Setelan kasual dengan sweater berwarna abu melekat pantas di badan Taeyong. Rambutnya terlihat rapi meskipun beberapa kali dirinya mengacak rambutnya sendiri. Taeyong sedikit khawatir dengan dirinya karena semalam Jaehyun menelepon untuk datang ke kediamannya.
Taeyong tau betul siapa Jaehyun. Hubungannya sampai saat ini baik-baik saja, dan dia juga berharap sampai ke depan akan baik-baik saja. Jaehyun hanya bilang di telepon bahwa dia ingin mengenalkannya dengan Mark, anak Jaehyun. Taeyong lebih khawatir lagi jika Mark tidak menerimanya dengan baik.
Pintu coklat sebuah rumah sederhana yang ada di depan Taeyong itu berhias benda bulat dengan tulisan J berwarna metal. Tidak hanya itu, ada satu lubang dengan kaca cekung kecil dibawahnya.
Taeyong tak pernah ke rumah Jaehyun sebelumnya, sebab Taeyong selalu menolak ajakan Jaehyun dan beralasan mengenai pekerjaannya. Meskipun sebenarnya, Taeyong hanya tidak siap berkenalan dengan Mark. Ia pernah bertemu Mark sebelumnya, dan remaja itu begitu dingin terhadap seseorang yang berada dekat dengan ayahnya.
Taeyong mengetuk pintu hunian itu. Cukup dua kali sampai Jaehyun membukakan pintu rumahnya.
"Hei," kata Taeyong sambil tersenyum.
Jaehyun membalas senyumannya kemudian menariknya ke dalam rumah. Tak luput untuk menutup pintu, Jaehyun menarik Taeyong ke dalam pelukannya. Mengecup bibirnya lembut dengan perasaan yang penuh akan kerinduan.
Kecupannya berubah jadi lumatan sederhana. Taeyong hanya bisa menerimanya, memposisikan dirinya untuk selalu siap ketika Jaehyun melakukan hal-hal seperti ini. Tangan Taeyong menangkup wajah Jaehyun, sementara itu Taeyong bisa melihat seseorang berdiri disamping tangga memperhatikannya yang sedang melakukan hal yang bisa dikatakan tak-baik-untuk-anak-anak, meskipun Mark bukan lagi anak-anak.
Bukan salah Taeyong kan? Lagi pula Jaehyun yang melakukannya duluan. Punggung Taeyong sudah melekat pada pintu. Tapi Jaehyun belum mau melepaskan ciumannya. Taeyong jadi was-was sendiri, khawatir jika pertemuannya dengan Mark kali ini berkesan tidak baik.
Taeyong mendorong Jaehyun sedikit agar Jaehyun mau melepaskan ciumannya. Tapi dorongannya tidak terlalu kuat hingga Jaehyun pun malah memperdalam ciuman itu. Sampai akhirnya seseorang disamping tangga yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua membuka suara.
"Dad," Mark kemudian berdehem. Membuat suaranya agak bergetar karena ingin marah saat itu juga. Wajah Mark begitu kaku, dingin, dan sangat tidak bersahabat.
Jaehyun seketika itu melepas ciumannya. Menoleh kebelakang dan menemukan anak semata wayangnya berdiri memperhatikannya.
"Hey son," Kata Jaehyun. Kemudian Jaehyun memutar tubuhnya untuk mendekati Mark. "Yeah, we just- I mean. Uh sorry,"
Mark tersenyum sinis dengan sedikit dengusan. Kemudian Mark berdecak, mencoba bersikap biasa saja. Ia hanya mengangkat sebelah alisnya sambil memandangi seseorang yang ada di belakang ayahnya.
"O-oh," Jaehyun memfokuskan dirinya, karena masih tidak bisa berhenti untuk membayangkan kenikmatan yang baru saja ia rasakan. "Mark, meet Taeyong. Taeyong, Mark." Jaehyun menunjuk mereka bergantian.
Taeyong tersenyum. Berjalan menghampiri Mark yang masih memasang wajah kaku. "Hai, senang bertemu denganmu, Mark." Taeyong mengulurkan tangannya, bersiap untuk bersalaman.
"Senang bertemu dengan Anda. Saya Jung Minhyung." Kemudian Mark meremas tangan Taeyong dengan kasar. Membuat Taeyong berdecih kecil. Ada penekanan saat Mark mengatakan kata 'Anda'. Ketika Mark mengatakan nama aslinya, ia seperti mengejek dan menginginkan Taeyong segera pergi sebab dari tatapan Mark menjelaskan bahwa ia tak ingin Taeyong berganti nama dengan marga Jung.
Benar. Rencana mengenai menikah sudah pernah Jaehyun ceritakan pada Taeyong. Cerita mengenai Mark yang tak merestui hubungannya dengan siapa pun. Taeyong tahu betul bagaimana semua itu bisa terjadi. Jaehyun selalu membagi semua ceritanya pada Taeyong. Dan sekarang, untuk pertama kalinya, benar-benar bertemu dengan Mark membuat dirinya cemas setengah mati akan hubungannya dengan Jaehyun. Tapi Taeyong tetap mengulum senyumnya.
"A-kh," Taeyong meringis sakit karena cengkeraman Mark yang kuat. Tapi senyumannya tetap merekah.
Jaehyun berjalan menghampiri Taeyong dan Mark. Lalu Mark melepas salamannya, berlagak tersenyum manis didepan Taeyong dan ayahnya.
Jaehyun merasa ada yang tidak beres. Kemudian merangkul bahu Taeyong untuk menuju ruang keluarga.
"Mark," ujar Jaehyun sambil menoleh pada Mark. "Bersihkan kamarmu dulu,"
Mark membuang muka, menapakkan kaki ke tangga untuk naik menuju kamarnya. "I'll do it later."
Jaehyun berhenti dan menatap punggung Mark yang semakin naik ke tangga. Membiarkan Taeyong mendahuluinya untuk duduk di sofa.
"Bersihkan kamarmu." ulang Jaehyun.
Mark menoleh menatap ayahnya yang masih melipat lengannya di dada.
"I'll do it later, dad."
"Do it now. Right now. This moment."
"I'll. Do it. Later."
"How many times do I have to tell you?"
"Dad, why are you so annoying?" Mark mendecakkan lidahnya. Memutar bola matanya malas. "Because that guy? What a slut."
"Because you never do it later!" Bentak Jaehyun. "Mark!"
Jaehyun marah karena kelakuan anaknya itu. Mark langsung lari ke kamarnya. Membanting pintu kamar diikuti suara teriakan keras dari dalam.
Jaehyun mengeluh kesal. Menghampiri Taeyong yang masih menggosok tangannya karena sedikit perih.
"Hey, jangan terlalu keras pada Mark. He just a boy." Ujar Taeyong mengelus lengan Jaehyun yang sekarang duduk di sampingnya.
"Aku tak mengerti mengapa dia begitu membencimu sampai melakukan hal yang tidak seharusnya. Apa salahnya bersalaman layaknya orang biasa, kenapa harus menyakiti. Aku mengerti dia belum bisa menerima, tapi tak perlu dengan kekerasan. Sudah berkali-kali aku memperingatkannya. Slut? Ya ampun aku tak pernah mendengar kata-kata itu keluar dari mulut anakku sendiri."
"Hey..relax." Taeyong menggosok punggung Jaehyun.
"Bagaimana tanganmu?" Jaehyun menarik tangan kanan Taeyong, melihat goresan tipis dengan bercak darah di kulitnya.
"Aku baik-baik saja, Jaehyun. Jangan berlebihan. It's okay."
Jaehyun melihat ke arah Taeyong. Merasa bersalah karena kelakuan Mark. Tidak hanya itu, pertemuan awal ini begitu buruk. Dan Mark benar-benar sulit untuk menerimanya.
"Maafkan Mark. Aku sungguh minta maaf." Ujar Jaehyun pelan.
"Tak apa. Aku baik-baik saja. Mark masih bocah. Dia masih terlalu sensitif dengan hal-hal seperti ini, apalagi dengan pendiriannya itu."
"Dia hanya keras kepala. Aku akan beri dia sedikit pelajaran."
"Jaehyun," Taeyong mengelus punggungnya. Menenangkan Jaehyun yang masih naik pitam karena anaknya sendiri. "Sudahlah. Aku baik-baik saja. Aku akan lakukan yang terbaik agar mau membuka hatinya untukku."
Jaehyun tersenyum. Meremas jemari Taeyong kemudian mengecup punggung tangannya perlahan. Ia memberi tanda bahwa ia percaya seutuhnya pada Taeyong.
"Taeyong, aku tau Mark melukai hatimu," kata Jaehyun masih menciumi buku-buku jari Taeyong.
Taeyong hanya terdiam. Menunduk untuk tak bertemu pandang dengan Jaehyun.
"Aku percaya padamu." Lanjut Jaehyun.
Terik matahari masuk melalui celah jendela-jendela rumah Jaehyun. Pagi hari hampir berganti dengan panasnya siang. Dan disanalah Mark, termangu menatap foto dirinya dengan Jaehyun, dengan senyum merekah di keduanya.
Mark tak ikhlas. Mark benar-benar tidak mau. Mark hanya ingin menyingkirkan Taeyong dari kehidupannya.
-
-
-
-
-Bersambung
A/N : Terimaksih sudah menyempatkan membaca. Saya sayang Mark wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mess
FanfictionMess; A Jaeyong Fanfiction by shaphireavox Mark tidak menginginkan orang tua kedua. Dia tidak pernah menginginkan kedatangan sesosok Taeyong dalam hidupnya. Karena selama 17 tahun dia hanya bersama Jaehyun -ayah yang sangat mencintainya. Tetapi Jaeh...