Gemericik air turun dari langit, butiran air itu jatuh keatas jalanan, membentuk bunyi yang indah.
Hujan turun perlahan, menebar hawa dingin dan aroma basah.
Aku terdiam.
Aku selalu suka melihat hujan turun, suasana yang menenangkan bagiku.
Tapi, aku tidak bisa berjalan diatas hujan. Aku terlalu rapuh dan ringkih.
Karena setelah kehujanan, esoknya aku sakit. Serapuh itukah aku?"Aku lupa membawa payung."
Desisku pelan. Sementara orang-orang sudah lalu lalang pergi menembus hujan dengan payung, jas hujan atau dengan berlari.Aku menunduk. Hujan semakin deras, apakah aku lari saja? haltenya tidak begitu jauh,pikirku.
Namun saat aku mendongakkan kepalaku, kulihat seseorang yang begitu kukenal. Seseorang yang telah beberapa waktu ini menemani hariku.
Kamu datang dengan payung ditanganmu, berjalan kearahku. Perlahan dengan langkah pasti lalu tersenyum, senyum yang sama seperti saat kita pertama kali bertemu.
![](https://img.wattpad.com/cover/124781454-288-k330332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja
PoesíaKamu itu seperti senja. Butuh waktu untuk bisa sekadar melihatmu, walau hanya sebentar... lalu kamu pergi lagi ditelan gelapnya malam. Dan aku harus menunggumu, lagi. Seperti itu seterusnya. Menunggu senja sama halnya seperti menunggu untuk melihatm...