Bintang

550 11 0
                                    

"Selamat malam."
aku membaca pesan itu berulang kali, hanya ucapan sederhana. Namun, itu mampu mengganggu tidurku.

Itu pertama kalinya kamu mengirim pesan untukku,   
kamu benar benar mengacaukan pola tidurku, andai kamu tahu itu.

"Selamat Pagi. Sudah sarapan?"

Entahlah. Harus kubalas apa, aku memakan rotiku lahap, aku terus tersenyum menatap layar ponselku, aku bisa gila.

Semenjak saat itu, aku selalu menunggu pesanmu, walaupun sekadar mengucapkan selamat pagi ataupun selamat malam.
dering ponselku menjadi penting bagiku, dan aku akan kecewa jika itu bukan kamu.

Mungkin, sejak saat itu kamu perlahan lahan menjadi penting untukku.
Bahkan sekarang kamu jadi begitu berarti.

Semua pesanmu, masih kusimpan rapi. Kudekap erat dalam rindu yang kini mulai membeku.
Seandainya kamu tahu itu, pasti kamu akan mengejekku.

Walau sekarang isi pesanmu hanya sebuah perintah dan larangan,memintaku tidak lupa membawa payung, sarapan dan mengikat tali sepatuku dengan benar, atau hal kecil lainnya yang membuatku menyadari bentuk kepedulianmu, aku suka itu. Dan
aku masih menunggu setiap pesanmu.

Tapi, sekarang tidak ada lagi pesan darimu yang sekadar hanya mengucapkan selamat malam.

Kamu begitu jauh sekarang, seperti layaknya bintang dilangit, sedangkan aku masih berpijak dibumi, lalu bagaimana aku bisa menggapaimu? Padahal aku ingin mendekap semua mimpi kita yang indah, ingin berjalan diarah yang sama.  Tapi kenyataannya, kini semua hanya mimpi, kamu bagai angin yang lewat sesaat, yang tak pernah bisa sekadar untuk di dekap.

Setidaknya kali ini aku bersyukur belum menghapus semua pesanmu, karena sekarang aku begitu merindukannya. Aku masih menunggu pesanmu, setidaknya katakan bahwa kamu baik baik saja.

Aku masih menunggu pesanmu hingga detik ini, aku menunggumu.
Kuharap kamu mendengarnya, rinduku.

Mendekap semua rindu yang ada, semoga rinduku berujung bahagia.

Menunggu SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang