18. Aku rindu Radi

66 4 0
                                    

Radi, dimanakah engkau? Mengapa sepekan ini tidak mengabariku? Mungkin hanya menyapa 'hai' lewat SMS saja, itu lebih dari cukup membuatku tenang. Radi, mengapa selama aku terpuruk karena cintaku yang bertepuk sebelah tangan ini, kau tidak menenangkanku? Ah, aku lupa aku bukan siapa-siapamu. Aku bukan pacarmu, aku bukan ibumu, apalagi guru ngajimu.

                                   -Aisya-
-
-
-

Ku tepati janjiku pada Fath, hari ini sekolahku sangat membosankan.

"Syah, kenapa nggak berangkat?"

"Ai, kamu sakit ya?"

"Aisya, kamu udah ngerjain PR Bahasa Inggris?"

"Aisya, dicariin Pak Rengkuti tuh."

Yahh, kira-kira begitulah  pertanyaan dari teman-temanku.

Aku penasaran, apa sebenarnya hal yang direncanakan oleh Fath? Apa arti senyumanya? Apa itu senyum kemenangan Fath?

"Astaghfirullah," segera ku ucapkan istighfar, karena sadar telah su'udzon pada sahabatku sendiri.

"War," ku pukul bahu Anwar, yang duduk disebelahku.

Dia hanya diam.

"Anwar bunti..." belum sempat ku melanjutkan kata-kata ampuh yang akan membuat Anwar berhenti dari mogok bicaranya itu.

"Apa sing, Neng?!" potong Anwar.

"Cieee, mogok bicaranya batal." godaku.

"Ih, nggak peka banget sih, Neng. Radi tuh suka ama elu." Radi? Ah, jadi teringat Radi.

Aku menoleh pada bangku Radi yang kosong. Kosong? Kemana dia? Segera ku arahkan wajahku pada Anwar dan menatapnya serius.

"Kenapa jadi nyangkut-nyangkut soal Radi?" tanyaku yang membuat Anwar memelototiku.

"Kenapa? Gue tuh nggak suka loe deket sama tuh si ketua osis, gue maunya loe deket sama Radi!" bentak Anwar.

"Kenapa jadi loe yang marah?! Dan kenapa loe ngatur-ngatur gue?!"

"Gue tuh peduli sama loe, Neng."

"Gu.." kata-kataku terpotong karena tatapan seluruh anak dikelas ini yang menatapku bingung.

"Ssssst," hampir seluruh siswa meneriaku tatkala kulihat tubuh tegap Pak Rengkuti sudah ada dibalik pintu.

"Selamat pagi," sapa Pak Rengkuti.

"Pagi paaak,"

"Oh ya, ada satu teman kalian yang pindah sekolah, namanya Radi." jelas pak Rengkuti.

Belum satu menit Pak Rengkuti berbicara semua sudah pada sibuk berbicara pada temanya sendiri.

"Ih untung deh si biang kerok, udah pindah, " bisik salah seorang cewek yang duduk didepanku.

"Aaaa, Radi pangeranku..."

"Radi, kenapa kamu pindah?"

Satu RadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang