xiv: meet his mother

789 198 36
                                    

"Gue gak nyangka aja kalo lo bakal gunain walker itu."

Dari tadi, Jungkook hanya mengiyakan ucapan yang berasal dari mulut Minkyung. Habisnya, dia bingung sekali harus menjawab dengan perkataan apa.

Tangan kanan Minkyung memegang kait payung plastik dari Rumah Sakit, benda tersebut cukup lebar untuk melindungi mereka berdua dari tetesan hujan. Hanya mereka, pasien bangsal VIP bernama Jeon Jungkook dan Kim Minkyung yang berniat hati berjalan-jalan di taman Rumah Sakit disaat hujan.

Para perawat kisaran usia 20 tahunan sampai paruh baya sudah mencegah mereka berdua. Membujuk mereka agar kembali ke kamar masing-masing, bahkan sampai memerintah Security menjaga mereka dengan ketat. Namun, aparat keamanan itu malah datang ke Ruang Perawatan―menunjuk luka lebam di bibir dan mengaduh kesakitan.

Untuk kasus yang terakhir, tersangka utamanya tentu saja Jeon Jungkook.

"Lo masuk kesini karena apa?"

"Karena bosen di rumah."

Lelaki yang tak keramas dari kemarin itu hanya melongo. Bolehkah dirinya bertukar jiwa dan raga dengan Minkyung barang seminggu saja? Perempuan itu tak mengalami sakit secara fisik dan mental, lalu dengan seenak bontot dia tinggal disini seperti pasien lemah karena alasan bosan di rumah.

Mungkin, infus yang tertancap di tengah punggung tangannya adalah salah satu dari sekian banyak properti yang dipakai Kim Minkyung selama bermain drama di Rumah Sakit.

"Kalo lo?" Kini, giliran Minkyung yang bertanya.

Jungkook berhenti berjalan. Dia menunjuk kedua tungkai kakinya yang masih membengkak. "Kaki gue patah semua. Jatuh di selokan."

"Pas SMA dulu, gue anak ekstra teater. So, untuk mengenang masa lalu 'gak ada salahnya gue main drama disini?" Kata Minkyung. Lalu, ia menoleh ke arah Jungkook yang berjalan selangkah demi selangkah―membiasakan diri menggunakan walker.

"Main drama sih 'gak masalah," kata Jungkook tiba-tiba. "Tapi karmanya yang jadi masalah." Lanjutnya.

Minkyung hanya tertawa. Menampilkan cengiran yang menampakkan gigi bersih dan tersusun rapi. Iris Jungkook menatap bayang tubuh sosok yang berdiri disampingnya, berjalan mengelilingi taman tanpa tujuan yang jelas.

"Kyung, sampai kapan lo selesai main drama?"

"Sampai misi gue selesai."

Kini, giliran Jungkook yang tertawa canggung mendengar jawaban Minkyung. Dia hanya menatap absurd perempuan itu dan membiarkan benih-benih spekulasi tumbuh di pemikiran luas seorang Jeon Jungkook.

✦✿✦

Wooden Street Cafe.

"Tiga gelas green tea mint dan satu kotak cheese croissant, ya. Jangan lupa dibungkus."

"Totalnya dua rat―"

"―Dua gelas green tea mint, saya minum di sini." Timpal seorang wanita paruh baya yang berdiri di belakang Kim Yerim.

"Kak, tadi total pembayarannya berapa?" Tanya Yeri sebelum menggeser diri ke samping kasir. Lalu, ia membiarkan wanita angkuh tersebut mengulang pesanannya.

"Totalnya dua ratus rib―"

"Biar saya saja yang bayarkan. Bill pembayaran dia disatukan saja dengan bill pembayaran milik saya."

Yeri menghela napas, kesal. Wanita yang mengenakan sepatu boot cokelat dan perpaduan long coat berwarna senada menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Boleh tidak saya berbincang sebentar dengan kamu?"

Alis tipis milik Yeri nyaris membentuk garis sempurna, "Anda siapa?"

Dia hanya tersenyum. Tas tangan yang awalnya berada di tangan kanan kini dialihkan ke tangan sebaliknya. Tangan kanannya menggenggam erat tangan Yeri dan menuntunnya menuju meja di ujung cafe.

Ah, genggaman ini mengingatkanku pada Ibu.

"Sebelumnya maaf kalau saya menganggu aktifitasmu pagi ini." Dia duduk di kursi sesaat setelah Yeri duduk. "Nama saya Jeon Hana, ibu dari Jeon Jungkook."

Angin dingin akibat hujan seperti menusuk Yeri tanpa henti, membuat tubuhnya mendingin. Apa salahnya sampai dia harus bertemu dengan ibu Jeon Jungkook kali ini? "Nama saya Kim Yerim."

"Kamu pasti sudah akrab sekali dengan Jungkook anak saya, bukan?"

Yeri mengangguk ragu-ragu. Dia yakin sekali, pasti Jeon Hana sudah mencari semua informasi tentang dirinya. Oke, penyesalan selalu datang di akhir. "Iya, saya sudah akrab sekali dengan kak Jungkook."

Sesuai pesanan, 2 gelas green tea mint datang. Diletakkan di atas meja. Menggunakan gelas keramik dengan motif Bunga Mawar dan Burung Kolibri Merah yang terlukis di sisi luarnya.

"Sebenarnya, berat sekali harus mengatakan ini padamu, nak."

"Ada apa? Kenapa?"

"Tolong jauhi putraku, Jeon Jungkook. Ini semua demi kebaikannya. Aku 'tak mau kalau nanti popularitasnya hancur disaat dia masih lemah seperti ini."

✦✿✦

Thanks for reading!❤
Gak nyangka kalau yang baca FF ini banyak banget, Terima Kasih ya readers semua! Padahal pas hari Sabtu terakhir kulihat baru 1,69 loh😭

Calyx [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang