Mysha menahan napas ketika Axel mengecup tangannya. Seketika getaran aneh menjalar ke seluruh badannya, membuat bulu kuduk meremang sementara jantungnya berdegup kencang. Kaki wanita itu terasa lemas. Ingin sekali dia membiarkan dirinya dipeluk oleh Axel, namun dengan cepat dia mengumpulkan kembali tekad dan kekuatan, memaksa logika bergerak mengalahkan dorongan untuk melempar diri dalam pelukan kokoh pria yang kini sedang menggodanya. Bagaimana pun juga, dia memiliki prinsip yang teguh dalam hidup, tidak ingin berakhir sama seperti sang ibu yang trauma dengan pria.
"Sir," ucap Mysha dengan nada terkendali, tegas dan berwibawa, sambil menarik tangannya dari genggaman Axel. Dia harus tenang walau dadanya berdebar keras dan tubuhnya mendamba sentuhan dari atasannya tersebut. "Anda tidak bisa memaksa saya dan ingat, ruangan ini dipasang CCTV."
Sekuat tenaga, Mysha mendorong dada Axel. Tidak diduga, pria itu menurut, walau matanya berkilat menatap Mysha. Pandangan yang membuat sebuah sensasi aneh merayapi punggungnya, menggelenyar menaiki dada. Ada amarah dan gairah, membuat wanita itu menelan ludah. Seandainya saja tidak ada pengendalian diri yang kuat, mungkin saat ini mereka sudah saling mencumbu di sofa.
Mysha menghela napas. Tidak. Bukan saatnya pikiran liarnya berbicara. Dia membutuhkan semua kesadaran dan kelogisannya bekerja.
"Baiklah." Axel mengambil anak rambut Mysha dan mengaitkannya pada telinga, membuat wanita itu menggigit bibir bawah menahan diri. Lagi-lagi pria itu mendekatkan bibirnya pada telinganya. "Tapi kamu harus ingat satu hal," bisik Axel. Dia dapat merasakan hembusan napas hangat Axel begitu menggoda sambil berharap Axel tidak mendengar debaran dadanya. "Kamu milikku."
Axel menarik diri dan berjalan menuju pintu. Mysha tetap berdiri dengan punggung menempel pada tembok sambil melihat pria itu keluar. Baru saat pintu tertutup sempurna, dia membiarkan kekuatan meninggalkan dirinya hingga Mysha merosot dan jatuh terduduk di lantai, menghela napas untuk menenangkan dirinya. Desahan Axel masih terngiang, membuat rasa takut bercampur gairah memenuhi seluruh tubuh.
Ini tidak baik.
Mysha dapat mencium masalah dari tindakan Axel padanya dan semakin yakin kalau ini bukan pertama kalinya Axel menggoda wanita. Tentu saja, siapa yang tahan dengan pesona sang CEO? Dia yakin kalau ratusan wanita sudah bertekuk lutut di bawah Axel, secara harafiah. Mysha menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak ingin menjadi wanita kesekian yang menjadi penghangat ranjang pria itu. Kali ini dia benar-benar harus menjaga jarak, tapi bagaimana bila Axel tidak melepaskannya?
Wanita berkacamata itu mendesah tajam. Ini akan menjadi hal yang sulit terutama dia harus melawan segenap dorongan hatinya yang mendamba sentuhan Axel.
Esok paginya, Mysha sepenuhnya menghindar dari Axel. Tidak peduli pria itu kerap kali menelpon untuk membawa berkas ke kantornya, mulai dari rancangan desain untuk kota mandiri di Filipina sampai hal remeh seperti laporan absensi pegawai yang seharusnya bukan jobdesc Axel untuk memeriksa. Beruntung CEO dari CLD harus menghadapi marathon meeting dari pagi hingga sore, baik secara fisik maupun teleconference, memastikan perkembangan dari seluruh proyek yang ditangani. Mysha hanya perlu berhadapan dengan si sekretaris yang kali ini makin menunjukkan sikap antagonisnya, membuang muka ketika sedang berbicara dengan dirinya yang terhitung jajaran elit di CLD.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Night With CEO
Romance#3 in Romance 060118 | 180118 WARNING : 18+ Harap bijak memilih bacaan --------- Mysha Natasha, seorang general manajer yang nerd, memulai harinya di perusahaan multinasional. Celakanya, di hari pertama, dia menarik perhatian Axel Delacroix, CEO yan...