15

9.9K 733 0
                                    

Hati yang beku, mulai mencair.

***

Adnan dan Reevan duduk berhadapan di kantin sekolah. Adnan menyeruput kopi yang sudah dia pesan tadi. Ya, rasanya kopi sudah menjadi minuman favorite mereka di kantin.

"Sering-sering bersama Rara, Kak. Selain Syifa, dia sangat butuh teman yang baik seperti Kak Reevan".

"Apa kamu nggak takut kalau pada akhirnya Rara malah akan jatuh hati sama aku?" Reevan mencoba memberikan sedikit candaan. Adnan memicingkan matanya.

"Yang penting Kakak nggak suka kan? Haha," Adnan menimpali ledekan Reevan. Lawan bicaranya langsung terdiam.

"Kak?"

"Eh. Kepo deh," Reevan mencoba menutupi kegelisahannya. Adnan hanya tersenyum simpul, hatinya tertawa geli melihat sikap kakak kelasnya itu.

"Lagian Kakak itu bukan tipenya Queena. Queena nggak suka lelaki dingin kayak Kakak," ujar Adnan. Dia hanya belum tahu bagaimana perasaan Queena sekarang, haha.

Namun, perkataan Adnan berhasil membuat Reevan terdiam. Benarkah dia bukan tipe Queena?

"Titip Rara ya Kak".

Reevan heran dengan perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Adnan.

"Kok titip? Untuk apa?"

"Untuk aku".

Reevan tertawa kecil, makin tidak habis pikir dengan keinginan Adnan.

"Seperti yang aku bilang tadi, dia butuh teman seperti Kakak".

Reevan masih belum menanggapi apa-apa, hanya tatapan intens yang ia berikan kepada Adnan.

"Supaya aku tenang Kak, berada jauh dari dia". Wajah Adnan kini berubah memelas, namun Reevan masih tetap saja diam.

***

"Maaf Kak, aku nggak sengaja". Setelah keluar dari kantin, Reevan dan Adnan tidak sengaja melihat Queena yang sedang berdebat dengan Lesa dan teman satu gengnya.

"Makanya, lihat-lihat dong kalau jalan!" bentak Lesa, nada suaranya terdengar keras. Queena hanya menunduk ketakutan. Bisa saja ia membalas, tapi rasanya malas sekali ribut cuma gara-gara hal sepele.

"Queena, kamu kenapa?" tanya Adnan ketika sudah menghampiri Queena dan Lesa. Ia berusaha melerai perdebatan itu. Queena tidak berani menjawab. Sedangkan Reevan, hanya melihatnya, menghargai keberadaan Adnan di situ.

"Nan, Queena tadi nabrak aku. Sakit tahu," adu Lesa, sambil memegang lengan atas Adnan. Adnan langsung melepas genggaman itu, dan menjauhi Lesa. Kemudian, dia mengajak Queena dan Reevan untuk pergi dan mengabaikan Lesa. Sangat jelas saat itu Lesa begitu kesal dengan perlakuan yang didapatkannya dari Adnan.

Queena mengikuti langkah Reevan dan Adnan dari belakang. Dari tadi, dia terus saja menunduk sambil memeluk buku tebal yang dibawanya dari perpustakaan.

"Ra, kamu masuk ke kelas duluan aja ya, aku masih ada urusan sama Kak Reevan," ujar Adnan ketika mereka sudah berada di depan kelas Queena. Reevan hanya melihatnya, berusaha memendam rasa cemburunya. Queena pun kemudian masuk ke dalam kelas. Syifa yang sudah dari tadi memperhatikan mereka dari dalam kelas, kini sibuk bertanya pada Queena.

"Besok mau berangkat pukul berapa ke bandara?"

"Pukul sembilan".

"Maaf aku nggak bisa nganterin, kamu tahu kan jam segitu masih jam sekolah," ujar Reevan.

Perbincangan mereka pun berakhir setelah bel masuk berbunyi. Ya, mungkin suara bel ini akan sangat dia rindukan nanti ketika ia sudah tidak berada di sini lagi.

Romansa Tak Terduga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang