"Yang bisa menjawab pertanyaan yang selama ini telah menggangu benak putra semata wayang kepala desa, ia akan mendapat sejumlah uang beserta satu permintaan."
Suara pengumuman dengan pengeras suara dari tengah lapangan perdesaan berhasil menarik perhatianku.
Setelah mendapat kabar buruk dari ayahku kemarin, bukankah hadiah itu terdengar cukup menarik untuk membantu ayah membayar biaya sekolah?
"Sudah ada satu...dua...tiga...tiga orang, siapa lagi yang akan bergabung?" Seru salah satu pria berkumis sambil memegang pengeras suara, mondar-mandir di tengah lapangan.
"Saya!" Teriakku dari kejauhan dan segera mencari celah untuk bertemu dengan pria itu.
"Kau?" Pria berkumis itu menatapku binggung. Sementara ibu-ibu yang sedang memaksa anak-anaknya berbisik dan menatapku sinis.
"Lihatlah! Gadis itu akan ikut berlomba."
"Dia yang melarang kita membakar sampah dengan alasan tidak jelas itu kini akan menjawab pertanyaan anak kepala desa?"
Aku mendengar semuanya dan percuma saja mereka berbisik-bisik. Aku yang termuda di antara peserta lainnya dan tentu saja mereka akan heran.
🌼🌼🌼
"Aku sudah menebak, hanya ini satu-satunya cara untuk bertemu denganmu," sahut pemuda itu tiba-tiba.
Radka, anak kepala desa, ia seumuran denganku, selain itu ia terkenal paling kaya dan tampan di desa.
Baju yang ia kenakan selalu baru dan paling berbeda diantara semua anak desa, tapi kelakuannya itu sama saja seperti beberapa anak remaja nakal yang selalu usil dan konyol.
Mungkin itulah alasanku kini memandangnya sebal.
"Jadi pertanyaan apa yang bisa kujawab?" Tanyaku santun, berusaha sabar akan kelakuan Radka yang usil.
"Kenapa kau begitu cantik?" Balasnya sambil memandangku menggoda. Sedikit tersipu, bukan, lebih tepatnya dengan raut yang sangat-sangat usil.
Aku berdecak, "Kuharap kau lebih serius," ucapku lagi.
"Jadi, apa kau mau jadi pacarku?" Sahutnya tiba-tiba.
Aku kembali menghela napas panjang. Entah sampai kapan Radka akan berhenti bercanda. Atau lelaki itu memang tidak pernah serius?
"Tidak, tidak, jangan dipikirkan, aku hanya bercanda," ucapnya sambil terkekeh.
"Aku ingin kau jadi guru pembimbingku," lanjut Radka.
"Kenapa? Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Ke perpustakaan kota, tinggal ataupun bersekolah di perkotaan dengan mudah," sahutku spontan, kata-kata itu keluar begitu saja saat aku mendengar permintaannya yang menurutku tidak masuk akal.
"Tapi aku bukan anak yang rajin sepertimu."
🌼🌼🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
Bellena
Cerita Pendek[COMPLETED] [SHORT STORY] Memangnya ada keajaiban yang dapat mengubah takdir si buruk rupa menjadi pangeran tampan di zaman now? Jawabannya ADA! Jika versi dongeng beauty and the beast ternyata tidak seindah versi-versi baru yang telah banyak difilm...