Mysha melangkah masuk ke kantornya gontai dan menghempaskan dirinya di atas kursi kerja yang nyaman, mengistirahatkan kepala dan pundaknya yang pegal. Oh seandainya saja ada pria tampan yang menawarinya pijat refleksi lalu--
Stop!
Pikiran liarnya membuat wanita itu mengingat kembali alasan mengapa dia tiba di kantor pagi buta, sebelum semua orang yang cukup waras bangun. Dia juga melihat wajah terkejut satpam ketika meminta kunci gedung. Ugh! Dirinya tidak bisa tidur semalaman, memikirkan hal yang nyaris saja dia lakukan bersama Axel, pimpinannya. Tanpa sadar Mysha menyentuh bibirnya yang dipulas lipgloss dan pelembab, apa harusnya dia menerima saja ciuman Axel? Dia bahkan bisa membayangkan betapa menuntut ciuman pria itu ....
Tidak!
Mysha menggelengkan kepalanya keras-keras, mengusir bayangan keluar dari otak. Dia punya alasan mengapa dia harus bertahan dari pesona Axel bagaimana pun caranya, salah satunya adalah ajaran keras dari ibunya untuk menjaga harta paling berharga seorang wanita dan hal lain adalah karena dia belum pernah berciuman. Bagaimana kalau Axel tahu betapa bodohnya dia? Lagipula tangannya sudah menampar Axel. Demi Tuhan, hari pertama kerja, dia sudah membuat masalah. Bagaimana kalau setelah ini ada surat pemecatan?
Beberapa kali menepuk pipi, Mysha mengingatkan dirinya kalau dia di sana untuk bekerja. Nanti sajalah dia memikirkan akibat dari perbuatannya. Dalam waktu beberapa menit, dirinya sudah berkutat dengan tumpukan kertas dan data. Ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum dia dapat berfungsi sempurna di perusahaan besar itu.
Mysha merenggangkan badan dan melirik jam tangan berwarna putih dengan aksen krem yang manis. Sudah jam delapan, itu berarti lebih dari empat jam dia menelan data-data penting tentang kegiatan internal kantor mulai dari data karyawan bermasalah sampai prosedur standar operasional yang berjilid-jilid. Makin besar perusahaan, makin rumit birokrasinya.
Mysha menghela napas, harusnya sekarang para karyawan mulai masuk dan--astaga! Dia harus meletakkan hasil laporan yang diminta Axel di mejanya, laporan yang membuatnya terjebak dalam situasi semalam. Gelombang panik lain menerpa dirinya, bagaimana dia harus bersikap di depan Axel? Jangan sampai Axel mendapat tambahan alasan untuk menendangnya keluar dari sini. Mysha berdiri dan mondar-mandir di ruangan, hanya untuk menyadari bahwa dia sudah membuang waktunya yang berharga. Dia bisa meletakkan laporan itu di ruangan Axel, sebelum sang CEO tiba.
Segera saja, Mysha melakukan ide cemerlang dan brilian miliknya, setara dengan buah pemikiran pemenang hadiah Nobel. Bunyi heels terketuk lembut sepanjang koridor dan tak lama kemudian dia sudah berada di depan pintu kayu dengan plakat emas, Axel Delacroix. Baguslah, si sekretaris jutek itu belum muncul. Mysha segera membuka pintu dan menyadari pintunya terkunci.
Bodoh!
Mysha lagi-lagi memaki diri. Mana ada orang yang meninggalkan ruangan berisi dokumen penting terbuka?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Night With CEO
Romansa#3 in Romance 060118 | 180118 WARNING : 18+ Harap bijak memilih bacaan --------- Mysha Natasha, seorang general manajer yang nerd, memulai harinya di perusahaan multinasional. Celakanya, di hari pertama, dia menarik perhatian Axel Delacroix, CEO yan...