Manis

8K 553 1
                                    

"Gentaaa!!" Teriakku sembari mengayun-ayunkan tanganku ke udara.

Genta tampak rapi, ia memakai kemeja dan juga celana panjang. Aku menahan tawa, padahal kami hanya membuat janji untuk bertemu di warung kecil dekat sekolah tapi pakaiannya sudah seperti tamu undangan.

"Sudah lama?" Tanya Genta terengah-engah. Baru saja berlari sebentar, ia sudah tampak sangat lelah.

Melihat kacamata tebal yang digunakan Genta, aku semakin yakin Genta adalah orang yang kumaksud.

Ia pasti sudah banyak menghabiskan waktunya membaca semua novel di perpustakaan sekolah.

Setelah Genta memesan makanan, aku memberinya tempat untuk duduk disampingku, "Le petit Prince, kau sudah membaca novelnya, kan?" Tanyaku.

Genta tersenyum kecil, "Novel Pangeran Kecil, tentu saja!" Jawabnya semangat.

"Tentang kastil-kastil itu, kan?" Tambah Genta lagi dengan senyumannya yang lebar.

Aku hanya terkekeh, sementara pelayan membawakan makanan, aku bertanya-tanya dalam hati, bukankah Le petit prince yang kuketahui adalah novel klasik yang menceritakan tentang bumi, asteroid, planet, gurun sahara, serta imajinasi-imajinasi fantasi yang membuatku terkagum-kagum setiap kali membacanya?

"Kau juga bilang kau sudah membaca novel baru itu, bukan?" Sahutku tiba-tiba, bermasud ingin memancingnya.

"Berhenti berbicara soal buku, ayo kita makan sebelum makanannya dingin," ajak Genta.

Baiklah, mungkin ia tidak nyaman jika aku terus membicarakan soal buku di hari libur begini.

Setelah kami menghabiskan makan siang kami, Genta pun tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Apa aku terlanjur membuatnya tidak nyaman?

"Kita akan kemana?" Tanyaku saat mendapati Genta bangkit dari kursi itu.

"Aku ingin menunjukkan padamu sesuatu," ujarnya sambil menuntun tanganku menuruni anak tangga kayu yang sedikit tinggi dan sempit.

"Lapangan basket?" Tanyaku heran, sambil memandang sekeliling lapangan indoor yang jarang sekali kulihat walaupun lapangan ini adalah salah satu fasilitas umum di sekolah.

"Ruangan Loker?" Aku terus membuntuti Genta sampai kami tiba di ruangan yang terdapat banyak loker dan sepi.

Genta menutup pintu depan, sementara aku sedang memandang sekeliling. Tatapan yang ia tunjukkan padaku mulai berubah.

Tidak lagi seperti laki-laki polos kutu buku yang kukenal, melainkan seperti...

"Genta?" Tanyaku ragu, aku melangkah mundur menjauhi Genta yang mulai melangkah mendekatiku.

🌼🌼🌼

BellenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang