Ada pilu yang tidak kamu tahu, ada tangis yang tidak kamu alami, ada kecewa yang tidak kamu rasa, ada luka yang sulit kamu obati, ada rindu yang yang tidak pernah sanggup kamu pendam. Dan malangnya, hanya diriku yang merasakan, kamu tidak sama sekali.
***
Kenapa kamu kembali datang dan menceritakan masa-masa itu, seolah ingin jika itu kembali terulang?
Hai! Semuanya sudah hilang! Tidak sadarkah kamu, kalau aku sudah mati-matian berjuang, agar perasaan itu cepat terbuang?
Ada apa kamu sekarang? Bukankah kamu sudah lama meninggalkan? Dan aku sudah lama terabaikan. Apa sekarang kamu sedang menyesal?
***
'Bruk,' kembali terdengar suara seseorang meletakkan buku di dekat Queena. Kini bukan di sampingnya, melainkan di depan. Queena pikir, itu adalah Reevan yang kembali karena ada sesuatu hal yang masih ingin ditanyakan.
"Ada apa lagi Kak? Apa..." Queena tidak melanjutkan perkataannya. Sosok itu ternyata bukanlah Reevan, melainkan Adnan.
"Lagi baca buku Ra?" tanyanya sok akrab. Matanya mengerjap menatap Queena. Dengan ekspresi kesal, Queena mengangguk sambil terus mencoba terlihat fokus pada buku yang sedang ia pegang.
"Ra, kamu semakin terlihat cantik deh, semenjak pakai jilbab".
"Terimakasih," jawab Queena singkat. Nadanya, seperti orang yang enggan sekali menjawab.
"Hahaha, ya ampun Ra, kamu masih suka bacain novel itu? Udah berapa kali kamu baca? Haha. Aku ingat banget, dulu waktu kita masih pacaran, kalau kita lagi nge-date, novel itu pasti kamu bawa. Dan, hampir setiap minggu, kamu selalu saja minta aku untuk temani kamu ke toko buku. Sampai-sampai aku heran, kayaknya setiap hari buku adalah cemilan favorite kamu yah? Haha," ujar Adnan tiba-tiba. Ia tertawa-tawa sendiri mengingat kejadian masa itu. Queena langsung berdiri, dan sedikit menghentakan tangannya di atas meja.
"Maaf Adnan. Aku rasa kamu sudah nggak seharusnya mengungkit masa-masa itu. Bagi aku sekarang, itu adalah masa terburuk yang pernah aku alami. Jadi, aku minta tolong sekali sama kamu, jangan pernah lagi mengungkit masa itu di depanku!" Queena kemudian melangkah kan kakinya meninggalkan Adnan. Tawa Adnan seketika terhenti. Dia kemudian mengejar Queena ke luar perpustakaan, hendak meminta maaf atas apa yang telah ia katakan.
Digapainya tangan Queena ketika mereka sudah berada di luar perpustakaan.
"Adnan! Lepasin! Maaf, sekarang aku tidak bisa seenaknya kamu pegang seperti itu ya!" Queena mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Adnan. Adnan sempat heran.
"Sudah benar-benar berubahkah perempuan ini?"
"Oke maafin aku Ra, sudah lancang pegang tangan kamu, dan juga sudah lancang mengungkit tentang masa lalu kita," ujarnya meminta maaf. Queena tidak menatapnya sama sekali. Dia dari tadi membuang muka dari Adnan. Ia takut, jika sekali saja ia menatap mata Adnan, air matanya akan dengan sendirinya jatuh membasahi pipinya.
"Ra, aku mau minta maaf sama kamu. Aku menyesal Ra, tolong maafin aku. Kamu mau kan, balikan sama aku? Aku sudah putusin Lesa kok Ra,". Adnan begitu mudahnya berkata demikian. Dia memang laki-laki yang tidak mengerti bagaimana perasaan perempuan, dan cara menghargainya.
Sekarang, Queena memberanikan diri menatap Adnan."Apa?! Kamu masih waras kan Nan?! Apa kamu nggak malu ngomong gitu ke aku?! Kamu nggak malu? Kamu sudah mutusin aku, ninggalin aku dan balikan sama mantan kamu, sekarang kamu putusin dia, dan minta balikan sama aku? Nggak tahu malu banget kamu Nan! Aku nggak akan tertarik buat balikan sama kamu, walaupun kamu sudah putus sama Kak Lesa. Justru, dengan kamu begitu, itu lebih meyakinkan aku, kalau lebih baik aku memang nggak milih kamu!"
Queena meninggalkan Adnan, berlari ke lantai atas. Ia masuk ke dalam toilet, menangis. Ia menyalakan kran air sekencang-kencangnya agar tidak ada seorangpun yang mendengar suara tangisnya. Sungguh demi apapun Queena merasa malu. Sekolah ini seharusnya bukanlah tempat teater yang bisa menjadi saksi drama cintanya. Queena sangat malu sampai sering menangis di sekolah hanya karena sosok seperti Adnan.
Kenapa kamu harus kembali menawarkan cintamu?! Kamu kembali disaat hati ini sudah ku coba tata rapi untuk menetap mencintai Sang Illahi.
Kali ini, dia tak mau menceritakannya pada Syifa. Queena tahu, akhir-akhir ini Syifa juga sedang ada masalah. Kakaknya sedang dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan mobil satu minggu lalu, dan pasti Syifa sangat khawatir dengan keadaannya. Jika Queena cerita tentang masalahnya, itu sama saja Queena menambah beban pikiran Syifa.
.
.
Readers Wattpad yang selalu sabar menunggu kelanjutan part dan sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini, komentar baik dan kritik saran kalian sangat memberikan energi baru untuk aku supaya terus berusaha memberikan karya terbaik. Semoga cerita ini dapat diterima dan selalu ada hal baik yang bisa diambil dari setiap bagian ceritanya. Aamiin.
Selain Wattpad, kalian juga bisa menyapa aku di akun Instagram : @projectangitku atau @husnantiaulia.
Sampai jumpa di part berikutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Tak Terduga [END]
SpiritualBenar makna kiasan dari puisi yang dibuat oleh Fajar. 'Fajar itu menjemput Mentari terbit, membawanya untuk menghangatkan langit. Berbeda dengan Senja yang menjemput malam, yang lebih memilih Bulan untuk menggantikan Mentari secara diam-diam. Tapi s...