Chapter 14

74 7 0
                                    

Seorang Demigod berambut pirang panjang keemasan, dengan iris matanya yang senada, berdiri di hadapan Nuvaca. Nuvaca merasakan firasat buruk mengenai pria tampan di hadapannya.

"Akhirnya, aku menemukanmu, my mate."

Kalimat singkat itu cukup membuat tubuh Nuvaca bergidik ngeri, dan ia merasa waspada terhadap pria di hadapannya.

"Mengapa kau takut padaku?" tanya pria itu, suaranya terdengar lembut.

Nuvaca tertawa, tidak percaya dengan klaim tentang mate. Selama hidupnya, baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang mengklaimnya sebagai mate. Nuvaca tidak percaya, pasalnya, ia tidak merasakan apa pun terhadap pria di hadapannya. Ia juga baru mengetahui bahwa Demigod juga memiliki sistem mate seperti para Werewolf.

Pria Demigod itu mendekati Nuvaca dengan langkah lembut. "Kau mungkin merasa bingung sekarang, tetapi aku yakin kita bisa menemukan cara untuk membuat ini berfungsi."

Nuvaca menggeleng, masih sulit dipercayai. Namun, ia tidak bisa mengabaikan perasaan waspada di dalam dirinya. Apalagi, ketika mata Demigod itu memancarkan kehangatan yang sulit dijelaskan. Nuvaca mencoba mencari keberanian untuk menanyakan lebih lanjut, mencari pemahaman yang lebih dalam tentang apa arti menjadi mate dalam dunia Demigod.

"Sepertinya kau mabuk. Aku bahkan tidak merasakan apa pun pada dirimu," jawab Nuvaca, lalu langsung pergi meninggalkan pria itu.

"Tetapi aku merasakannya. Aku merasakannya saat melihatmu. Kau adalah mateku. Kau tidak bisa lari dari takdir itu," katanya sembari mengikuti Nuvaca.

Nuvaca menatap tajam pria itu dan mengusirnya. Ia tidak sudi memiliki mate yang bahkan tidak dicintainya.

"Jika kau merasa tidak nyaman, kita mulai dengan perkenalan," ujar pria itu.

Nuvaca tetap tidak peduli, ia pergi tanpa menghiraukan pria itu. Keesokan harinya, Nuvaca berencana pergi dengan Alexandro. Mereka menjelajahi berbagai tempat bersama, dengan sesekali Alexandro mencuri kecupan di pipi Nuvaca. Terlihat Nuvaca yang begitu bahagia bersama pria yang tidak ditakdirkan untuknya.

Dari kejauhan, pria dari ras Demigod menatap tajam Nuvaca. Bagaimana ia berhasil menahan diri untuk tidak membunuh Alexandro karena telah menyentuh matenya, itu menjadi pertanyaan besar. Kehadiran pria berambut pirang itu memang diketahui oleh Nuvaca, namun gadis itu tampaknya tak peduli dan lebih memilih bersenang-senang dengan Alexandro.

Berminggu-minggu berlalu, pria itu menunggu waktu yang tepat untuk mendekati Nuvaca. Sayangnya, gadis itu terlalu gesit untuk dikejar dan selalu berhasil menghindarinya. Namun, pada suatu waktu saat Nuvaca tampaknya sedang tidak waspada, pria itu kembali mendekat.

"Tidak bisakah kau menerima takdirmu?" tanya pria berambut pirang itu.

"Takdirku ada di tanganku. Kau tidak bisa mengatur hidupku. Aku menolak menjadi matemu!" balas Nuvaca dengan tatapan penuh kebencian.

Pria itu bingung, bagaimana Nuvaca tidak dapat merasakan hal yang sama dengannya. Perasaan cinta pada pandangan pertama tidak dapat diabaikan, suara lonceng yang menandakan Nuvaca sebagai pasangan hidupnya terus berdenting. Namun, pria itu sama sekali tidak menyadari identitas sejati ras Nuvaca.

Berbulan-bulan berupaya meyakinkan Nuvaca, namun gadis itu bahkan tidak ingin tahu nama pria itu. Sebaliknya, Nuvaca selalu mengejar Alexandro, seorang pria yang lebih menarik baginya daripada dirinya yang sebenarnya adalah mate-nya.

Merasa tidak punya pilihan lain, pria berambut pirang itu memutuskan untuk mengambil tindakan ekstrim. Ia ingin Nuvaca menatapnya dengan penuh cinta, bukan dengan kebencian.

Calios Vontia, itulah nama Demigod yang telah lama mengejar Nuvaca. Meskipun ada banyak cara untuk mendekatinya, Nuvaca selalu mengusir dan menolaknya. Sampai pada suatu titik di mana kesabarannya mencapai batas, Calios punya rencana untuk mengakhiri hidup Alexandro.

The Strangest LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang