Menjadi seorang Luna ataupun Alpha tidaklah mudah dan sulit seperti yang kelihatannya. Mereka masing-masing memiliki pekerjaan untuk melindungi kelompok mereka dari gangguan semua makhluk yang hidup di muka bumi. Mereka berkelompok dan saling melindungi kaum mereka.
Sang Alpha kini menatap tajam Nuvaca yang baru saja kembali dari hutan. Ia mendengar keluhan para Werewolf yang mengatakan jika mereka dijebak oleh Luna mereka sendiri. Nuvaca yang mendengar itu hanya diam tanpa ingin membantah, lagi pula berita itu benar dan juga salah. Ia hanya membuat kesepakatan dengan pemimpin segerombolan Vampire yang memasuki kawasan packnya.
"Apa kau tidak ingin membela diri?" tanya Hans menahan geramannya.
"Apa kau akan mendengarkanku?" Nuvaca berbalik bertanya, Hans mengembuskan napasnya kasar.
"Katakan," jawab Hans sambil bersidekap.
"Mereka tidak menyukaiku." Nuvaca menjeda kalimatnya, ia ingin melihat ekspresi wajah suaminya itu.
"Menggangguku di mana pun aku berada, atau kita sebut saja mereka mengerjaiku." Raut wajah Hans mulai berubah yang tadinya mengeras kini terlihat terkejut.
"Kau tahu aku bukanlah orang yang langsung membalas perbuatan orang lain, jadi ... aku membuat mereka bertarung langsung melawan para Vampire itu," lanjut Nuvaca yang kini disertai senyumannya.
"Apa kau ingin menghukumku?" Hans terdiam dengan raut wajah yang tidak terbaca.
Hans merenung sejenak, mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Nuvaca memandangnya dengan tatapan tajam, mencari tanda-tanda keputusan yang akan diambil oleh suaminya. Di antara ketegangan yang terasa, sebuah pertarungan melawan para Vampire menjadi pilihan yang tidak terhindarkan.
Ia mengingat bagaimana mantan kekasihnya melempar Nuvaca tepat di depan keluarganya. Bahkan Nuvaca memilih diam daripada membalas perbuatan wanita itu. Hans bangkit dari kursi malasnya dan mendekati Nuvaca. Jelas, ia tidak bisa menghukum wanita di depannya itu. Kedua kakak wanita itu mungkin akan menyeret dirinya dari kastil dengan mudah.
"Jangan memikirkan kedua kakakku, seharusnya kau takut denganku. Karena aku bisa kapanpun menghancurkan tempat ini." Sebuah peringatan untuk Hans agar tidak bermain-main dengannya.
Hans sangat mengerti akan hal itu, dan sialnya ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas perkataan wanita di depannya. Hans menunduk lalu mendekatkan wajahnya dengan Nuvaca.
"Kalau begitu hukumanmu sudah aku tetapkan," bisik Hans di telinga Nuvaca dengan sensual.
"Kau harus cepat mengandung anakku," lanjutnya Hans membuat Nuvaca menjauhkan wajahnya.
"Kau bercanda!" desis Nuvaca, ia jelas-jelas tidak ingin memiliki keturunan di waktu yang dekat ini.
"Aku serius, kita akan melakukannya setiap hari," jawab Hans sambil menegapkan kembali tubuhnya.
Pria tampan itu berjalan menjauh dan kembali duduk di kursi malasnya. Tatapan yang kini penuh kilatan itu menatap Nuvaca tajam. Wanita itu menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin melakukan hal itu terus menerus. Jika saja itu Alex, mungkin Nuvaca dengan senang hati akan melakukannya.
"Tidak!"
"Aku tidak menerima penolakan."
"Aku tidak menerima hukuman semacam itu, Tuan Hanlous."
"Aku tidak menerima pendapatmu, Nuvaca."
Nuvaca bangkit lalu memilih berjalan keluar ruangan; ia tidak ingin menuruti perintah pria arogan seperti Hans. Namun, sebelum pergi, kedua tangan wanita itu dicekal begitu saja oleh sang Alpha.
"Jangan menguji kesabaranku, Little Girl," desis Hans.
Nuvaca ingin membantah, tetapi bibirnya langsung dibungkam oleh bibir Hans. Nuvaca merutuki tubuhnya yang bereaksi berlebihan pada sentuhan Hans. Hans melepaskan ciumannya dan menatap Nuvaca dengan tatapan mengejek.
"Tubuhmu tidak bisa berbohong," desis Hans yang kembali melumat bibir Nuvaca.
Manis, Hans sudah beberapa kali mengecapnya, tetapi rasa itu membuatnya semakin menginginkan Nuvaca lagi dan lagi. Melupakan rasa kesalnya, Hans langsung saja membawa Nuvaca melesat ke dalam kamarnya. Nuvaca mengerjapkan kedua matanya, wanita itu kembali merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Bukan karena ikatan antara Mate; ia tahu Hans memakai sesuatu untuk membuatnya tunduk dan patuh.
"Apa yang kau lakukan padaku, Hanlous?" desis Nuvaca tajam.
Hans hanya menyeringai sambil membuka pakaiannya dan memperlihatkan tubuh berototnya. Nuvaca bergerak mundur hingga menabrak dinding, wanita itu mulai waspada dengan apa yang akan dilakukan sang Alpha padanya.
"Salah satu keistimewaan milik seorang Alpha kepada Luna-nya, aku dapat mengendalikan tubuhmu meski sedikit," jawab Hans sambil menarik tubuh Nuvaca dalam pelukannya.
Terdengar sangat jelas bagaimana detak jantung Nuvaca saat ini, darahnya begitu berdesir dan memompa lebih cepat hingga ke otaknya. Kedua tangan Nuvaca menyanggah tubuh Hans; ada yang salah dan Nuvaca tidak menyukai itu.
Dalam ketegangan yang melanda, Nuvaca merasa bagaikan boneka yang ditarik tali oleh Hans. Kekuatan Alpha-nya memperoleh kendali atas gerak tubuh Nuvaca. Meskipun dirinya mencoba mempertahankan kontrol, namun kekuatan Hans membawanya ke dalam aliran gairah yang tak terhindarkan.
"Lupakan pria itu dan terimalah diriku," bisik Hans lembut.
Tubuh Nuvaca menegang seketika. Susah payah, wanita itu membuka mulutnya untuk membalas ucapan konyol Hans. Tidak akan pernah. Nuvaca tidak akan pernah melupakan cinta pertamanya. Ingatan itu kembali terlintas di kepala cantiknya, saat-saat pria itu mati di depan matanya.
"Tidak," jawab Nuvaca pada akhirnya setelah berjuang untuk mengembalikan suaranya.
"Aku tidak akan melupakannya. Kau tidak berhak mengatur ingatanku." Hans tidak terkejut, tentu ia tahu apa yang akan dikatakan Luna-nya itu.
"Kau memang keras kepala," desis Hans yang langsung saja melempar tubuh Nuvaca ke atas ranjang.
Tiba-tiba, sulur akar keluar dan mulai merambat, mengikat tubuh Nuvaca. Nuvaca merasakan ada yang tidak beres dengan sulur akar itu; tentu saja, langsung memotongnya. Tetapi sulur itu terus tumbuh, mengingat kedua tangan, kaki, dan lehernya.
Hans tersenyum penuh kemenangan melihat usaha Nuvaca untuk membebaskan dirinya. Sementara itu, sulur akar semakin kuat dan mengunci tubuh Nuvaca dengan erat. Wanita itu berusaha keras, tetapi semakin ia melawan, sulur akar semakin merajalela. Mereka menutupi tubuh Nuvaca seperti belitan ular yang tak terelakkan.
"Akh!" Sulur itu jelas melilit erat di leher wanita Lycan itu.
"Aku lupa memberitahumu, kami yang tinggal di hutan ini memiliki sihir pengendali alam. Dan sulur-sulur itu berasal dari hutan abadi yang tentu saja kau tahu apa artinya." Hans menyeringai. Ia tidak akan tunduk di bawah kuasa yang kini menjadi Luna-nya itu.
Nuvaca memilih berhenti memberontak. Semakin dirinya memberontak, semakin erat ikatan sulur itu pada lehernya.
"Aku akan membuatmu jatuh dalam jurang kenikmatan, Nuvaca." Hans mulai menindih tubuh Nuvaca.
Dengan sekali tarikan, pakaian yang dipakai Nuvaca sudah terlepas dari tubuh indahnya. Nuvaca hanya bisa menerima perlakuan Hans yang terasa lembut di kulitnya. Hukuman dimulai. Hans selalu bisa membuat para wanita terbang tinggi sebelum menyantap menu utama.
"Aahhh." Desahan Nuvaca terdengar layaknya melodi merdu di telinga Hans saat kedua jari miliknya memasuki lubang kenikmatan milik Nuvaca.
"Ber-hen-ti, aaahhh." Hans tersenyum lebar. Ia tidak akan melewatkan semuanya begitu saja.
Hans akan menikmati seluruh tubuh Nuvaca. Ya, semuanya. Hans akan menikmatinya setiap hari.
"Kau hanya milikku, Nuvaca!"
~To be Continue~
Untuk apresiasi silakan yang mau kasih jajan author ke link berikut ya https://saweria.co/Furaferra
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strangest Luna
Hombres LoboCerita werewolf pertama Thory, UPDATE SUKA" JADI GA USAH DI TUNGGUIN. 😜😜😜 Hidupku tak lagi sedatar dan tak seindah sebelumnya, setelah lelaki itu datang. Hidupku yang malas-malasan di haruskan bekerja bersama lelaki itu. Aku adalah anak dari seor...