▫10▫

22.5K 3.7K 642
                                    

"Jaehyun!"

Doyoung memanggilnya saat hendak pulang -sudah ada di dekat pagar. Jaehyun menunggunya ditempat sementara si pria kelinci menghampiri untuk mengikis jarak

"Aku ingin mengucapkan terima kasih, untuk apa yang telah kau lakukan hari ini. Aku tidak pernah melihat Taeyong sebahagia dan seriang itu lagi sejak lama," kata Doyoung.

Jaehyun tersenyum.

"Aku senang bisa sedikit membantu."

"Bukan hanya sedikit! God! Yang kau lakukan itu seperti sebuah keajaiban!" Doyoung menekankan, "Sudah hampir dua tahun dia tidak pernah keluar rumah, mengasingkan diri di kegelapan, menjadi pemurung. Tapi kau berhasil membujuknya begitu saja. Kau berhasil meyakinkannya! Melihat tuan bodohku tersenyum lagi- itu sangat berarti untukku..."

Doyoung berhenti dan menatapnya.

"Terima kasih..."

Jaehyun tertawa, menganggukkan kepala.

~

"-Apa?"

Taeyong memelototi Doyoung. Pelayan sekaligus teman baiknya itu sudah menatapnya selama beberapa menit tanpa mengatakan apa-apa -hanya dengan senyuman bodoh di wajahnya.

"Tidak."

Doyoung mengangkat bahu.

Dia terus membersihkan debu dari grand piano dengan lap ditangannya sementara Taeyong menuliskan beberapa coretan di partitur musiknya.

Suasana hening kembali.

Segera, setelah Taeyong bisa merasakan tatapan itu pada dirinya lagi, dia mendongak dan melihat Doyoung masih dengan senyum bodoh tertempel di wajahnya.

"APA?!" teriaknya, melempar pensil.

"Aku hanya sedang senang hari ini! Melihatmu tersenyum, keluar, menikmati sinar matahari, dengan seseorang." Doyoung mengangkat-angkatkan alisnya di bagian terakhir.

"Kami tidak ada hubungan apa-apa, Doyoung, jika itu yang mau kau tahu. Aku tidak akan pernah terlibat hubungan seperti itu lagi dengan orang lain. Tidak juga Jaehyun."

Doyoung cemberut.

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian. Titik. Selesai. Tamat. Bye."

Taeyong mengumpulkan lembar partitur dan memasukkan itu dalam folder kertas.

"Tapi dia peduli padamu dan aku tahu kau menyukainya."

Doyoung mengikutinya menaiki tangga besar.

"Tinggalkan aku sendiri, Doyoung," kata Taeyong, tanpa berbalik menatapnya.

"Tidak, aku tidak akan pergi sampai kau mengakui bahwa kau memiliki perasaan padanya, tuan."

Doyoung mengikutinya menyusuri lorong.

"Tidak."

"Taeyong."

"Tidak."

"Apa kau mau aku terus mengikutimu?"

"Tidak."

"Kau tidak bisa lari dari ini-"

"BERISIK!"

Taeyong membanting pintu di depan wajah Doyoung. Dia mendengar Doyoung menghela napas.

"Dia peduli padamu, dia memiliki perasaan itu padamu. Kau tidak bisa bersembunyi terus dan menolak cinta selamanya, Taeyong! Sama seperti saat belajar memasak! Bukan berarti karena makananmu gosong dan tidak enak di percobaan pertama, kau harus menyerah dan berhenti mencoba-"

Beauty and The Beast [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang