Balasan

9.9K 628 2
                                    

Beberapa hari ini, perpustakaan menjadi tempat kesukaanku.

Papan mading itu kini terisi penuh, hal yang sama terjadi kepada tas ranselku.

Kini aku telah menyiapkan tempat khusus untuk menyimpan sisa-sisa ataupun kertas baru yang kupakai untuk berkomunikasi dengan orang misterius itu.

Dan sampai hari ini, orang itu belum juga mau mengungkap identitasnya kepadaku. Padahal aku sangat ingin bercerita langsung dengannya.

Percakapan tentang buku lama kelamaan berubah. Berubah menjadi hal yang lebih pribadi, aku jadi sedikit khawatir orang lain mungkin ikut membacanya juga.

Ia seorang laki-laki seangkatan denganku, selain itu kami baru saja bertukar alamat email. Demikian yang ku-ketahui tentang orang misterius itu, sedangkan masih banyak lagi yang ingin kuketahui

Dan hari ini ia bilang kepadaku bahwa,
"Kau akan segera tahu siapa diriku." beserta dengan gambar hati pada kalimat.

Gambar hati itu semakin membuatku penasaran, sudah beberapa hari aku menatap daftar kunjungan dan banyak sekali nama yang berbeda-beda datang ke perpustakaan ini. Namun ada beberapa yang masih ku-curigai.

Bagaimana bisa aku tahu siapa orang yang kumaksud? Kira-kira sampai kapan aku harus menunggu?

🌼🌼🌼

Hari ini, Radka memintaku membantunya memperbaiki mesin jahit. Habis ini, ia mengundangku ke rumahnya untuk makan malam bersama keluarganya.

Entah ada apa dengan kelakuan baiknya hari ini, tapi ibunya itu juga turut mengundangku malam ini.

Terpaksa aku harus pergi dan setidaknya berterima kasih karena sudah mengundangku untuk makan malam di rumahnya yang besar itu.

"Jadi bagaimana hubungan kalian?" Tanya ayahnya tiba-tiba membuatku tersedak.

Radka hanya memberikan senyuman kecil kepada ayahnya, aku berusaha meliriknya, tapi ia tidak juga melihatku.

Saat aku hendak menjawab, Radka menahan pergelangan tanganku, "Ayo makan!" Ajaknya.

Aku tersenyum canggung, lalu ikut makan karena kedua orangtua itu sudah mulai menikmati makanan mereka.

Setelah makan malam selesai, Radka mengantarku pulang dan kami masih menunggu di halaman depan rumahku.

"Jadi apa maksud mereka tadi itu?" Tanyaku penasaran.

"Ya begitu."

Alisku saling bertaut, memandangnya aneh, "Apa yang begitu?"

"Kau harus segera jadi pacarku, El." Sahutnya lagi.

Aku terbelalak, "Apa?! Kenapa?"

"Kukira lama-lama kau akan suka padaku juga. Jadi, aku bilang pada mereka bahwa kau pacarku," jelas Radka pelan.

Apa ini artinya semua yang pernah ia lakukan adalah untuk membuatku menyukai dirinya?

"Jadi semua itu..."

"Begitulah," selanya setelah melihatku terkejut, tak habis pikir.

Dia berdecak, "Kau harus jadi pacarku, mengerti?" Lanjutnya.

"Radka! Aku tidak mau!" Cibirku. Entah kenapa, hanya membayangkan jika aku dan dia bersama saja sudah membuatku geli setengah mati.

"Tapi aku sangat menyukaimu."

"Kubilang tidak, hal seperti itu tidak boleh dipaksa!" Sergahku dengan nada yang tinggi.

Bagaimana aku bisa sabar melihat wajahnya yang begitu memandang rendah warga desa biasa seperti kami ini? Apa selama ini ia pikir semua orang mau menjadi pacarnya?

"Aku tidak menerima penolakan, Ellena," serunya dengan wajah yang sinis.

"Jangan temui aku lagi."

Aku memutuskan untuk pergi sebelum emosiku bertambah nantinya, langsung masuk kedalam rumah tanpa memandang Radka sedikitpun.

🌼🌼🌼

BellenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang