai dan hidup bahagia bersama mereka.
"Makanannya sudah datang!" Teriak Doyoung memberi tahu.
Kali ini waktunya bersama Taeyong memang terinterupsi. Tapi mereka punya banyak waktu dan privacy nanti di rumah besar ini. Jaehyun tersenyum kesenangan, tak sabar menantikan malam tiba.
"Aku mulai merindukan masakan, Doyoung," keluh Taeyong saat mereka turun.
Memang benar sudah dua minggu sejak Doyoung keluar dari rumah sakit, tapi meski kondisi sudah membaik Taeyong belum memperbolehkannya bekerja terlalu keras -termasuk memasak. Mereka lebih sering memesan makanan via delivery dari restoran terdekat atau restoran fast food.
"Boleh aku yang memberikan uangnya, uncle?" Mark menarik kaki Taeyong. Memandang polos penuh pengharapan.
Taeyong meraih dompetnya dan menyerahkan uang untuk membayar makanan mereka -sudah termasuk beberapa lembar tambahan sebagai tips- dan kemudian mengangguk, tersenyum.
"Ini."
Mark langsung berlari dan menyerahkan uang itu pada si pengantar makanan -bersama Doyoung yang mengikuti di belakang.
"Uncle! Uncle! Sinikan! Biar Mark yang bawa!"
Dia berusaha menggapai-gapai demi meraih kantung kresek berisi makanan yang dibawa Doyoung, tapi Doyoung tak menggubrisnya -sengaja menjauhkan itu dari jangkauan Mark. Membuatnya anak itu cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast [✔]
FanficSeperti cerita dongeng, katanya ada monster berwajah mengerikan yang tinggal di rumah itu.