Dasar kamu! Buat aku salah tingkah tau nggak? Walaupun nggak begitu kelihatanya.
-Raditya Anjovi-
-
-
-"Pegangan." perintah Radi.
"Pe..pe.. Pegangan dimana?" tanya Aisyah syok karena Aisyah tak pernah naik motor sebelumnya dia hanya anak rumahan yang kesepian karena ayahnya yang terkadang sibuk sebagai dokter di salah satu rumah sakit di kota Semarang, beda jauh dengan Radi yang sering touring dan berlibur diberbagai daerah terkenal di Indonesia bahkan sampai di berbagai benua di Eropa dan lainya.
"Emang loe kalo naik motor peganganya dimana?" tanya Radi
"Belum pernah naik motor."
'Ni anak lahir di goa mana sih? Naik motor aja belum pernah.' batin Radi
"Yaudah, elo peganganya dibahu gue aja."
***
Motor ninja hijau milik Radi melaju kencang di jalanan kota Semarang yang padat, juga menerobos dinginya malam.
Tangan Aisya memegang pundak Radi sambil sesekali menyilangkan tangan didepan dada untuk menghangatkan diri dari dinginya malam.
Radi yang mengetahui hal itu segera menghentikan laju motornya.
"Kenapa berhenti?" tanya Aisya.
Radi tidak menjawab dia segera membuka jaketnya dan langsung menyampirkan jaket itu diantara bahu Aisya.***
Aisya [POV]
Mukaku memerah...
Radi menyampirkan jaketnya diantara kedua bahuku. Bukan hanya itu, bahkan tadi dia dan aku berboncengan.
Mungkin ini terlihat biasa saja bagi cewek yang sedang pacaran dengan dibonceng oleh pacarnya, atau cewek yang suka foya-foya menghabiskan uang hasil memeras keringat orang tuanya, mungkin bukanya risih, tapi mereka mapah senang dibonceng olsh cowok yang mereka suka.
Tapi, aku bukan cewek yang seperti itu, aku bahkan belum pernah naik motor sama sekali, bahkan sampai dibonceng oleh laki-laki. Itu dulu karena ayah sering sekali pulang malam, karena dikeluargaku hanya ayah yang bisa naik motor jadi aku nggak pernah naik motor, bahkan sama ayah.
Dan ini pertama kalinya aku naik motor, bahkan ini pertama kalinya dibonceng oleh laki-laki. Dan itu Radi.
"Syah?" kata Radi yang masih berada di atas motor.
"Ya?"
"Kamu pernah merasa nggak bahagia?" tanyanya lagi, tapu dengan tatapan mata yang membuatku membeku. Mata yang bsrkaca-kaca.
"Radi, kamu kenapa?" tanyaku khawatir.
"Jawab aja."
"Pernah, tapi mungkin itu adalah ujian dari Allah. And, I'm sure. If God will not give the test beyond the ability of his servant.²" ujarku sambil tersenyum.
Radi pun ikut tersenyum memandangku, ah tidak jangan-jangan aku kepergok memandanginya.
"Emang kamu ada masalah apa?"
"No problem." jawabnya, masih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Radi, come on. Jujurlah, aku akan menjadi pendengar yang baik buatmu." kataku sambil menepuk bahu Radi.
Radi yang menyadarinya, menoleh ke arahku. Segera ku alihkan tanganku dari bahu Radi.
Radi hanya tersenyum manis, sambil mengacungkan jari kelingkingnya ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Radi
Teen Fiction"Ku kira, aku mencintainya. Tapi, aku salah. Ternyata, selama ini aku mencintai sahabatku sendiri." (Aisya Larasvati Nugroho? ---- "Aku mencintainya. Walau aku tau diaencintai orang lain, yang tak lain adalah musuh bebuyutanku sendiri. Tapi, aku ci...