Deg!!

858 34 0
                                        

Sejauh ini.. Aku benar-benar menutup hatiku.
Dobrak jika mampu. Tapi jangan dirusak.
Dan masuklah jika kuat. Berhati-hatilah terlalu banyak pecahan luka didalamnya.



"Allah mendekatkan kita bukan tanpa alasan. Mungkin sebagai pelajaran atau.. Jalan takdir benang merah perjodohan dari-Nya."

"Dan semuanya hanya sebuah pelajaran untukku" Batin Nadya seakan melanjutkan kata-kata yang dibacanya itu.

Kata-kata yang sedikit meringankan beban hati Nadya. Semuanya mulai berubah. Berbeda. Tak ada lagi kedekatan Nadya dengan orang baru ataupun teman lama. Tahun ini.. Akhirnya Nadya menyelesaikan 3 tahunnya si SMP.

Masa SMA sudah didepan mata. Masa dimana Nadya yang baru benar-benar terlahir. Nadya yang memegang prinsip "JANGAN SAMPE SUKA SAMA ORANG. JANGAN PACARAN. BANYAKIN TEMEN. FOKUS SAMA PELAJARAN SUPAYA BISA MASUK UNIVERSITAS TERNAMA DENGAN JALUR UNDANGAN".

Ya.. Hari pertama Nadya menginjakkan kakinya disekolah barunya. Dengan langkah pasti Nadya masuk bersama Mela ke salah satu SMA favorit tempat mereka menuntut ilmu untuk 3 tahun kedepan ini. Ya.. Nadya dan Mela memilih sekolah yang sama.

Padangan Nadya mengarah kesana-sini menelusuri lingkungan barunya itu. Dengan orang-orang yang baru juga tentunya.

Mereka menjalani Mabis seperti sekolah pada umumnya, yang mungkin sekarang sudah ada peraturan untuk tidak menjalankan Mabis. Tapi tahun Nadya dan Mela masuk sekolah itu, mereka masih menjalankan aktivitas Mabis.

Pembagian kelompok Mabis berdasarkan bulan kelahiran. Alhasil Nadya dan Mela berpisah karena Nadya lahir di bulan februari sedangkan Mela lahir di bulan desember.

Nadya masuk pada kelompok "Abu Bakar As-Sidiq" dengan mentor yang tentunya lahir dibulan yang sama dengannya.

Disini Nadya benar-benar terlihat bak bunga yang sedang mekar. Yang menyebarkan wangi dan suasana ceria. Nadya merasa berbeda. Hampir semua teman segugusnya ingin berteman dekat dengan Nadya. Bahkan saat Nadya kena hukuman saat itu, banyak teman-teman satu gugusnya yang heboh dan membantu Nadya melaksanakan hukumannya. Hal itu sangat membuat Nadya merasa tidak sendiri. Banyak yang peduli padanya. Dan semua itu karena senyumnya yang selalu Nadya berikan pada setiap orang yang di lihatnya.

Ada hal lucu yang membuat Nadya merasa memiliki pandangan yang amat sangat "berbeda" dengan teman-temannya yang lain. Mungkin Nadya menjadi yang paling berbeda dengan semua anak yang menjadi peserta Mabis.

Kenapa? Karena saat hari terakhir Mabis ketika di lapangan para mentor mengumumkan hasil foting yang saban hari mereka kumpulkan.

Foting untuk gelar mentor tergantenglah, tergalaklah, atau apalah itu.

Dan saat pengumuman mentor terganteng lah Nadya merasa antara matanya yang sudah tidak sehat atau anak-anak yang lain? Karena yang terpilih sebagai mentor terganteng itu adalah.. Kak Deni????

"WHAT?? KAK DENI?" batin Nadya sangat amat tidak setuju.

Memangsih.. Saat itu teman-teman satu gugusnya sibuk membicarakan Kak Deni itu. Katanya sih ganteng banget. Masa??? Nadya mulai penasaran seperti apa wajah Kak Deni itu.

Dan pas sekali saat mereka sedang membicarakan Kak Deni, orang itu lewat di depan kelas. Sontak teman Nadya yang bernama Lilis menunjuknya. Nadya pun akhirnya tahu bagaimana wajah si Kakak ganteng itu.

"Kok??? Malah kaya monyet sih mukanya? Ganteng apanya?" pikir Nadya dengan perasaan amat sangat merasa aneh.

Apa mungkin yang Lilis maksud itu orang disebelahnya ya? Tapi orang itu biasa saja. Pikir Nadya.

Dan saat penguman di lapangan inilah Nadya menjadi benar-benar yakin kalau benar Kak Deni itu ya kakak kelas yang mukanya kaya monyet. Karena saat nama Kak Deni dipanggil, orang itu maju ke depan. Ketengah lapangan. Dengan gaya sedikit berlagak karena mendapat gelar mentor teganteng.

"Ishh ganteng apanyaaaa????? Gila. Kaya monyet mukanya" batin Nadya sedikit geli.

Hahahah sampai saat ini jika Nadya ingat masa itu Nadya merasa satu-satunya makhluk yang memandang Kak Deni bukannya ganteng malah seperti.. Monyet wkwkwk.

Sekedar penggambaran.. Kak Deni memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi. Mungkin sekitar 155 cm saat itu. Cukup pendek untuk seukuran laki-laki berumur 17 tahunan bukan? Dan juga, dia memiliki kulit sawo matang dengan wajah yang terlihat seperti memiliki jambang dan kumis. Tapi tidak terlalu jelas. Alisnya tebal. Badannya tidak kurus, sedikit berisi tapi tidak gemuk juga. Jika di lihat-lihat memang sedikit bantetlah yaa..  Tapi justru dimata Nadya hal itu mendekati sosok monyet. Jadi ganteng apanya? Haduh ini yang salah mata siapasih??

          ***********************

JENG JENG JENGG!!!!
Pengumuman kelas dan jurusan sudah keluar. Yeyyyy Nadya masuk kelas 10 Ipa 3 dengan Cindy. Cindy dan Nadya memang satu SMP dulunya, hanya saja dulu tidak terlalu dekat. Dan di sinilah Nadya mulai bersahabat dengan Cindy sampai saat ini.

Ternyata Nadya bukan hanya sekelas dengan Cindy. Tapi juga ada beberapa teman satu SMPnya dulu tapi ya tidak terlalu dekat. Hanya sebatas kenal saja karena semasa SMP mereka tidak pernah satu kelas. Orang itu adalah Lala dan Carol. Lala dan Carol duduk dibangku paling depan dan dibelakang mereka ada Cindy dan Nadya. Dan merekapun mulai menjalin pertemanan yang dekat.

             ******************

Saat itu Nadya dan Mela baru datang kesekolah. Mereka masuk siang karena sekolah mereka ini kekurangan kelas alhasil sekolah dibagi menjadi dua sift. Untuk pagi.. Kelas-kelas dipakai oleh kakak kelas 11 dan 12. Sedangkan mereka yang kelas 10 memakai kelas pada siang sampai sore.

Entah kenapa Nadya dan Mela menjadi murid yang amat sangat teladan. Mereka datang lebih awal dari anak-anak yang lain. Biarpun begitu anak kelas 10 Ipa 1 lebih rajin dari pada kelas 10 Ipa 3. Ya.. Mela masuk ke kelas 10 Ipa 1.

Karena kelas Nadya masih sepi saat itu.. Nadya pun main-main ke kelas Mela dengan masih memakai tasnya.

Didalam kelas Mela masih ada beberapa kakak kelas yang sedang membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang. Nadya bersender disalah satu meja sambil sesekali melihat kakak-kakak kelas yang sedang bersiap pulang itu. Hingga tiba-tiba Nadya merasa ada seseorang yang menyentuh pundaknya.

"Dek?? Itu punya siapa ya?" Tanya kakak kelas laki-laki memakai masker wajah berwarna abu-abu dan memakai jaket hitam menutupi seragam pramukanya itu.

DEG!!! Sontak Nadya kaget dan langsung menatap mata kakak kelas itu intens. Jarak wajah mereka hanya sejengkal mungkin. Nadya bahkan tidak menyadari pertanyaan kakak kelas itu.

"Dekk???? Itu punya siapa de ituuu..?? " tanya kakak kelas itu lagi sambil menunjuk ke arah belakang.

Nadya langsung gelagapan dan hanya menjawab "Ahh? Gatau kak. Gatau."

Lalu kakak kelas itu keluar kelas meninggalkan Nadya yang masih mematung melihat kakak kelas itu keluar kelas.

Mata itu.. Mata itulah yang membuat Nadya merasa jantungan. Seketika nafasnya berhenti seakan dunia pun berhenti. Dengan dadanya yang entah kenapa berdetak lebih cepat, amat cepat malah. Hingga Nadya hanya bisa mematung lalu mulai menyadarkan dirinya kembali.

"Siapa dia??" Batin Nadya merasa sedikit.. Bahagia melihatnya mungkin?

           ##################

Yeyyy balik lagi ke masa itu😂
Sampe sekarang kalo inget masih aja degdegan hahahaa jadi seneng😆

Lanjutin gak nih? Masih panjang loh sampai akhirnya nanti.. Ada sesuatu yang menghentikan Nadya dengan MUTLAK😢😂💦

Ayo dong di vote dan follow akun author. Jangan lupa follow akun instagram author juga yaa @pebibee

Cinta Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang