"Jungkook, hari ini kamu harus minum―"
"―Nggak usah, kak. Aku sudah punya obatku sendiri."
Setelah berhasil membujuk Jungkook yang bersikeras duduk di balkon meski rintik hujan bawaan angin telah membasahi kakinya, Im Yoona mengepalkan sepasang tangannya. Berusaha menahan suatu hal yang mengganjal.
Berusaha menahan air mata sekaligus luapan rasa marah yang tak menentu seperti ombak.
Jungkook yang duduk di tempat tidur sembari membaca buku melepas kaca mata yang terpasang di hidungnya, lalu ia menatap Yoona. Kosong.
"Kak... ""Kenapa Jungkook? Do you want something?"
"Aku udah besar, kak. I'm not a cute child boy yang harus kakak khawatirin setiap hari."
Kalimat tersebut sudah lebih dari cukup untuk menampar Yoona yang saat ini berdiri di dekat tempat tidur Jungkook. Hawa dingin berubah menjadi hawa panas nan mencekam, membuat Yoona harus mendongakkan kepalanya ke atas.
Malam ini, untuk pertama kali Im Yoona bersama himpunan dari berbagai warna emosi dan mata yang memanas siap untuk meluncurkan air mata dalam diam.
Tuesday, 24 October 2017 at Aprodhitte Hospital, 16.35 PM.
"Makasih tumpangannya, Chaeng!"
Yeri menundukkan kepala 90° sebagai ungkapan terima kasih kepada Son Chaeyoung, salah satu teman FORKOM-nya yang bersekolah di Santa Paulo High School.
"Oke, sama-sama! Bye Yeri! Gws buat orang yang mau lo jengukin hari ini!" Kepala Chaeyoung keluar dari jendela mobil, seiring dengan laju mobil teriakannya semakin mengecil. Jangan khawatir, Chaeng duduk di kursi penumpang dan dia memiliki seorang supir.
Yeri menghela napas lega. Meskipun ia datang terlambat, setidaknya ia bisa menepati janji pada Jungkook untuk selalu menemani laki-laki itu selama menjalani pengobatan di Rumah Sakit.
Kalau boleh jujur, bahkan tiga hari belakangan Yeri sampai mengesampingkan kegiatan OSIS yang sangat ia sukai. Kalau kata Tzuyu, Jangan terlalu mementingkan kepentingan umum karena tak selamanya pihak yang kita bantu itu akan bersedia membantu kepentingan pribadi kita kelak.
Perkataan Tzuyu memang tak sepenuhnya benar dan tak sepenuhnya salah. Namun, statusnya seimbang antara salah dan benar. Jadi, bagaimana hari ini kita bertingkah dan bertutur kata kepada orang lain akan berpengaruh besar terhadap seberapa banyak orang yang kelak siap dan tulus mengulurkan tangannya untukmu saat dirimu mengalami kesulitan.
Setapak demi setapak, kaki Kim Yerim melangkah perlahan, begitu juga dengan barisan para daun beserta bunga jatuh ke tanah pertiwi. Karena hujan satu jam lalu, kini di pinggir jalan―lebih tepatnya sepanjang jalan menuju taman Rumah Sakit dihiasi dengan rontokan bunga Sakura tropis.
TUK.
Yeri berhenti melangkah. Kepalanya sedikit didongakkan ke arah langit, sedangkan tangan kanannya meraba-raba bagian atas kepala, takut-takut semisal ada tahi burung yang mendarat disana.
Teksturnya nggak hanget kok, nggak lembek juga. Apapun benda ini, mari kita syukuran massal karena benda yang mendarat di kepala gue ini jelas-jelas bukan tahi burung! Pikir Yeri sebelum mengambil benda asing tersebut dan membawanya tepat di dekat wajah.
Ternyata hanya sebuah bunga sakura tropis berwarna ungu muda. Dibanding memandang kelopak dan banyak pembuluh merah nan cantik yang saling tersambung di 'lembaran alam', Yeri lebih tertarik dengan bagian bawah bunga itu.
"Calyx bunga ini lebih keren bentuknya dibanding calyx yang ada di bunga Mawar ataupun bunga Smeraldo."
Calyx atau yang biasa kita kenal dengan sebutan sepal bunga.
Happy reading!💕 Maaf part ini pendek sekali, soalnya part ini untuk menjelaskan apa itu Calyx dan penyebab kenapa judul buku ini 'Calyx'...
catatan:
✦ Calyx (Sepal bunga) : Perhiasan bunga yang terletak pada lingkaran terluar (bawah). Dan pada umumnya, kelopak bunga berwarna hijau dan kurang menarik apabila dibandingkan dengan mahkota bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calyx [✔]
FanfictionCalyx atau kelopak bunga adalah perhiasan bunga yang terletak pada lingkaran terluar (bawah). Kelopak biasanya berwarna hijau dan kurang menarik apabila dibandingkan dengan Mahkota bunga. Calyx memiliki peran untuk menutupi dan melindungi ketika bun...