"Kau?"
Theo hanya mengangguk pasrah, ia telihat sangat malu, bahkan sampai tidak berani menatapku.
Genta akhirnya menyerah.
Setelah aku meminta Genta untuk meninggalkan kami berdua. Aku terus melontarkan banyak pertanyaan untuk Theo,
"Kenapa selama ini kau diam saja?" Tanyaku penasaran.
Theo pasti tidak akan menjawabnya, "Nah, kenapa kau tiba-tiba saja mau mengakuinya?" Tanyaku lagi.
"Aku tidak ingin kau pergi bersama bocah mesum itu," sahut Theo.
Aku membuka minuman kaleng yang dibeli Theo dari kantin dan memberikan salah satu kepadanya,
"Aku tahu, Genta bukan cowok misterius itu."
Theo mendongak, akhirnya ia kembali menatapku, "Jadi?" Serunya.
"Kau lebih suka novel klasik dibandingkan novel baru di toko buku. Kau juga suka buku bertema action dan fantasi, bukan romansa ataupun horror seperti yang dibawa oleh Genta tadi," jelasku panjang lebar.
"Kenapa kau bersembunyi? Aku sedikit kecewa dengan yang satu itu," tambahku sambil memandang yang lain, selain sepasang mata di depanku yang akan membuatku gugup nantinya.
Theo merapikan posisi duduknya, begitu pula aku,
"Radka bilang, kau tidak suka dengan lelaki yang nakal dan banyak masalah. Selama berjalannya waktu, aku terus berusaha mengubah kebiasaan burukku. Dan kau tahu? Aku sudah tidak dipanggil Theodore si pembuat masalah."
Aku tertegun, masih mengolah satu per satu kata-katanya di dalam otakku.
"Saat jam pelajaran membosankan, aku selalu bolos dan menyelinap masuk ke perpustakaan. Itulah sebabnya tidak ada namaku di dalam daftar," jelas Theo.
"Radka...Jadi sebelumnya..." Ucapku penasaran.
Theo mengangguk, anggukannya membuatku ikut mengangguk pelan, "Boleh juga akting kalian berdua!" Ucapku dengan mata menyipit.
"Aku menyukaimu, terlepas dari semuanya. Kau berbeda, tetap setia pada cowok misterius yang tidak jelas itu selama cowok ganteng ini terus bersamamu." Theo terkekeh.
Aku masih terdiam, masih tidak menyangka akan semua kenyataan yang mulai terungkap satu per satu, memaksa masuk ke dalam kepalaku.
"Cowok ganteng?" Tanyaku polos.
Theo dengan wajah datarnya menunjuk dirinya sendiri, sehingga membuatku membulatkan bibir dan mengangguk-angguk.
"Jadi, apa kau mau menjadi pacarku?" Tanya Theo lalu meraih kedua tanganku.
Aku tersipu, lalu mengangguk pelan.
🌼 The End 🌼
Terima kasih sudah membaca, jika berkenan, tolong beri masukan tentang short story pertamaku dengan cara memberi komentar.
;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellena
Short Story[COMPLETED] [SHORT STORY] Memangnya ada keajaiban yang dapat mengubah takdir si buruk rupa menjadi pangeran tampan di zaman now? Jawabannya ADA! Jika versi dongeng beauty and the beast ternyata tidak seindah versi-versi baru yang telah banyak difilm...