Aku menyeduh kopiku perlahan.
Pahit.
Kuminum seteguk lagi.
Masih pahit.
Terus kuminum secangkir kopi itu, perlahan-lahan..
Berharap rasa kopi itu menjadi manis.
Kuminum lagi..
Tetap pahit.
Mataku berkaca-kaca, 'Mungkin aku harus meminumnya sampai habis agar rasa pahitnya menghilang?'
Kupegang erat cangkir itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan sekuat tenaga menahan air mata, kuminum secangkir kopi itu hingga habis.
"Kenapa masih terasa pahit?"
Tangisku pecah.
Aku menangis.
Terisak.
Sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja
PoetryKamu itu seperti senja. Butuh waktu untuk bisa sekadar melihatmu, walau hanya sebentar... lalu kamu pergi lagi ditelan gelapnya malam. Dan aku harus menunggumu, lagi. Seperti itu seterusnya. Menunggu senja sama halnya seperti menunggu untuk melihatm...
