14. Para fans jahanam

47 4 0
                                    

Maaf, aku telah membuatmu khawatir. Tapi, satu hal yang harus kamu tau, bahwa aku jatuh cinta hari ini.

                 -Radi-
-
-
-

Kami sedang sarapan diruang makan rumahku. Kami. Aku, Bunda, Ayah dan Radi. Yah, Radi jangan kaget.
Jam enam pagi dia menjemputku, ya pasti aku belum siap-siap lah. Alhasil Bunda mengajak Radi sarapan bareng. Dasar kampret pasti ada maunya dia nganter aku ke sekolah.

"Oh iya nak Radi, Aisya tolong sering-sering diperhatiin ya? Dia itu anaknya ceroboh banget trus manja lagi." kata Ayah diruang makan.

Alhasil mukaku memerah.

"Siap om."

"Oh ya, nak Radi Aisya kalo mau diajak jalan atau kamu jadiin pacar juga boleh." ledek Bunda.

'Whatdepak.. Gara-gara Radi kampret nih.'

"Siip Tante." balas Radi sambil menyeringai ke arahku.

"Eeh, jangan panggil tante. Panggil Bunda aja. Panggil saya Ayah juga." Ayah menimpali.

'Shiiit'

***

BRRRRMMM

Suara aungan motor ninja milik Radi menggema didepan halaman Rumah Aisya.

"Hati-hati nak." kata Ayah dan bunda bebarengan. Radi hanya membalasnya dengan mengacungkan jempol.

"Kamu ngapain kemarin nggak masuk sekolah?" tanyaku diatas motor.

"Kenapa? Kangen? Khawatir?" dia malah balik nanya dengan suara yang tidak jelas karena helm full face nya.

"Idih amit-amit. "

Sesampainya disekolah semua orang melihat kami. Ada yang berteriak histeris, siapa lagi kalo bukan Radilovers heh, kaya gini diidolain. Ada juga cowok-cowok yang memandang kami dengan tatapan yang entah gimana, yah walaupun gini-gini aku punya fans hehe.

"Kyaaaaa, Arka sama Aisya, so sweet..." teriak salah satu fansku.

"Kyaa cocok." teriak yang lain.

Tapi ada juga yang merasa tidak suka, fans Radi yang pasti.

"Idihh Radi si pangeranku sama si cewek cupu itu." katanya sambil menujuk-nunjukku.

"Kyaaaa Radi sama si cewek jelek."

'Huh, sabar Syah sabar. Allah selalu melindungimu, sabar...' batinku sambil mengelus dada.

"Kyaaaa Radi sama si cewek jalang." teriak salah satu kakak kelas 12, yang semua orang tau dia itu nge-fans berat dengan Radi. Bahkan, dia sudah berkali-kali me-ngedor atau menembak Radi.

Dan kali ini aku tidak bisa menahan amarahku yang meluap-luap dan aku pun segera menghampirinya.

"Heh apa maksud lo jalang? Lo kali yang jalang, dasar CABE!!!" kataku dengan menekankan kata 'cabe' dengan keras. Dia hanya mendengus dan merasa kikuk. Dan aku pun segera meninggalkan tempat tersebut sebelum emosiku semakin bertambah.

"Kaamu kenapa sih?" tanya Radi, yang buru-buru menghampiriku karena tertinggal jauh dibelakang.

"Kesel lah." ujarku masih dengan emosi.

"Biarin aja lah."

"Gimana bisa dibiarin. Kalo dibiarin malah makin menjadi-jadi." jawabku segera meninggalkan Radi.

Satu RadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang