Chapter 8

2.8K 281 11
                                    

Hari pernikahan tinggal satu hari lagi, persiapan sudah matang dan tanpa kendala. Berbagai keperluan Nuvaca telah tertata rapi di kamarnya bersama Hans. Tinggal satu hari lagi, dan Nuvaca benar-benar menantikannya. Bukan menantikan saat ia akan bersanding dengan Hans, melainkan menantikan momen untuk membalaskan perlakuan para werewolf itu.

"Sepertinya kau menanti untuk menjadi Luna dari Alpha Hans," ucap seseorang. Nuvaca mendongakkan wajahnya saat sedang membaca buku di tengah hutan.

Wajahnya sedikit terkejut dengan kedatangan seorang wanita yang tidak pernah ia duga.

"Tidak juga," jawab Nuvaca, lalu pandangannya kembali kepada buku yang berada di pangkuannya.

"Mengapa kau tidak menolaknya? Kau sudah tahu bagaimana perasaanku padanya, 'kan?" ujar wanita itu sambil menggeram.

"Dengar Rebecca, jika saja Alpha-mu itu tidak mengancamku, aku sudah menolaknya beberapa hari yang lalu," jawab Nuvaca dengan santai.

"Bahkan aku sudah memintanya untuk menolak diriku saat pertama kali bertemu. Jika kau ingin aku berpisah dengannya, maka lakukanlah dengan benar. Bukan dengan membullyku, karena aku tidak segan-segan membunuhmu saat aku menjadi Luna," lanjut Nuvaca sambil menutup buku di tangannya.

"Kau tahu, biasanya aku selalu membalas mereka yang membuat ketenanganku terganggu. Aku diam saat kalian membullyku bukan karena aku takut. Aku hanya menunggu waktu yang pas untuk melenyapkan kalian." Nuvaca menyeringai saat melihat wajah pucat Rebecca yang terlihat jelas.

Nuvaca sangat menikmati pemandangan itu. Ia bukanlah psikopat gila, ia hanya kesal saat waktu tenangnya diganggu oleh orang-orang yang tidak dikenal. Nuvaca tahu, sedikit lagi api yang ia berikan pada wanita di hadapannya, maka wanita itu akan terbakar.

"Lagipula, Hans dan Vander sudah tidak menyukai tubuhmu lagi, jadi biarkan aku membuat dirinya melupakan hangatnya tubuhmu," goda Nuvaca, dan reaksi Rebecca benar-benar telah ia prediksi.

"Kau! Dasar jalang tidak tahu diri!"

Plaak

Satu tamparan mulus mendarat di pipi Nuvaca, dengan bibirnya yang sedikit robek. Rebecca sepertinya menggunakan kekuatan wolfnya untuk menampar Nuvaca. Raut wajah Nuvaca tetap tenang, seolah-olah tamparan itu tidak memengaruhinya sedikit pun. Dia hanya tersenyum sinis, menantikan reaksi lebih lanjut dari Rebecca.

"Apa hanya itu kekuatanmu? Jangan bercanda, bahkan pukulan kecil dari Prison lebih sakit dari apa yang kau lakukan!" Lagi, Nuvaca memancing wanita itu untuk menyerangnya.

Dan benar saja, saat itu Rebecca mengubah wujudnya menjadi serigala dan menyerang Nuvaca. Wanita itu terkekeh dan melompat ke atas pohon tinggi, melihat Rebecca yang menggeram ke arah Nuvaca.

"Anjing tidak bisa melompat lebih tinggi," ejek Nuvaca dan sukses membuat Rebecca menubruk batang pohon dan segera menumbangkannya.

Nuvaca kembali melompat menjauh dan hanya tertawa kecil melihat Rebecca yang terlihat murka.

"Kau mengganggu ketenanganku, Rebecca," ujar Nuvaca, lalu berlari menendang tubuh besar serigala itu. Dengan gesit, Nuvaca mengelak serangan balasan dari Rebecca dan terus mempermainkan lawannya dengan gerakan lincahnya.

Braak

Satu pohon kembali tumbang saat tubuh Rebecca menghantam pohon besar. Nuvaca kembali tertawa, menyaksikan Rebecca benar-benar ingin meremukkannya. Wanita itu mulai berlari dengan kejaran serigala besar itu. Nuvaca tertawa kecil saat Rebecca benar-benar mengejar dirinya.

Hingga terlihat kastil besar di mana tempat tinggal sang Alpha, senyuman Nuvaca semakin mengembang. Gadis itu memperlambat langkahnya saat mata tajamnya melihat Hans yang sedang berbicara dengan seorang pria.

The Strangest LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang