Tahan

837 30 0
                                    

Jangan Kau berikan kembali perasaan semacam itu yaAllah.. Kunci lah hatiku saat ini.




Anak-anak mulai berdatangan. Kini Nadya sedang duduk didalam kelasnya bersama Cindy.

Nadya masih memikirkan mata itu. Mata si kakak kelas yang menatapnya itu. Matanya yang tajam, mampu sedikit menembus kerasnya hati Nadya. Nadya merasakan hal yang aneh. Seperti senang, penasaran dan.. Menahan diri untuk tidak tertarik lebih dalam.

Cindy : Woy Nad?! Ngelamun aja dish. (Tegur Cindy menyenggol bahu Nadya pelan)
Nadya : Hah? Apaan sih ih. (Jawab Nadya lalu mulai terdiam sejenak) Eh Cin tadi gua ngeliat kakak kelas tau. Dia nepuk pundak gua gini nih. (Nayda menepuk bahu Cindy mempraktekannya) terus nanyain apa gitu gua gak ngeh. Agak gimana gitu gua.. (Nadya mulai terlihat bingung)

Cindy : Iya? Dimana? Terus terus? (Tanya Cindy berented)
Nadya : Ya gitulah pokonya. Tapi gua gak liat mukanya. Dia pake masker sih jadi gua gatau. Besok dah gua cariin ntar gua kasih unjuk. Pokonya dia tuh di kelasnya Mela. (Ucap Nadya sedikit antusias)
Cindy : Okeoke.


Esoknya Nadya memperhatikan satu persatu kakak kelas laki-laki yang keluar dari kelas Mela. Nadya duduk di depan kelasnya dengan mata yang masih tertuju pada kelas Mela yang jaraknya hanya beda satu kelas darinya.

Akhirnya ada satu kakak kelas yang memakai masker abu-abu dan memakai jaket hitam keluar dari kelas.


"Nahh itu dia!" batin Nadya girang.

Sontak Nadya langsung memanggil Cindy lalu menunjukkan kakak kelas yang Nadya maksud itu.

Nadya : Cindy!! Sini cepetan. (Nadya masuk kedalam kelas lalu menarik tangan Cindy)
Cindy : Hah apaan apaan? (Tanya Cindy kaget)
Nadya : Ih ituu. Itu tuh yang kemaren gua ceritain ituuu. Noh Cin orangnya. (Unjuk Nadya pada kakak kelas itu yang saat itu sedang berdiri di depan kelasnya)
Cindy : Ohhh itu.. (Jawab Cindy singkat)

Sedangkan Nadya masih sesekali memperhatikan gerak-gerik kakak kelas itu. Kalau di lihat-lihat kakak kelas itu terkesan cuek. Oiya soal penampilannya.. Kakak kelas itu memiliki perawakan yang tinggi, sedikit kurus memang, juga tatanan rambutnya itu lohh semacam ada jambulnya gitu. Tapi bagus keliatannya lebih cool hahahaha. Dan soal matanya.. Matanya itu emang tajam. Apalagi jika sedang melirik. Haduhh antara deg-degan seneng sama takut. Hanya itu yang bisa Nadya lihat saat ini.
Hari-hari berikutnya Nadya masih setia memperhatikan kakak kelas itu. Sampai akhirnya Nadya bisa tahu bagaimana wajah si kakak kelas itu. Ahhh.. Tampan😆 dan cueknya itu loh yang bikin penasaran. Dan Nadya masih sangat amat setia memperhatikan kakak kelas itu sampai akhirnya Nadya tahu nama dari kakak kelaa itu. Semuanya berawal saat kelas Mela pindah ke kelas yang baru selesai di bangun. Alhasil kelas Nadya pun pindah ke kelas bekas kelas Mela itu. Dannnnnnn.. Akhirnya Nadya bisa melihat kakak kelas itu secara dekat karena sekarang Nadya memakai kelas yang di pakai kakak kelas itu.

Nadya menjadi semakin semangat berangkat lebih awal hanya untuk melihat kakak kelas itu. Bahkan kadang Nadya sudah datang padahal bel pulang sekolah untuk kelas 11 dan 12 itu belum berbunyi. Semua itu tanpa sadar Nadya lakukan hanya untuk melihat kakak kelas itu ketika keluar kelas. Apa ada yang pernah mengalami ini juga sebelumnya? Jika pernah yuk tos sama Nadya heheheh.

Kala itu Nadya melihat teman sekelasnya yang bernama Jo mengobrol dengan kakak kelas itu. Sontak Nadya langsung tertarik.

"Ohh Jo kenal sama kakak itu" batin Nadya.

Saat itu Nadya tengah bersama Cindy dan Lala. Disitu Lala berinisiatif untuk menanyakan perihal kakak kelas yang barusan mengobrol dengan Jo. Lala mendatangi Jo sepeninggalan kakak kelas itu. Lalu Lala langsung kembali ke tempat dimana Nadya dan Cindy melihat mereka.

Lala : Eh ehh gua tau namanya. Namanya Kak Edi. Dia temen grejanya Jo. Temen main juga katanya kalo dirumah. (Ucap Lala tepat)
Cindy : Iya? Tuh kan dia temennya Joe. (Ucap Cindy melirik Nadya)
Nadya : Tadi Jo bilang kalo dia temen grejanya? Yahh.. Non muslim dong? (Ucap Nadya sedikit murung)

Entah kenapa ketika Nadya tahu bahwa kakak kelas yang bernama Edi itu teman grejanya Jo. Yang pastinya memiliki perbedaan keyakinan dengan Nadya. Jujur Nadya kecewa, dan merasa harus benar-benar stop memperhatikan Kak Edi. Ya.. Akhirnya Nadya tahu nama kakak kelas itu, bahkan tahu agama yang di anutnya itu. Dan saat itu pula harapan yang mulai tumbuh kembali Nadya pangkas secara paksa, dan mulai mengeraskan hati kembali. Berhenti memperhatikan dan menghilangkan rasa bahagia yang seketika muncul jika melihat Kak Edi yang cuek itu. Tapi jujur.. Nadya merasa ada hal yang aneh entah apa. Yang pasti ada sesuatu yang tidak nyaman di hati Nadya.

               *******************

Di rumah entah kenapa Nadya selalu memikirkan Kak Edi.

"Kenapasih kok beda agama gini? YaAllah terus gimana ini.. Tolong lepaskan perasaan ini.. " batin Nadya semacam berdoa.

Selepas sholat pun Nadya selalu mengeluarkan hal yang mengganjal di hatinya itu. Apa yang harus Nadya lakukan sekarang? Bahkan Nadya muali berangkat agak siangan agar tidak melihat Kak Edi lagi. Tapi tetap saja perasaan semacam tertarik itu justru semakin dalam.


"YaAllah.. Apa maksut Engkau menetapkan perasaan ini? Hamba hanya tidak ingin mengharapkan sesuatu yang ujungnya sudah sangat jelas.. Berikan petunjuk-Mu yaAllah.. Tolong hapuskan perasaan yang tidak seharusnya ini. Dan.. Berikan hamba kesempatan untuk mengetahui Kak Edi lebih dalam." sepintas do'a Nadya untuk pertama kalinya menyebut nama seseorang dalam do'anya.

Nadya benar-benar jengkel dengan perasaannya ini. Padahal Nadya sudah menetapkan prinsipnya selama bersekolah disini untuk tidak menyukai seseorang dan fokus pada pelajaran. Maka dari itu Nadya mulai pelan-pelan membiasakan hatinya jika tanpa sengaja melihat Kak Edi yang belum pulang ketika Nadya datang.

          ***********************

Saat itu Nadya tengah duduk didepan kelas di samping pintu. Suasana sekolah sudah sepi. Berarti kakak-kakak kelas sudah pulang.

Di depan kelas Nadya memang ada motor berwarna biru dan ada satu kakak kelas yang duduk tidak jauh dari Nadya. Kakak kelas itu terlihat seperti sedang membaca sesuatu entah apa.

Tiba-tiba saja dari arah kantor muncul Kak Edi dengan jaket hitamnya itu. Tapi kali ini dia tidak memakai masker.

Kak Edi berjalan ke motor yang ada di hadapan Nadya dan sempat bertatapan dengan Nadya namun Nadya sebisa mungkin untuk terlihat biasa. Nadya bahkan tidak tersenyum ketila Kak Edi melihatnya. Padahal Nadya sangat murah senyum pada semua orang tapi tidak kali ini.

Kak Edi menghampiri kakak kelas yang sedang duduk dan sibuk membaca itu. Mungkin orang itu adalah teman Kak Edi.

Kak Edi : Eh gimana? Udah hafalan Jenazahnya? (Tanya Kak Edi pada temannya itu)
Teman Kak Edi : Belum. Masih ngafalin ini gua. Lu udah? (Tanya teman Kak Edi berbalik)
Kak Edi : Udah barusan. (Jawab Kak Edi santai)

Sedangkan Nadya mulai dag dig dug mendengar Kak Edi hafalan jenazah. Karna setau Nadya Kak Edi itu non muslim. Terus maksudnya hafalan jenazah itu buat apa?

"Kayanya gua harus mastiin sendiri nih ke Jo" pikir Nadya.

          ###############

Hello.. Kadang yang terjadi seperti kebetulan. Tapi jika kebetulannya sering apa mungkin sudah takdir?

Wahahahah author mulai lebih tertarik menulis tentang Kak Edi ini. Banyak hal yang orang tidak tahu tentangnya. Banyak hal positif juga yang Nadya temukan dari Kak Edi ini. Bukan berarti Kak Edi ini sempurna ya.. Sama ajalah kaya orang-orang ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing wkwk

Jangan lupa vote dan follow akun author yaa. Instagramnya juga wkwk @pebibee

Cinta Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang