21. Cold Night

3.5K 284 32
                                    

-o-o-o-

Disana seorang laki-laki dengan setelan yang.. err sepertinya bewarna serasi dengannya berdiri dengan arogan, jika Leo tidak muncul artinya orang ini adalah salah satu anggota keluarganya tapi karena proposi tubuhnya tidak sesuai dengan yang saudaranya yang lain, bisa ia pastikan orang ini adalah salah satu sepupunya.

Wajahnya tidak terlihat karena cahaya termaram, hanya setengah badannya saja yang terlihat. Barulah ketika orang itu melangkahkan kakinya maju ia dapat mengenali siapa sosok itu.

"Sial, jadi ini alasan kenapa aku harus pake setelan warna ini." Ucapnya membuka suara lagi dan menatap Sarah degan tatapan sebal.

-o-o-o-

7:38 PM | Manhattan, New York | Grand Winston, Private room

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7:38 PM | Manhattan, New York | Grand Winston, Private room

"Cantik." Gumamnya tanpa sadar namun akhirnya sadar setelah melihat penampilan orang yang berdiri di depannya ini.

"Ck. Kau ini." Lagi, orang itu mengomel setelah selesai memperhatikan gaun yang Sarah pakai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dengan cepat ia melepas jas bewarna putih gading itu dan menyampirkannya dipundak sepupunya untuk menghalau angin malam.

"Apa?!" Tanyanya galak ketika Sarah hanya diam sambil menatapnya.

Mendengar nada ketus itu, Sarah langsung merubah ekspresinya. "Ya biasa aja dong." Ucapnya tidak kalah ketus. Mana tadi ia sedang bosan ditambah kedatangan orang ini. Kenapa sih kalau bertemu orang ini, bawaannya mau marah terus. Untung gadenger, budek sih kasian.

Karena sudah kesal pake banget, Sarah dengan malas berniat melepas jas yang sudah tersampir di pundaknya itu.

Baru saja ia melepas setengah, namun tangan yang lebih besar di depannya ini malah menahannya dan malah mengancingkan jas tersebut. "Kenapa di lepas? Mau sakit?" nada yang digunakan orang ini masih sama seperti sebelumnya, ketus.

"Jangan nyebelin apa, dasar JAJA!"

"Jaja—? ENAK AJA RARA JONGRANG!"

"IHHH SEBEL! GATAU AH!" Sarah berjalan melewati orang itu dengan menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Ngadu deh ngadu, cuih." Kata orang itu yang tidak lain adalah Jason, satu-satunya sepupu Sarah yang sepantaran dengannya.

Tidak terima dibilang tukang ngadu, Sarah kembali berjalan kearah sepupunya itu dan langsung memukul pundaknya keras. Biarin aja! Biar tau rasa!

"Akh!" Jason mengusap pundaknya. Sakit juga.

"Apa?!" Tanya Sarah balik dengan ekspresi yang dibuat galak. Tapi tetap saja, jatohnya malah menggemaskan.

"Gacocok marah-marah." Ucap Jason santai dan malah membalikkan badannya, menghadap pemandangan kota Manhattan. Menghiraukan kekesalan sepupunya.

Beberapa menit telah berlalu dan tidak terdengar suara apapun diantara keduanya. Bahkan Jason sempat mengira jika sepupunya itu sudah pergi kembali masuk kedalam, tapi ia tidak mendengar suara langkah apapun, kemungkinan lainnya adalah Sarah masih setia berada di belakangnya.

My Dear, BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang