8

14.3K 1.2K 4
                                    

Kenapa kamu semakin memperpanjang jarak? Belum puaskah kamu sudah melakukan sesuatu yang mematahkan, bahkan meruntuhkan?

Wanita itu pendiam, padahal ia tak tenang. Periang, padahal ia sedang malang.

***

Untukmu masa lalu, aku meminta padamu. Kini kita sudah terlalu jauh, entah perihal rasa atau jarak yang memisahkan, kurasa keduanya memang telah berhasil menghilangkan cerita apapun yang berkisah tentang kita. Aku mohon padamu, tolong jangan lagi memperpanjang jarak pada setiap waktu yang memang masih kuharapkan bersamamu. Jangan buat diriku cemburu. Hatiku ini sedang pilu. Kau memang tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?!

Aku memang pernah menjadi seorang perempuan yang menempati ruang di hatimu. Seorang perempuan yang pernah berada di sampingmu. Pernah menemani langkahmu. Namun, apa menurutmu sebuah kata 'pernah' berarti menjadi alasan untuk kamu menjauhi dan mengabaikanku? Bahkan seolah tidak pernah mengenalku, begitu?

Menjadi asing bukanlah yang kuinginkan. Ini bukan cara melupakan. Keputusan yang kamu ambil justru malah menyakitkan. Tolong jangan memaksakan sesuatu yang kamu sendiri bahkan tidak sanggup melakukan.

Melihat kamu yang sekarang menjadi demikian, sudah membuatku berantakan. Aku tidak mau kecewa bahkan untuk kali kesekian. Jika kamu tahu, aku di sini sama merasakan akibat dari yang kamu lakukan.

Jangan lagi memaksa perasaan, jangan lagi melakukan hal yang mematahkan, dan jangan lagi mengecewakan hati yang sudah kamu runtuhkan. Katakan saja, bahwa sebenarnya kamu belum mampu melepaskan, bukan tidak bisa mengikhlaskan. Benar begitu, iya kan?

***

"Duh, gimana ini ya Fa?" ujar Queena sambil terus mondar mandir kebingungan. Syifa mengernyitkan dahi lalu mengangkat alisnya, bertanya. "Hari ini aku harus ngeliput kegiatan latihan anak-anak basket yang besok mau ikut pertandingan. Tapi, rekan aku lagi sakit dan nggak masuk hari ini. Kalau sendirian, aku kayaknya nggak sanggup deh. Tapi, kalau aku cancel, rasanya nggak sopan banget gagalin kerjaan yang udah aku terima".

Syifa terdiam. Dia ingin membantu sahabatnya, tapi ia sendiri pun hari ini sedang tidak bisa menemani Queena.

"Aku punya ide! Ikut aku ayuk!" ujar Syifa tiba-tiba. Kemudian menggandeng tangan sahabatnya itu, dan membawanya menemui seseorang.

"Reevan? Ngapain sih, kamu ajak aku ketemu dia?". Ternyata orang yang mau ditemui Syifa adalah kakak kelasnya sendiri. Reevan yang tengah duduk sendiri di dalam kelasnya sambil membaca Al-Quran, kini mengakhiri lantunan indahnya dan menutup kitab suci itu.

"Kak, tolong bantuin Rara ya. Dia hari ini ada jadwal meliput, cuma temannya lagi berhalangan hadir," pinta Syifa sambil memasang muka melas. Queena tadinya sempat tidak percaya dengan apa yang diminta Syifa kepada Reevan. Tapi, akhirnya dia menunduk dan hanya diam, menunggu jawaban Reevan.

"Kenapa harus aku?" tanya Reevan dingin.

"Kan Kakak suka jurnalistik juga. Ayolah Kak, please," ujar Syifa merayu agar Reevan mau.

"Kan teman satu ekskul Queena banyak. Kenapa nggak minta tolong temannya yang lain?"

Reevan masih menimbang-nimbang. Queena yang benar-benar sedang merasa butuh, akhirnya mencoba menjelaskan, berharap Reevan memang mau menemaninya. "Mereka sudah ada tugas sendiri-sendiri Kak. Jadi kami per kelompok itu dua orang, tapi teman satu kelompok aku lagi sakit. Dan Queena sudah terlanjur mengajukan surat wawancaranya ke anak basket yang besok mau ikut pertandingan, dan sudah disetujui. Kalau di cancel nggak enak".

Reevan terdiam dulu sebelum akhirnya mengangguk dingin. Syifa berjingkrak lega, dan Queena hanya bisa tersenyum getir. Syifa kemudian menyenggol badan Queena, menyuruhnya untuk berterima kasih kepada Reevan. Awalnya Queena tidak mau karena ia sedikit gengsi hendak mengucapkan terima kasih pada lelaki itu. Tapi, akhirnya kata-kata itu terlontar dari mulutnya, walau terdengar tidak sepenuhnya ikhlas.

Romansa Tak Terduga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang