7. Memandangimu

73 5 0
                                    

Jangan menangis kawan-kawan. Apa kalian masih sedih tentang ceritaku kemarin? Kalo tak sedih ya sudah, aku pergi. (Ngambek)

-Raditya Anjovi Salahudin-

-
-
-

Hari ini adalah hari dimana Aisya dan Radi dihukum untuk membersihkan lapangan, awalnya hari Rabu, tapi karena Pak Rengkuti wali kelas Aisya dan Radi dikelas X-6 berhalangan hadir, jadi hukuman mereka diganti hari Jumat.

Sebenarnya, hukuman ini akan tetap dilaksanakan Aisya ada atau tanpa ada Pak Rengkuti tapi...

"Saya bukanya tidak percaya sama kalian, tapi saya benar-benar ingin mengawasi kalian, terutama kamu Radi. Saya ingin tau karakter kalian." setidaknya itu yang diingat Aisya.

***

Aisya [POV]

Aku sedang menyapu lapangan untuk membersihkan dedaunan yang jatuh dari pohon beringin yang gagah, dan yang konon katanya terkenal angker.

Aku pernah dengar katanya kak Tika pernah melihat sosok penampakan anak kecil, pake popok, dan botak kaya tuyul gitu.

Terus Anwar anak kelas X-6 teman sekelas Aisya plus temen curhat Aisya, pernah liat kaya cewek, rambut panjang keriting, pake rok mini, dan menor abis lagi berdiri didekat pohon beringin itu dan melambai-lambaikan tangan ke arah Anwar, banyak yang bilang itu cuma wali muridnya kak Tika karena Anwar bilang cewek itu menor abis dan kak Tika kan menor dan agak lebay bukanya menghina sih tapi emang gitu, dan ada juga yang bilang itu tante-tante dari Kalijodo yang sengaja mampir ke sini, bahkan ada yang bilang juga itu om-om yang pengen macarin Anwar. Entahlah dari cerita itu semua tidak ada yang bisa dipastikan kebenaranya.
Sedangkan Radi sedang pura-pura mencabuti rumput taman sekolah dibalik semak-semak yang tinggi dan lebat dan Pak Rengkuti takkan bisa melihat apa yang dilakukan Radi saat ini, sedang tidur dengan tanganya yang dijadikan bantal.

Sedangkan Pak Rengkuti sendiri sedang duduk diatas kursi sambil membaca koran yang hampir menutupi wajahnya. Dan hanya aku yang bekerja disini.
"Aisyah?" panggil Pak Rengkuti

"Ya Pak?" jawabku

"Kamu tetap bekerja ya? Bapak pergi ke toilet dulu, inget! Tetep kerja bapak akan tetap awasin." ujar Pak Rengkuti dengan nada mengancam yang lucu aku saja sampai geli mendengarnya.

"Iya pak, siap" jawabku sambil tanganku memberi tanda hormat bak Prajurit pada Jenderalnya.

Saat kulihat Pak Rengkuti sudah lari menuju kamar mandi yang ada dipojok.

'Mungkin saking kebeletnya.' batinku.

Akupun melanjutkan aktivitasku. Beberapa menit kemudian Pak Rengkuti tak kunjung datang juga.

Saat kulihat dikursi Pak Rengkuti sudah ada Radi duduk disana dengan dangan melipat didepan dada dan kaki kirinya yang dilipat diatas kaki kanan, jika dilihat baik-baik Radi dan aku seperti bos yang sedang mengawasi anak buahnya bekerja.

Tapi, saat kulihat baik-baik Radi dari tadi memandangiku terus, wajahku pun memerah tak enak dilihat terus dari tadi aku pun mulai mengomel padanya.

"Heh?! Loe apaan sih? Dari tadi liatin gue aja. Kerja kek?" omel ku.

Dia malah tertawa kecil.

"Iya gue pengen ngeliatin muka lu, soalnya imut sih." jawabnya tanpa beban dan malah memajukan kursinya didekatku, wajahku pun tambah memerah, merasa tak nyaman aku pun menggeser posisiku menyapu satu meter lebih jauh dari Radi, eh dia malah memajukan lagi kursinya dan aku kembali menjauh darinya dua meter. Dan akhirnya kami pun seperti kejar-kejaran.

"Lagi ngapain kalian?" tanya Pak Rengkuti yang tiba-tiba datang, Radi pun akhirnya kembali mencabuti rumput dan kali ini beneran mencabuti rumput. Dan sampai pukul setengah enam sore kami diperbolehkan pulang.

***

Aku menunggu angkot yang tak kunjung datang didepan gerbang sekolah, kulihat jam tanganku yang menunjukan pukul setengah enam lebih lima belas menit. Radi datang dengan motor ninja warna hijau miliknya. Dia memandangiku dari atas motor.

"Mau bareng gak?" tanyanya agak tidak jelas karena helm full face yang telah ia pakai.

"Gak" jawabku jutek.

"Beneran nih?? Jam segini biasanya angkot udah jalan." godanya.

"Enggak. Pulang sono."

"Beneran? Yaudah abang pulang yak neng? Awas magrib-magrib banyak setan keluyuran loh, neng." godanya lagi.

Aku pun mulai cemas dan menimbang-nimbang tawaranya.

"Beneran gak mau? Yaudah gue pergi." dan kali ini motornya sudah maju dua meter dariku.

"Eh tunggu-tunggu, gue ikut." pintaku terpaksa karena waktu sudah menunjukan pukul enam lebih lima menit.

***

TBC

Note :

Hadeuhhhh, kalian capek baca terus? Aku sih capek nulis terus. He he he.

Baemoori---------------------------------------------

Satu RadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang