11. təˈɡeT͟Hər

4.4K 337 20
                                    

-o-o-o-

Previously on Brother...

Sora tampak berpikir sebentar lalu mengangguk, "Kak Tao ikut aja yuk!" Kata Sora dengan tampang polos.

Tao menepuk jidatnya pelan. Kai dan Sehun menahan tawanya. Sudah dibantu, malah menertawakan, memang tidak tahu diri adik-adiknya ini.

"Tega amat Ra, aku kan mau sama kamu aja hari ini. Kita main aja deh berdua disini." Ok, tawaran Tao sedikit menarik perhatian Sora.

-o-o-o-

07:20 AM | WALACE's Private Jet | Diatas langit

Merasa tidurnya terganggu dengan sentuhan pelan— teramat pelan namun sentuhan itu dilakukan berulang kali hingga cukup mengganggu tidurnya. Dengan malas, ia membuka salah satu matanya. Awalnya buram namun kelamaan menjadi sedikit jelas, jika seseorang yang mengganggu tidurnya adalah tangan kiri Papanya— Ben.

Ketika sudah berhasil membuka kedua matanya Ia menatap Ben dengan tatapan sedikit kesal. Ia benar-benar lelah dan ia ingin tidur beberapa jam lagi sebelum landing nanti. Baru juga Ia membuka mulutnya, Ben sudah mengeluarkan suaranya. Cukup pelan, mungkin hanya dia saja yang bisa mendengarnya.

"Mohon maaf sebelumnya Tuan Muda, tapi Tuan besar memanggil anda. Beliau bilang, ingin melanjutkan pembicaraan kalian berdua yang sempat tertunda." Kata Ben sambil berbisik. Setelah mengatakan ini, kedua matanya melirik Luhan yang tertidur dibangku depan Kris. Memastikan jika Luhan tidak terbangun dengan kedatangannya.

Kris berpikir sebentar lalu Ia teringat. Mengangguk pelan dan merenggangkan badannya sebelum beranjak. Ia berjalan mengikuti Ben dan tidak sengaja melirik kembarannya, Xiumin yang dilewatinya. Ia bisa lihat Macbook milik Xiumin masih menyala, dan meja yang sangat berantakan. Penuh dengan bungkus makanan.

Kris bisa menebak jika Xiumin tidak tertidur semalaman, karena tidak tega ia meminta salah satu pramugari untuk segera membersihkan meja Xiumin tanpa membangunkannya lebih dulu.

"Tuan Muda." Panggil Ben ketika merasa Kris tidak lagi mengikutinya.

Kris pun menlanjutkan perjalanannya memasuki pesawat lebih dalam lagi. Ben menaiki tangga menuju lantai atas pesawat ini. Kris masih mengikuti dari belakang, tinggal beberapa langkah sebelum mencapai anak tangga pertama, Ia sempat bertatapan dengan Leo yang baru saja keluar dari kamar mandi. Leo tadi menatapnya dengan tatapan bertanya yang dibalas dengan tatapan 'Nanti kuceritakan'. Leo mengerti dan membiarkan Kris menaiki tangga.

"Morning, Christian." Suara Andrew menyapa indera pendengaran Kris ketika ia baru saja sampai dilantai dua.

"Morning, Dad." Jawab Kris sekenanya. Ia pun mengambil duduk didepan Papanya.

"Ben, siapkan kopi untuk kami berdua—"

"Pa, belom sarapan pagi." Potong Kris cepat. Ia tidak ingin nanti jika mamanya melihat suaminya sedang meminum kafein dipagi hari sebelum sarapan. Sudah dipastikan akan terjadi keributan.

Andrew terkekeh pelan— sangat pelan hingga lagi-lagi hanya Kris yang dapat mendengar lalu meralat perintahnya. Sekarang ia meminta dibawakan sarapan pagi ini.

"Sambil sarapan, is it okay for you?"

"I'm fine."

Andrew mengangguk-anggukan kepalanya, "Papa mendengar keributan di kantor setelah rapat kemarin. Apa benar?" tanpa berniat bersusah payah untuk berbasa-basi sebelumnya, papanya langsung menanyakan kejadian kemarin.

"Hanya kesalahpahaman."

Merasa tidak puas, Andrew menaikkan salah satu alisnya, "Benarkah?"

Kris mengangguk. Memang itu yang terjadi. Apalagi?

My Dear, BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang