Chapter 13

2.4K 158 26
                                    

-103 tahun lalu-


Hari ini adalah hari di mana aku kembali memasuki perkuliahan di usiaku yang telah mencapai 76 tahun, dan namaku adalah Nuvaca O'Smirodes. Hidup dengan kemewahan yang diberikan oleh kedua orang tuaku tidak membuatku merasa sombong. Pada akhirnya, apa yang akan kulalui nanti tidak ada hubungannya dengan para manusia.

Sebagai seorang Lycan, aku merasa bahwa tidak ada tempat yang pantas untuk dipanggil pulang, setidaknya itulah pemikiranku beberapa tahun lalu. Aku masih terlalu muda untuk sepenuhnya mengerti dunia ini, dunia di mana kekejaman sering terjadi. Banyak ras Immortal tidak menyukai Lycan karena kekuatan yang mengalir dalam tubuh kami. Meskipun jumlah Lycan di dunia ini sedikit, tidak membuat semua ras mengabaikan kami begitu saja.

Lamunanku terputus ketika seorang anak laki-laki menyapaku dengan senyuman hangat. Anak laki-laki itu sudah beberapa kali bertemu denganku, dan dia tahu jati diriku. Namanya Alexandro Clivzen. Seorang manusia yang senang berbaur dengan para Immortal seperti aku. Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku adalah seorang Immortal?

Tentu saja, karena adiknya sendiri adalah seorang Vampire, Crishtine Clivzen. Gadis itu adalah keturunan murni dari Lord Nobles para Vampire. Sementara Alexandro, dia hanyalah anak angkat dari sang Lord Nobles.

"Mengapa kau senang sekali sendirian seperti para Vampire?" gerutu anak laki-laki itu, yang aku ketahui berusia 20 tahun.

"Dalam tubuhku mengalir darah Vampire, jadi mungkin karena itu aku senang sekali menyendiri," jawabku. "Lagi pula, aku tidak ingin berbaur dengan para manusia, termasuk dirimu."

Anak laki-laki itu tertawa lalu mengusap kepalaku lembut. "Nuvaca, kau selalu saja menjauhiku, padahal aku menyukaimu," katanya sambil tersenyum ke arahku.

Iris biru miliknya benar-benar menyita perhatianku, begitu indah, dan tidak pernah ada kebohongan di dalam sana. Alexandro, anak laki-laki pertama yang mengatakan menyukai aku.

"Apa kau pernah melihat Lycan berubah?" tanyaku, dan ia menggelengkan kepalanya pelan.

Detik itu, aku merasa ada keinginan untuk memberinya pemahaman lebih tentang diriku, tentang identitas Lycan yang kadang sulit dipahami oleh manusia. 

"Aku akan memperlihatkannya padamu, dan pastikan kau tidak akan kabur saat melihat wujud Lycan-ku." Kulihat kedua matanya berbinar dan mengangguk cepat, tanda ia setuju.

Sebenarnya, aku takut akan lepas kendali saat merubah wujudku, karena sering kali aku merubah wujudku di rumah tanpa sadar dan melukai kedua kakakku. Walaupun begitu, aku yakin anak laki-laki itu akan pergi setelah melihat wujud yang tidak ada indahnya ini.


Kraaak


Rasa panas dan perih di sekujur tubuhku mulai terasa saat mencoba perubahan wujudku. Setelah proses yang lumayan menyakitkan itu berlalu, kini aku dapat berdiri tegap dan menatap lelaki beriris biru itu.

"Cantiknya," aku mendengar Alexandro menggumamkan itu.

Entah mengapa perasaanku membaik dengan mendengar gumamannya itu. Tidak pernah seorang pun yang mengatakan wujudku cantik sebelumnya. Bahkan kedua kakakku mengatakan jika wujudku sempurna sebagai seorang Lycan, bukan makhluk yang cantik.

"Kau berbeda dari makhluk Immortal yang sering kulihat. Lihatlah postur tubuhmu ini, begitu elegan dan menarik, seperti tubuh manusia yang memakai baju berbulu dan topeng serigala. Di mataku, kau tidak terlihat mengerikan, kau begitu cantik."

Perkataannya benar-benar membuatku tersentuh. Aku tahu jika ia berkata jujur. Semua tertulis jelas di wajahnya, Alexandro... ia berbeda daripada manusia umumnya.

The Strangest LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang