Masa Lalu Para Detektif

82 7 2
                                    

Naura bersantai di atas kasur memainkan crossbow titipan Shomad. Seperti biasa gadis itu akan usil jika memegang barang baru, dia mengutak atik busur baja sedemikian rupa. Zevita sendiri sedang asik tiduran sambil membaca novel kesayangannya. Setelah kematian Bu Rumi di kamar sebelumnya, para wanita dipindahkan ke kamar lain di lantai dua.

Jlebb!! Prangg!!

Kaca jendela pecah satu. Zevita kaget bukan main.

"Apaan, sih, kak!" Seru Zevita. Tadi Shomad, sekarang Naura. Lama-lama bisa copot jantungnya kalau terus dibuat kaget seperti itu. Beberapa saat kemudian Bu Iswin dan Laila meluncur ke kamar itu.

"Ada apa?" Tanya Bu Iswin panik.

"Nggak jadi main deh," Naura melemparkan crossbow itu ke dipan pura-pura tidak mengerti. Dia malu setengah mati.

"Huh, dasar!" Gerutu Zevita. Gadis itu kembali ke posisinya semula. Bu Iswin dan Laila cuma geleng-geleng.

"Kembalilah ke bawah. Aku akan menyusulmu nanti," bisik Bu Iswin pada Laila. Laila mengangguk setuju.

"Naura, Zevita, ada yang ingin kubicarakan dengan kalian," kata Bu Iswin setengah berbisik.

****

"Tolong jangan beritahukan ini pada siapa pun," bisik Bu Iswin. Naura dan Zevita mengangguk setuju.

"Tentang orang-orang yang mengikuti tur detektif ini, mereka memiliki hubungan satu sama lain. Dan tolong, apa yang ibu sampaikan, jangan kaget jika mendengarnya. Ibu hanya ingin kalian tahu kebenarannya,"

"Apa itu, ibu?" Tanya Zevita tak sabaran

"Tentang Bu Rumi Indarti, dia adalah seorang pengacara. Beliau pernah membantu Zuan dalam kasus perebutan tanah. Kau ingat, Zevita?"

"Ah, iya!" Zevita menepuk jidatnya. "Pantas saja aku seperti pernah lihat. Ya, dia itu pengacara murahan. Kak Zuan punya rumah dan tanah di Kediri peninggalan ibunya. Sembilan tahun setelah Kak Zuan tinggal di Balikpapan dan kembali ke Kediri, rumah itu telah ditempati orang lain. Kak Zuan meminta si penghuni untuk pindah dari sana, tapi mereka bilang telah membeli rumah itu dari orang lain. Ia hendak merebutnya kembali lewat pengadilan dengan bantuan pengacara Bu Rumi karena merasa tidak pernah menjual rumah itu, tapi Bu Rumi malah mencibir dan tidak mau membantu sama sekali,"

"Benar, sayang," Bu Iswin mengangguk. "Tentang Laila dan Ramdhan, Ramdhan pernah jatuh cinta pada Laila. Rumah mereka berdekatan. Tapi sayang, Laila tidak mau menerimanya. Ramdhan sempat stress, dan berulang kali berusaha mencelakakan Laila,"

"Tentang Shomad dan Pak Hindarto, mereka adalah musuh di balik selimut. Berulang kali Pak Hindarto berusaha menjebloskan Shomad karena kepemilikan hewan langka dan senjata illegal, tapi selalu gagal. Shomad membalikkannya dengan kasus pencurian. Kalian ingat kasus pembunuhan guru kimia di SMA Kartika lalu, bukan."

"Iya, kami terlibat juga di sana," Ujar Naura. "Memang pencurian apa?"

"Pencurian barang berharga. Beliau menukar Peti brankas berisi emas dengan brankas berisi tulang belulang dengan komando seseorang,"

"Ja, ja, ja, jadi..." Naura terbata-bata.

"Ya, peti emas itu telah ditukar oleh oknum polisi diketuai Pak Hindarto dan seorang lagi dari luar kepolisian. Kerena itu Pak Hindarto tidak semobil dengan kalian waktu kasus selesai. Karen beliau harus membagikan emas itu kepada partnernya yang lain yang mengawasi dari jauh. Sayangnya, Shomad mengetahui aksi laki-laki itu,"

"Memang partnernya yang lain itu siapa?" Tanya Zevita.

"Ibu tidak bisa memberitahukan," Bu Iswin geleng-geleng.

3. Detektif KedelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang