Mario dan Fareen sedang berada di sebuah caffe dekat mantan kampus Cilla"kok diam aja sih,udah sejam nih,kok hanya diam"ujar Fareen sedikit kesal
"Aku nggak mood sumpah"kesal Mario melirik tajam kearah Fareen
"Aelah mas selow"ujar Fareen mengalah
Setelah itu mereka tidak bersuara lagi hanya memandang kearah luar jendela yang terlihat rintik-rintik hujan,hingga kesunyian melengkapi suasana mereka
"Aisss,kok Dareen lama yah?"keluh Fareen tak sabaran
"Kamu nggak tahu aja,dia sama siapa?pacaran kali"sahut Mario sinis
"Ya juga yah"terlihat pria itu tengah berpikir,memikirkan ucapan sahabatnya itu. Benar juga,selama ini kan,Dareen sedang pacaran?
Ting
Suara pintu caffe, muncul sosok pria tegap dan kekar yang masih berbalut pakain kantornya. Wajah lelahnya menghiasi bentuk indah itu
"Nah tuh dia anaknya pak Dimas,kemana aja?kok baru nongol?" Fareen mengomenl,dan menatap kesal saat dareen duduk di sebelah kursi yang berada di sebelah Fareen
"Sorry telat,macet soalnya"sahut Dareen tidak enak kepada teman-temannya
"yaudah nggak apa-apa"ucap Fareen maklum"Dalam rangka apa kita reuni dadakan kek gini?aku kan harus jaga bini soalnya bulan depan bini aku mau lahiran"lanjutnya dengan pertanyaan
"Aku hanya mau kita kek dulu,sering gobrol,sering candaan da-"
"Nggak mutu,udah basi"selah Mario ketus,dia bahkan memutar bola matanya jengkel
"Nggak usah ladenin,maklumlah lagi galau tingkat dewa"Fareen mengejek pria itu,senyumnya tersungging miring
"Aku hanya memikirkan Cilla,aku kagen Ciaku,dan aku ingin bertemu..."Mario menggantung kalimatnya"Jika aku yang ditakdirkan untuk bersama dia,aku kan berusaha membahagiakan dia,memberikan cinta yang tulus,tak akan aku sia-siakan tapi, itu hanya angan"
Dareen menegang jika menyangkut tentang Cilla. Rasa penyesalan dan bersalah muncul seperti kaset rusak yang kembali dinyalakan
"Kita doain aja semoga Cilla tenang disisi tuhan"ujar Fareen memecahkan kesedihan diantara mereka. Mungkin lebih tepatnya,memecahkan ketegangan
*
Dua bulan kemudian
Fareen__Naila prov
Naila menuruni anak tangga dengan kesusahan. Suaminya sedang berada dikantor. Dirumahnya tidak terlihat seorang pun, karena pembantunya sedang berbelanja hanya satpam yang berada di pos jaga
Fia berjalan kearah dapur mengambil buah yang berada dilemari pendingin. Namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba perutnya menjadi sakit
"To...long.."suaranya tercekat, kakinya sepeti jely. Dia merangkak ke kursi untuk bersandar disandaran lengan kursi tersebut
"Astaga non Ila"pekik bi Asmi berlari kearah Naila,setelah menjatuhkan belanjaannya yang berada di tangannya
"Bi,tolongin aku"ujar Naila terbata-bata menahan rasa sakit di bagian perutnya
"Tenang non,bibi akan menghubungi tuan Fareen"ujar bi Asmi lagi sambil beranjak dari posisinya
"Aduh,aden teh kok nggak angkat toh"ujar bi Asmi panik
"Ahkk, bi sa..kit..bi"
"Non,kita kerumah sakit aja yah,nanti bibi kabarin sama tuan Fareen"
*
"Hahahah"suara tawa Fareen pecah saat Mario menceritakan tentang dua hari yang lalu dia di sumpah serapahi oleh soaok gadis,karena Mario yang berbicara hanya gumaman atau deheman
Namun suara dering hendphone milik Fareen,menghentikan tawanya lantas dia mengangkat dengan alis berkerut
"Hallo den non Naila masuk rumah sakit mau teh lahiran"ujar bi Asmi di seberang telepon dengan panik
"Astaga,bibi tunggu yah,Fareen segera ke sana,bibi yang tenang"pria itu juga seketika menjadi panik,bahkan dia melupakan curhatan dari sahabatnya
Setelahnya Fareen mematikan telepon tersebut"sorry yah Rio,aku harus ke rumah sakit bini aku mau lahiran"Ucapnya
"Iya,sana gih nanti aku nyusul"Mario mengangguk,dia tidak bisa membayangkan jika seorang wanita melahirkan
Fareen mengangguk dan berlalu keluar dari ruangannya dengan setengah berlari. Kemudian ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata
Sesampainya dirumah sakit yang dia dapatkan alamatnya dari bi Asmi, tanpa menanyakan kepada resepsionis dia segera melangkahkan kaki panjangnya kearah rauangan persalinan
"Bi bagaimana Naila?"tanya Fareen setelah dia melihat bi Asmi
"Non naila-"
"Suami bu Naila?"tanya seorang dokter wanita menyela ucapan bi Asmi
"Iya dok,dimana istri saya?"sahut Fareen cepat dengan wajah khawatir
"Mari bapak ikut masuk,bu Naila selalu menyebut nama anda"sahut Dokter Wina
Fareen masuk kedalam ruangan persalinan itu, lalu dia melihat istrinya sedang menahan rasa sakitnya dengan mengeluarkan banyak peluh di dahi dan lehernya. Kemudian pria itu mendekati dan mengenggam tanya dingin sang istri,bermaksud memberi sebuah kekuatan darinya
"Sayang,tahan yah,kakak disini"ujarnya lembut,sembari menenagkan sang istri tercinta. Bakhan pria itu ikut menarik napas,saat Naila menarik napasnya
"Ka,sa..kit bangat kak"ujar Naila terbata-bata
"Tarik napas bu,dan buka kakinya agar bayinya keluar"intruksi sang dokter,tangannya maauk kedalam kain yang menutupi perut gadis itu"Lagi bu,tarik bu"
Kuku-kuku Naila menancap ke lengan dan bahu Fareen"huhhh huhhh"
"Akkkhhh"
"Oooeeekk"tangisan bayi memenuhi ruangan persalinan itu. Fareen dan Naila tampak sangat bahagia
"Selamat bu bayinya laki laki"ujar dokter Wina semangat,dia mengangkat bayi itu dengan lembut
"Sus,tolong bersihkan bayinya yah"perintah Dokter Wina ke seorang suster
Fareen mengelus puncak kepala istrinya dan mengecupnya, sambil mengatakan beberapa kali kata terima kasih. Suster itu keluar dari bilik gorden dan menyerahkan bayi itu ke dokter Wina lagi,yang sudah di bungkus oleh kain batik
"Silahkan bu menyusuinya,setelah itu baru ibu di pindahkan keruang rawat inap"ucapnya
"Terimakasih dok"sahut Naila dan Fareen bersamaan
"Wah,aku nggak nyangka aku udah jadi daddy,wuhh!aku bahkan nggak bisa bayangin betapa aku bahagia"ujar Fareen seperti baru dapat lotre
"Iya kak,aku juga sama"
Tbc