Mengelak lalu membenarkan, atau mengiyakan dan menerima kebohongan?
***
Sahabat. Aku menjadi seperti sekarang, karenamu. Kamu yang membuatku sadar akan sesuatu yang sebelumnya pernah tidak ingin kulihat. Jadi, kumohon jangan berubah juga karena aku. Jangan berubah hanya karena kamu membenciku. Aku tidak apa jika harus menghindar terlebih dahulu. Tapi kumohon, tetaplah menjadi dirimu.
Sahabat, jika aku hanya akan membawa sesuatu yang buruk untukmu, dan tidak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu, maka tidak apa jika kamu menjauhiku. Tapi jika kamu berkenan, maukah kamu membantuku menghilangkan sifat burukku? Maka katakan lah, jangan kamu pendam. Apa yang membuatmu menjadi bersikap seperti ini padaku?
***
"Halo. Assalamualaikum, Fa? Hari ini apa kamu dan Rara jadi ikut penggalangan dana bantuan bersama Kakak?" tanya Reevan di telepon.
Di seberang sana, Syifa mengernyitkan dahinya.
"Waalaikumsalam. Iya Kak, Syifa jadi ikut. Tapi, Rara sepertinya nggak bisa hadir kali ini. Katanya dia lagi capek dan sibuk sama tugas-tugasnya".
"Oh, jadi begitu," nada suara Reevan melemah. Kemudian, sejenak hening di antara keduanya.
"Kak, kok diam?"
"Mm, nggak papa Fa. Ya sudah, Kakak tunggu di tempat saja langsung ya?"
"Loh? Kak Reevan nggak jemput Syifa kayak biasanya?"
Reevan terdiam lagi. "Kayaknya untuk kali ini nggak deh Fa. Masalahnya, tempatnya nggak terlalu jauh sama rumah Kakak. Jadi, nanti kalau Kakak ke rumah kamu dulu, Kakak jadi muter-muter deh," ujar Reevan ramah. Sebenarnya selain alasan itu, ada alasan lain. Ketidakhadiran Queena pada acara kali ini entah kenapa membuat Reevan sedikit tidak bersemangat. Reevan heran karena tumben sekali Queena malas-malasan untuk ikut acara penggalangan dana bantuan seperti ini. Padahal sepengetahuannya, akhir-akhir ini Queena sedang semangat-semangatnya mengikuti kegiatan-kegiatan positif.
Syifa merasa dongkol karena Reevan tidak jadi menjemputnya kali ini. Apa ini karena dia bilang kalau Queena tidak bisa ikut bersama mereka hari ini?
***
Queena menjatuhkan badannya di atas kasurnya yang empuk. Badannya terasa hampir remuk setelah seharian membantu mamanya membereskan rumah di hari libur ini. Dia meraih ponselnya yang tidak jauh dari tempat ia berbaring.
"Assalamualaikum Syifa, gimana? Hari ini jadi berangkat untuk penggalangan dana kan?" tanya Queena begitu semangatnya. Dia menyibakkan poni panjang yang menghalangi penglihatannya.
"Wa'alaikumussalam, nggak! Hari ini kata Kak Reevan nggak jadi berangkat," saut Syifa, suaranya terdengar begitu keras dan juga judes. Queena bahkan sampai-sampai menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Kenapa Fa, kok dibatalkan?" tanya Queena lagi. Ada perasaan takut yang kini mulai mengganggu hatinya. Semangat yang sebelumnya menutupi semua rasa lelahnya, kini sirna seketika.
"Nggak tahu. Kak Reevan cuma bilang nggak jadi. Sudah gitu saja".
"Oh ya sudah kalau gitu. Maaf kalau aku ganggu waktu kamu ya Fa. Assalamualaikum".
Tanpa membalas salam Queena, Syifa dengan cepat langsung memutus sambungan teleponnya. Queena semakin dibuat bingung dan cemas. Bagaimana bisa seorang Syifa bersikap seperti ini, bahkan sampai tidak menjawab salam darinya. Namun, Queena tetap berusaha berfikir positif dan membuang segala pikiran negatif tentang sikap sahabatnya itu yang akhir-akhir ini seringkali membuatnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Tak Terduga [END]
EspiritualBenar makna kiasan dari puisi yang dibuat oleh Fajar. 'Fajar itu menjemput Mentari terbit, membawanya untuk menghangatkan langit. Berbeda dengan Senja yang menjemput malam, yang lebih memilih Bulan untuk menggantikan Mentari secara diam-diam. Tapi s...