7

11.8K 1.4K 1
                                    

Inikah yang harus kudapatkan, atas hati yang sudah kupatahkan?

***

Siapa yang akan menggantikan posisiku di hati Queena? Reevan Si Murid Baru itu, atau Fajar Si Ketua Kelas yang memang sudah menyukai Queena sejak lama. Jika memang salah satu dari mereka, aku harus bagaimana? Apakah aku harus bahagia, karena akhirnya ada lelaki yang dapat membantu Queena untuk lupa akan masa lalunya yang menyedihkan, yang tidak lain adalah diriku? Iya, diriku yang sudah tega meninggalkannya. Atau aku harus bersedih, karena salah satu dari mereka telah berhasil menempati tempat di hati wanita yang 'masih sangat' kucintai? Iya, aku masih sangat mencintainya. Teramat sangat.

Andai perempuan itu tahu, sebenarnya bukan ini yang kumau. Menyakiti hatinya, bukan itu tujuanku. Ada ribuan kata maaf yang masih kusimpan, belum bisa kukatakan.

Benci lah aku jika dia memang ingin. Tapi aku berharap, semoga dia memberikanku kesempatan di kemudian hari nanti. Jika memang sudah waktunya, aku akan memberitahu yang sebenarnya padanya.

Sejak awal saat aku memutuskan untuk membuat komitmen dengannya, aku sudah tahu hal ini kemungkinan besar akan terjadi. Tapi, jika sejak dulu aku mengatakan padanya bahwa aku akan pergi, apa dia akan tetap menyayangiku dan menerima? Jika aku mengatakan bahwa alasanku pergi adalah cara dan hal terbaik untuknya, apakah dia akan percaya? Jika aku jadi dia, mungkin aku akan lebih memilih pergi lebih dulu dan tidak akan percaya lagi pada perkataanya.

***

"Adnan?" Reevan menghampiri Adnan ketika Queena dan Syifa sudah pergi keluar perpus. Adnan sempat kaget dan heran ketika melihat lelaki itu datang menghampirinya.

"Iya Kak?"

"Bisa bicara sebentar?". Adnan terdiam sebentar, lalu mengangguk pelan.

Mereka kemudian pergi ke kantin sekolah, berbicara berdua sambil menikmati es kopi buatan ibu kantin yang katanya terkenal paling enak di sekolah ini.

"Aku dengar, kamu itu ketua OSIS yah?" Reevan memulai pembicaraan.

"Iya Kak. Ada apa ya?" Adnan terlihat sangat canggung. Mungkin karena baru kali itu Reevan mengajaknya bicara empat mata. Atau mungkin juga, di sisi lain dia juga merasa khawatir jika Reevan tiba-tiba saja menyinggung masalah Queena.

"Mm, nggak papa. Aku cuma ingin lebih tahu saja tentang sekolah ini. Jadi, aku rasa tanya ke kamu lebih enak deh. Oh iya, namaku Reevan, murid pindahan dan aku sekarang masuk kelas dua belas IPA satu," ujar Reevan memperkenalkan dirinya.

"Kenapa harus ke aku?" tatapan Adnan terlihat memicing. Berbagai pikiran negatif menyelimuti otaknya.

"Karena kamu ketua OSIS, dan seharusnya kamu juga tahu banyak tentang sekolah ini, terutama masalah organisasi dan ekstrakulikulernya. Dan, umur kita juga nggak jauh beda. Jadi, kita bisa lebih akrab dong?"

Adnan tersenyum kecut. "Mau lebih akrab dan lebih tahu tentang sekolah, atau mau lebih tahu tentang Rara?" ujar Adnan tiba-tiba. Reevan langsung membenarkan posisi duduknya, tak menyangka dengan apa yang akan Adnan katakan.

"Rara? Maksudnya Queena?"

"Siapa lagi? Bukannya Kakak sekarang lagi dekat sama dia. Kakak mendekati aku, karena kakak tahu aku adalah mantan pacar Rara kan?!" Tuding Adnan langsung.

"Astaghfirullah, enggak kok Nan. Aku sama Queena hanya sebatas teman. Lagi pula, kenapa kamu bisa mengira begitu? Dan kalau misalnya benar aku mau mendekati Queena, mendekati kamu dulu untuk tahu tentang dia itu bukan cara yang berkelas untuk orang seperti aku," Reevan membuat Adnan terpojok. Perkataannya ringan, namun benar-benar menohok.

"Permisi Kak, aku harus ke kelas sekarang," tanpa perkataan lain, Adnan langsung beranjak dari tempat duduknya dengan raut muka yang sangat tidak sedap dipandang. Dia pergi tanpa menanggapi pertanyaan Reevan. Reevan hanya bisa mengelus dada melihat sikap tidak sopan adik kelasnya itu.

***

Di lobi depan, Fajar sedang berdiri tepat di depan mading sekolah. Queena yang tidak sengaja melihatnya, bersembunyi di balik tembok besar di dekat tangga ke arah lantai dua. Fajar diam, tatapannya fokus pada salah satu kertas yang tertempel di sana.

Tidak lama, tangan Fajar meraih pintu kaca yang menutupi mading, dan menggesernya untuk membuka. Ia melepas kertas itu. Kertas puisi yang ia buat. Wajahnya muram,sepertinya ia sedang benar-benar kalut dalam kesedihan.

Queena menatapnya dengan iba. Ia benar-benar tidak tega melihat Fajar melakukan demikian.

"Jadi, mau pilih yang mana? Si Ketua Kelas atau Si Murid Baru?" suara itu muncul tiba-tiba di belakang Queena. Suara yang sangat ia kenal. Dan belum lama tadi, pemilik suara itu baru saja beradu mulut dengannya.

"Asik dong, nggak perlu bingung dan takut nggak bisa move on. Secara, setelah putus dari aku, sekaligus ada dua lelaki tampan yang berusaha untuk mendekati kamu," lanjutnya terdengar sinis dan menyindir. Tanpa mau menoleh ke belakang, dan melihat orang tersebut, Queena langsung melangkahkan kakinya pergi menuju kelas.

.

.

Readers Wattpad yang selalu sabar menunggu kelanjutan part dan sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini, komentar baik dan kritik saran kalian sangat memberikan energi baru untuk aku supaya terus berusaha memberikan karya terbaik. Semoga cerita ini dapat diterima dan selalu ada hal baik yang bisa diambil dari setiap bagian ceritanya. Aamiin.

Selain Wattpad, kalian juga bisa menyapa aku di akun Instagram : @projectangitku atau @husnantiaulia.

Sampai jumpa di part berikutnya..

Romansa Tak Terduga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang