Chapter 1

5.1K 267 1
                                    

(Author POV)

Berdesakan di kereta umum memang sebuah kekesalan tiada kira. Kenapa di jam-jam seperti ini, kereta tidak ada beda nya dengan pasar minggu. Pamer paha. Padat merayap tanpa harapan. Belum lagi tangan-tangan nakal dari pria mesum di dalam kereta yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Permisi."

Tubuhmu terdorong ke depan menubruk pintu. Terdempet antara pintu dengan seseorang yang kini berada dengan tepat di belakangmu.

Entah mengapa kau merasakan seseorang sedang menyentuh tubuh bagian belakangmu.

'Shit.' Umpatmu. Kau sudah sering membaca dan mendengar pelecehan seksual di kereta terutama saat penuh seperti ini.

Dan kali ini korbannya adalah dirimu ?!!

Kamu melirik ke belakangmu. Seorang pria dengan pakaian gelap serta surainya yang hitam juga kulitnya yang pucat berada tepat di belakangmu dan kau merasakan tangannya menyentuh potongan tubuh kenyalmu di belakang sana.

"Permisi Ahjussi." Kau menggeser tubuhmu berniat menghindarinya, namun sebuah dorongan dari samping membuat tubuhnya semakin menekanmu ke arah pintu.

Kau sudah tidak tahan untuk memarahinya saat tangannya itu seakan meremas pelan tubuhmu.

"Yaaakk Ahjusii!!" Teriakmu saat sudah tidak tahan lagi dengan aksinya.

Pria pucat di belakangmu mengerutkan kening.

"Kalau mau mesum jangan di tempat umum!!"

Merasa menjadi pusat perhatian sekarang dia membuka mulutnya.

"Apa?! Mau mengelak? Tanganmu tepat berada di tubuhku Tuan."

Pria itu mengerjapkan matanya bingung. "Maaf-" Ia melepaskan headset yang terpasang dikedua telinga nya.

"-minta maaf doang? Ahjusi mesum sepertimu itu harusnya di laporin ke polisi." Kau memotong ucapan pria itu. "Pelecehan seksual itu--"

"--maaf nona muda." Gantian kali ini pria itu yang memotong ucapanmu. "Kedua tanganku--"

"Yaaa kedua tanganmu itu baru saja menyentuh bokong ku!" Kau memotong ucapannya lagi. Sontak orang disekelilingmu menatap pria itu dengan tatapan jijik.

"Permisi nona, apa kau melihat kedua tanganku mendarat dibokongmu? Kau tidak lihat tanganku bergantung di tiang huh?"

"Pria cabul seperti anda punya berbagai cara pastinya, semuanya hati-hati jika kalian melihat pria ini dikereta."

"Gadis gila!"

Pintu terbuka tanda kereta sudah sampai. Kamu tidak ingin lebih lama terjebak dengan pria itu lantas membalik badanmu dan langsung turun.

"Laki-laki cabul, mesum, kurang ajar. Mimpi apa aku semalam bisa sampai bertemu lelaki seperti itu. Ganteng sih, tapi mesum." Umpat mu sepanjang jalan menuju kampus yang tidak terlalu jauh dengan stasiun kereta. "Semoga aku tidak bertemu dengannya lagi."

Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain. Seorang pria berwajah pucat tengah duduk di bangku taman kampus.

"Yaaaaaaaaaak !!!!!!"

Pria itu menatapmu heran.

"Mau apa lagiiiiiii?" Tadi di kereta dia memegang tubuhmu dan sekarang dia mengikutimu. "Kau penguntit!!!!"

"Aku? Yaaah dengar..."

"-Y/n-aah !!" Temanmu datang dari belakang, memelukmu. "Dosennya sudah di kelas."

"Shit!!" Umpatmu dan langsung berlari dengan temanmu memasuki kampus. "Sekali lagi bertemu dengannya akan aku habisi dia."

"Nee? Kau berbicara sesuatu?"

"Huh? Tidak, ayo cepat."

Meninggalkan pria pucat itu menggelengkan kepalanya berkali kali. Salah apa dia hari ini dituduh sebagai pria mesum dan penguntit di pagi hari.

Seperti biasa, kelas pagi selalu ramai, khususnya jika kelas Dosen Kim. Untungnya aku sudah menyelesaikan tugasku.

"Y/n ah, aku lihat tugasmu." Ucap temanmu.

"Kerjamu apa sih? Tugas ga dikerjain, wait a minute." Kau mencari-cari kertas folio yang berisikan esai didalam tasmu.

"Shit." Umpatmu saat kau tidak menemukannya.

"Kenapa? Jangan bilang kau lupa membawanya?"

"Haneul, mati aku." Kamu menunduk dalam. Kenapa kau seceroboh ini, begadang tengah malam sampai pagi mengerjakan tugas yang diberi dosen killer macam Dosen Kim, dan sekarang kau meninggalkannya di atas meja.

Daebak Y/n-ah, kau mempunyai sembilan nyawa untuk menghadap dosen pembunuh itu.

"Maaf Seonsaengnim." Lirihmu masih menunduk. "Sepertinya saya meninggalkannya di rumah-"

"-alasan." Dosen Kim memotong ucapanmu tegas. "Kumpulkan besok berserta esay dua puluh halaman. Tulis tangan!"

Kamu hendak protes namun dosenmu sudah melangkah menjauh.

Kamu tidak pernah menyangka akan sesial ini. Di kereta, perjalanan ke kampus, juga berhadapan dengan dosen killermu.

"Kau mau pulang ?" Seseorang dengan senyum merekah berambut coklat menghampirimu.

Kamu mengangguk pelan. Esay dua puluh halaman dengan tulis tangan bukanlah hal yang mudah. "Aku duluan ya." Dan sepertinya kau tidak menyadari siapa yang menyapamu karena kamu terus menunduk. Sedang kan Haneul terus saja menyenggol lengan mu, seolah memberi kode.

"Ne.. hati-hati."

Laki-laki muda itu mengangguk, masih tersenyum manis mengusak suraimu. "Semangat Y/n-ah."

Memebuatmu sontak mengangkat kepalamu. "KIM TAEHYUNG?!!!" Ucapmu kaget.

Dan dia tak kalah kaget. "N-Ne-e?"

Kamu mengerjapkan mata berkali-kali. 'Bodoh Y/n-ah bodoooohhhhh. Kenapa kamu teriaaakkkkk.' Batinmu merutuki kebodohan dirimu "A-ani." Kamu menggeleng cepat. "A-aku p-pergi dulu." Dan berlari meninggalkan pria bernama Taehyung itu cepat.

"Yaaah kenapa kau lari?" Haneul menarik lenganmu.

"Kenapa kau tidak memberi tahu kalau itu Taehyung? Aku kan jadi tampak bodoh." Lengkap sudah kesialanmu hari ini.

"Aku sudah memberimu kode tadi."

"Aaaah Haneul kenapa aku sial sekali hari ini?" Kau mengacak-acak rambutmu kesal. Tampak bodoh dihadapan seseorang yang kau sukai itu benar-benar memalukan. Yah kau sudah menjadi secret admirer seorang Kim Taehyung sejak semester pertama.

Tidak tiba-tiba, semua berawal saat kau bergabung di extracurricular yang sama dengannya. Kadang kau berfikir bahwa Taehyung juga menyukaimu, tapi melihat kebaikannya pada orang lain membuatmu juga ragu. Tadi adalah pertemuan pertama kalian semenjak libur semester, dan kau mengacaukannya.

Lelah dengan aktivitas hari ini, kau memilih untuk langsung pulang kerumah.

"Aku pulang." Cicitmu membuka pintu rumah. Ibumu menyambutmu dengan senyuman juga dengan ayahmu di ruang tamu.

"Anak ayah sudah pulang?"

Kau mengangguk dan melempar tas ke sofa, merebahkan dirimu disana dengan paha ayahmu sebagai bantal. "Yaaak kau mandi sana kenapa bau banget!" Ayahmu tidak tahu kau lari dari kelasmu ke luar kampus karena malu.

"Neeeee~" Memilih bangun dan menuju kamarmu, karena kau pun tak tahan dengan baunya.

"Maaaam." Selang tiga puluh menit kau berendam-ingat seorang gadis tidak akan mandi cepat jika bukan ada hal yang urgent- dengan handuk yang masih membungkus rambut basahmu, kau turun ke ruang tamu hendak makan dan mendapati seseorang yang tidak asing duduk di sofa tempatmu berbaring tadi.

"HAH KAU ?!"

Pria itu membalikan badannya menatapmu dan keningnya juga berkerut. "Gadis gila ini lagi?" 


•• bersambung ••

SOMETHINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang