Para peserta sudah terlihat sangat kelelahan. Perjalanan lumayan panjang, melalui kapal penyebrangan menuju pedalaman hutan yang tidak mereka ketahui. Mereka turun di pekarangan sebuah rumah besar di tengah hutan saat sudah cukup malam.
"Tidak ada sinyal di sini," keluh seorang pria berumur 30-an salah satu peserta tur. Dia mengocok-ngocok smartphonenya.
"Mau dikocok sampai rusak, nggak bakal dapat sinyal," seloroh wanita muda yang lain ketus.
"Tapi rumahnya bagus, kok," Zevita kagum melihat rumah itu. Di pedalaman hutan, hampir tidak mungkin ada listrik, apalagi rumah besar yang terang benderang seperti itu.
Shomad angguk-angguk. Dia mengamati keadaan sekitar dan sepertinya mereka sudah dekat dengan kawasan konservai. Vegetasi tua. Kedua hewan piaraannya berbunyi berkali-kali seolah mengatakan bahwa mereka senang berada di habitatnya. Lantas, pemuda itu membiarkan Pitty dan Tarsy menjelajah hutan dengan catatan mereka harus menjaga diri mereka dari binatang buas.
"Selamat datang, peserta tur!" Teriak seseorang dari teras rumah.
Para peserta tur teralihkan perhatiannya pada orang itu. Dia memakai topeng yang aneh dengan merubah suaranya. Para peserta menerka-nerka siapa orang bertubuh tegap di balik topeng itu. Berani sekali membuat acara aneh berurusan dengan tujuh orang hebat.
"Aku yakin ini bukan acara tur," kata Bu Rumi.
"Acara tur tidak perlu pakai topeng segala, dan seharusnya menginap di dekat tempat yang paling dekat dengan akses transportasi," tambah Pak Hindarto.
"Memang bukan," jawab orang misterius itu. "Aku mengundang kalian kemari, agar kalian memecahkan sebuah kasus yang rumit,"
"Mending saya pulang. Itu bukan urusanku," sergah pria berumur 30-an tadi. Zevita, Naura, dan Shomad tidak ikut berkomentar. Mereka malas ikut campur pembicaraan orang-orang dewasa.
"Tunggu dulu, ini kasus yang menarik," cegah si misterius. "Ayo, masuk dan makanlah dulu. Kita bahas di dalam," ajak pria misterius itu.
Merasa tertantang dengan kata-kata kasus, para detektif enggan pergi dari sana. Mereka membuntuti pria itu masuk ke dalam rumah. Toh, jika mereka ingin pulang, tidak mungkin bisa. Sopir tadi sudah pergi bersama minibusnya dan sepertinya tidak ada kendaraan lain yang terparkir di rumah itu.
"Mbak, namanya siapa?" Bisik Shomad di dekat wanita muda berjilbab yang tidak ikut bicara tadi. Wanita itu kelihatan minder. Salah satu sifat aneh jika memang dia juga peserta tur datektif.
"La, Laila.." kata wanita itu.
"Hmmm.. Saya Abdul Shomad," ujar Shomad. "Ayo masuk,"
Wanita itu mengangguk.
****
"Silahkan dimakan, hidangannya," kata pria misterius itu ramah. "Setelah makan, saya akan memberi aturan khusus dan petunjuk untuk memcahkan kasus yang ada di rumah ini,"
Para peserta segera menyantap hidangan mewah di atas meja. Shomad juga mengambilkan nasi untuk Naura, namun tangan Zevita langsung menyahut piring di tangan Shomad sebelum ia sempat menghidangkannya kepada Naura. Para detektif tertawa lebar.
"Dasar genit!" Gumam Zevita.
"Shomad belum punya pacar ya?" Sindir Laila.
"Kalo sudah punya ngapain juga saya godain calon istri orang," kata Zuan setengah malu. Para peserta kembali tertawa.
"Hey, Shomad, nanti Zuan marah, bisa dihajar kamu," tambah Pak Hindarto.
"Sudahlah, ayo makan saja," potong Naura cepat. Ia benar-benar malu.
Di tengah hangatnya suasana, mata Shomad menangkap sesuatu yang tidak beres.
Syuutt... jlebbb!
Suasana mendadak sepi.
Si pria misterus mendapatkan sebuah tembakan anak panah di kepalanya. Tidak ada darah yang mengucur di sana, malah kepala itu lepas dan menggelinding jatuh ke bawah.
Pria misterius itu adalah boneka!
"Well, bagaimana, kawan-kawan?" Kata Shomad.
Para detektif melihat Shomad yang entah dari mana saat itu telah memegang sebuah crossbow besar. Rupanya pemuda itu yang melepaskan tembakan mematikan barusan.
"Lanjut saja makannya," kata Bu Rumi santai. Ia kembali mengambil sendok yang diletakkannya.
"Kasusnya sudah dimulai, kok," tambah pria berumur tiga puluhan itu. "Kalau kita panik, nanti dia malah senang," lanjutnya sembari melirik ke pojok ruangan yang terpasang kamera pengintai.
"Betul," Pak Hindarto mengangkat telunjuknya sambil mengunyah makanan. "Setelah ini kita perkenalan, lalu berangkat tidur. Kita lihat apa yang terjadi besok,"
"Asal nggak ada yang mati saja," tambah seorang wanita muda berambut panjang.
Semua mata langsung tertuju kepadanya.
"Kenapa?" Tanya wanita itu santai. Wanita itu pura-pura tidak tahu dengan kehadiran dua orang gadis non detektif di sana. Melihat kejadian tadi saja mungkin Zevita dan Naura cukup terguncang. Apalagi mendengar kalimat terakhir itu.
Zevita dan Naura pingsan berbarengan.
****
Naura bangun lebih dulu. Kepalanya sedikit pusing, namun ia berusaha menahannya. Sebentar dia mengamati sekeliling ruangan. Rupanya dia sudah berada di atas ranjang. Di sebelah gadis itu, Zevita juga tertidur. Naura membangunkannya.
"Sudah bangun, gadis manis?" Tanya Bu Rumi. Wanita itu masih memakai mukena, barangkali baru selesai sholat subuh. Memang benar, di luar masih agak gelap. Para peserta tur lainnya juga mungkin sudah bangun sejak tadi.
"Pria misterius itu..."
"Tidak, dia tidak mati," serobot Bu Rumi. "Yang tadi malam itu cuma boneka yang diberi pengeras suara. Mungkin pria misterius itu mengamati kita lewat CCTV yang terpasang di rumah ini. Jadi, berhati-hatilah,"
"I-iya, bu..."
"Cepatlah bangunkan Zevita dan ajak dia sholat subuh. Nanti bantu saya menyiapkan masakan untuk yang lainnya. Para laki-laki sedang di lapangan belakang rumah. Mereka bilang mau latihan menembak dengan crossbow milik Shomad,"
Crossbow... Batin Naura.
"Ah, jangan-jangan, kardus coklat yang dibawa Kak Shomad itu..."
"Ya, kardus itu berisi crossbow kesayangannya. Crossbow modifikasi yang mengerikan, bisa menembakkan dua anak panah dalam sekali reload, minim suara, sangat cepat, dan memiliki jangkauan tembak efektif sampai seratus meter. Sangat berbahaya kalau bukan Shomad yang memegang larasnya,"
Naura termenung. Ia tidak memikirkan senjata itu, tapi pemiliknya. Pecinta hewan, jago komputer, detektif yang lebih hebat dari Zuan, dan penembak hebat yang memiliki senjata illegal berbahaya. Naura merinding memikirkan seseorang berkemampuan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Detektif Kedelapan
Mystery / ThrillerAda sebuah undangan tur detektif yang diselenggarakan oleh orang misterius! Muncul seorang pemuda berkacamata yang mampu mengalahkan Zuan dalam berbagai hal. Sayangnya, pemuda itu juga mengincar Naura, kekasih Zuan. Apakah Zuan dapat mempertahankan...