Kenapa kamu harus kembali disaat aku sudah tidak bisa lagi menjadikanmu pilihanku?
***
Aku tidak tahu, entah apa yang akan terjadi nanti. Kejutan apa lagi yang menungguku, rasanya sama sekali tidak dapat kutelusuri. Pertemuan ini? Ah, entahlah. Sudah dua tahun aku kuliah di kampus itu, baru hari ini aku mengetahui tentang keberadaanmu.
Sejak hari itu, rasanya sulit sekali untuk hanya sekedar menyapamu. Perpisahan itu, menjadi awal penantianku. Dan kini, seharusnya aku senang atas terjawabnya penantian panjangku. Tapi, rasanya kenapa semakin sesak dari yang sebelumnya? Kenapa kamu harus kembali disaat aku sudah tidak bisa menjadikanmu pilihanku? Kenapa sesuatu yang aku inginkan tidak datang pada waktu yang kuinginkan pula?
Tadi siang tentang niatmu yang ingin datang ke rumahku. Aku sangat tercengang. Jujur, aku sangat senang. Tapi, apalah daya, sekarang aku pun tidak berhak untuk bimbang. Kini aku sudah akan menjadi milik orang.
Aku sempat bertanya-tanya, bagaimana cara kamu mengungkapkan rasa dengan mudah tanpa terbata-bata? Ingin mengiyakan, tapi maaf ini sekarang tentang perasaan banyak orang.
Kembali lagi tentang rasaku. Sudah sejak lama, aku menyimpan ini diam-diam, menguburnya dalam-dalam. Sempat ingin kutunjukan, tapi rencana tidak selalu sesuai bayangan.
Dua minggu lalu saat aku sedang libur kuliah dan sedang pulang ke rumah, Adnan kembali menemuiku. Dia tidak sendiri. Dia datang ke rumah, bersama dengan Tante Dian dan Om Dion. Kagetnya bukan main diriku, ketika dia menyampaikan maksud kedatangannya ke rumah. Ya dia melamarku. Sempat aku ingin menolak. Tapi, kulihat raut wajah papa dan mama terlihat begitu gembira. Begitupun dengan Tante Dian dan Om Dion, banyak harapan terlukis di wajah mereka. Aku tidak mau mengecewakan mereka rasanya.
Mama dan Papa sebelumnya memang tidak mengetahui tentang cinta diamku kepada Kak Reevan. Yang mereka tahu, sejak aku putus dari Adnan, aku masih menyimpan rasa padanya.
Keputusanku berlabuh pada pilihan menerima lamaran itu. "Kamu janji tidak akan mengecewakan aku lagi?" ujarku pada saat menerima lamaran itu.
"Iya, aku janji. Aku akan menjadikan kamu satu-satunya".
"Kamu tahu apa yang terpenting dalam sebuah hubungan?"
"Kepercayaan, kesetiaan,"
"Untuk itu, aku akan mempercayai kamu, bahwa kamu tidak hanya sekadar berkata. Namun, kamu akan menepatinya. Aku menerima kamu, Adnan".
Setelah kalimat itu aku ucapkan, semuanya serempak mengucap syukur. Aku hanya menghela nafas panjang.
***
"Ra, itu kayaknya ada suara mobil deh. Jangan-jangan itu calon mertua kamu," ujar Lula membangunkan Queena dari lamunannya. Queenya yang dari tadi hanya diam dan banyak melamun sambil memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper, kini perlahan berjalan membuka pintu kosnya. Dilihatnya, pria dan wanita paruh baya yang berpakaian rapi sudah berdiri di depan pintu. Queena dengan ramah langsung menyambut kedatangan Om Dion dan Tante Dian.
"Sudah siap Ra?" tanya Tante Dian begitu lembutnya. Queena mengangguk, tidak lupa juga tersenyum.
Tidak lama setelah kedatangan orang tua Adnan, Queena kemudian memasukkan kopernya ke dalam mobil dan segera pulang bersama Tante Dian dan Om Dion.
"Semoga kamu selalu dikelilingi kebahagiaan Ra," ujar Lula lirih, ketika melihat mobil Om Dion yang membawa sahabatnya pergi mulai menjauh.
***
"Assalamualaikum," Queena dengan cepat langsung mencari Mama dan Papanya ketika sudah tiba di rumahnya.
Dari dalam, Tante Gita dan Om Ikhsan keluar, dan langsung memeluk putrinya. Mereka bertiga saling melepas rindu. Tidak lama setelah itu, kedua orang tua Queena dan Adnan duduk bersama di ruang tamu. Bi Sumi, asisten rumah tangga di rumah Queena pun datang dengan membawakan lima gelas sirup dingin. Setelah Bi Sumi masuk kembali ke dalam, Queena keluar sambil membawa kalender dan spidol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Tak Terduga [END]
SpiritualBenar makna kiasan dari puisi yang dibuat oleh Fajar. 'Fajar itu menjemput Mentari terbit, membawanya untuk menghangatkan langit. Berbeda dengan Senja yang menjemput malam, yang lebih memilih Bulan untuk menggantikan Mentari secara diam-diam. Tapi s...