22

8.6K 552 4
                                    

Untuk kali kedua, aku kembali jatuh pada cinta yang tak dapat kusentuh, cinta yang tak dapat ku genggam utuh.

***

Kenyataan memang terkadang menyakitkan. Dan memang seharusnya, kita jangan terlalu berharap pada keinginan.

Keinginan perihal cintaku, aku ingin mencintai seseorang yang juga mencintaiku. Tapi kenyataannya, aku harus kembali jatuh pada cinta yang tak dapat kusentuh. Cinta yang tak dapat ku genggam utuh.

Aku mencintainya. Tapi, kenapa harus ada cinta lain yang hadir? Bahkan, cintaku pun belum tahu harus kubawa kemana. Belum tahu, apakah mungkin ada balasan dari semuanya.

***

Dua hari setelah pernyataan tentang perasaan Azzam, Reevan sengaja menemuinya. Di salah satu mall, keduanya saling berbincang membicarakan masalah Syifa. Sesuai dengan amanat Tante Aisyah, Reevan menyampaikan semua yang sudah Syifa katakan kepadanya, tanpa kurang atau lebih sedikit pun.

"Jadi, dia menolak perasaan saya?"

"Ehm," Reevan berdehem. Dia berusaha merangkai kata, berharap setiap kata yang akan dia ucapkan nanti tidak menyinggung sahabatnya itu.

"Engga Mas. Saya tidak mengatakan bahwa dia menolak perasaan Mas. Namun, saya diamanatkan, untuk bilang kepada Mas, bahwa jika Mas serius dengan dia, janganlah menunggu dia. Jodoh tidak akan kemana. Lebih baik Mas Azzam jaga hati Mas saja. Insyaa Allah jika memang Allah mengizinkan, Allah pasti akan memberi jalan yang mudah untuk melaksanakan niat baikmu. Lagipula, saya sebagai kakaknya Syifa juga mengerti bagaimana perasaan Syifa sebagai anak yang masih terbilang muda. Dia pasti punya cita-cita dan impian yang ingin sekali dia capai. Makanya, tidak heran juga jika dia menolak untuk menikah setelah lulus SMA nanti. Reevan sangat mengenal Mas Azzam, pasti Mas memaklumi kan, pemikiran anak muda jaman sekarang?"

Azzam terdiam, mencoba meresapi setiap kata yang disampaikan Reevan padanya.

"Mas Azzam?" Reevan menyadarkan Azzam dari lamunannya.

"Mm, maaf Reevan. Saya malah melamun".

Reevan dan Azzam, keduanya terkekeh bersama. "Jadi, maksud kamu, saya sudah tua begitu?" Azzam meledek Reevan, mencoba agar suasana tidak terlalu tegang.

Reevan kembali tertawa. "Haha, bukan begitu maksud saya," Azzam hanya mengangguk-angguk, lalu kemudian kembali terdiam.

"Lalu, bagaimana jadinya? Bagaimana tanggapan Mas dengan jawaban dari sepupu saya?"

Selang beberapa detik, Azzam akhirnya angkat bicara. "Ok Ree. Kalau memang itu baiknya, saya akan menerima keputusannya. Insyaallah, saya akan pegang omongan saya. Saya akan datang kembali suatu saat nanti, dan menanyakan hal yang sama lagi langsung kepada dia dan orang tuanya".

Entah kenapa, ketika mendengar jawaban seniornya itu, rasanya seluruh badannya seketika merinding. Seserius itukah teman laki-laki di hadapannya ini? Sampai-sampai, sudah dibuat kecewa dengan jawaban Syifa, dia masih tetap bertahan.

***

"Apa Fa?! Jadi, temannya Kak Reevan ada yang ingin menikahi kamu setelah kamu lulus SMA nanti?!" tanya Queena dengan hebohnya. Dia tidak menyangka kalau secepat ini sahabatnya sudah ada yang ingin melamar. Tapi, tidak heran juga sih, Syifa memang adalah tipe wanita idaman. Laki-laki mana yang tidak suka dengan dia?

Syifa mengangguk, sambil memanyunkan bibirnya.

"Terus, kamu terima nggak?"

"Ya nggak lah! Emangnya masa depan yang aku impikan bisa semudah itu dihilangkan, cuma gara-gara menikah?!" ujar Syifa lantang. Queena sempat dibuat heran. Sikap Syifa benar-benar dirasa berubah akhir-akhir ini. Sekesal-kesalnya Syifa dan semarah-marahnya dia, tidak mungkin sampai seperti ini. Dia bukan tipe orang yang akan menyalahkan sesuatu agar alasannya dianggap benar. Namun, Queena terkekeh supaya tidak tercipta keadaan yang canggung.

Romansa Tak Terduga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang