6. Jaehyun

21K 3.3K 306
                                    

Jaehyun tersenyum lembut melihat kemesraan yang dibuat Taeyong dan anak semata wayangnya. Ia menghampiri kedua orang yang masih duduk termangu di depan meja yang terdapat beberapa buku tergeletak. Suasananya begitu canggung. Jaehyun dapat merasakan dari keduanya. Jadi Jaehyun memutuskan untuk duduk disamping Mark.

Mark berada ditengah, diantara Jaehyun dan Taeyong. Mereka masih diam. Sampai akhirnya Jaehyun merengkuh bahu Mark.

"Terimakasih," ujar Jaehyun menggoyang bahu Mark pelan.

Mark hanya diam menunduk. Kemudian mengganti posisi menyendenkan tubuhnya. "Ini yang ayah mau?"

Taeyong hanya memperhatikan mereka berbincang. Tidak memberikan respon apapun karena masih merasa canggung.

"Bukankah ini lebih baik?" Kata Jaehyun sambil mengangguk.

Mark lega melihat ekspresi ayahnya yang tidak lagi terlihat marah-marah. Mungkin memang sebaiknya ia melakukan hal seperti ini. Cari muka untuk mendapatkan rasa bangga pada ayahnya sendiri. Disamping ia membenci Taeyong dan ingin menyingkirkannya, Mark menginginkan pujian dan kebanggaan dari ayahnya. Sementara hal tersebut bisa didapat hanya dengan dekat dengan Taeyong. Mark harus berusaha keras menerima Taeyong. Setidaknya didepan ayahnya seperti ini.

Mark menoleh pada Taeyong diikuti Taeyong yang memandangnya balik. "Terimakasih, Taeyong." Ujar Mark.

Pertama kalinya. Untuk pertama kalinya dalam hidup Taeyong. Seseorang yang baru kemarin terdengar begitu dingin dan tak suka sekarang berterimakasih. Taeyong tersenyum lembut.

"Anytime."

Mark mengambil bukunya. Berdiri untuk melenggang pergi dari mereka. "Mungkin ayah dan Taeyong butuh waktu berdua. Aku pergi ke kamar dulu."

Jaehyun mengangguk. Membiarkan anaknya itu pergi untuk masuk ke kamarnya. Sebelum itu, sunggingan senyum Mark terlempar pada Taeyong. Membuat Taeyong agak takut membalas senyumannya.

Setelah Mark masuk ke kamarnya dan menutup pintu, Taeyong dan Jaehyun masih duduk diam berdua. Suara hembusan napas Taeyong terdengar begitu lega setelah kejadian itu.

"Dia baik-baik saja." Ujar Jaehyun.

"Ahh.. aku masih terlalu shock."

Jaehyun memeluk Taeyong memberikan kecupan singkat di dahi nya. "Dia mulai mau menerimamu."

Taeyong terkekeh. "Aku harus sering-sering membantunya mengerjakan PR."

-
-
-
-
-
Telepon genggam Taeyong berdering beberapa kali. Nada dering SMS singkat itu awalnya tak membuatnya risau. Posisinya terlalu nyaman sekarang. Dekapan Jaehyun membuatnya susah untuk bangun dan menjangkau ponselnya.

Sebenarnya malam belum terlalu larut. Jam sepuluh bukanlah jam yang pantas digunakan untuk memulai tidur bagi Taeyong. Terkadang dini hari baru ia mulai mau memejamkan matanya. Tapi Jaehyun memintanya untuk banyak istirahat. Apalagi setelah kegiatannya yang cukup melelahkan. Berpindahnya Taeyong ke kediaman Jung cukup membuatnya capai.

Taeyong bangun dari posisinya, melepas dekapan Jaehyun yang sudah tertidur pulas. Ia membaca pesan yang ia terima. Mungkin terdengar sangat aneh jika tiba-tiba Yuta mengiriminya pesan di malam hari dengan permulaan 'hai, apa kabar?'.

Taeyong terdiam mengamati tulisan yang ada di ponselnya. Ini benar-benar Yuta. Apa yang dia inginkan lagi dari Taeyong? Bukan maksud untuk menuduh Yuta menginginkan sesuatu yang spesifik, tapi cukup aneh jika ia mengirimkan pesan di malam hari.

Taeyong bergerak gusar. Kemudian mengetikan pesan singkat balasan untuk Yuta. Gerakannya cukup untuk membuat Jaehyun terbangun, matanya masih merah terpaksa untuk terbuka. Sepertinya memang Jaehyun baru saja tertidur pulas dan berbangun hanya karena Taeyong yang berpindah posisi.

"Tidurlah lagi," ujar Taeyong mengelus rambut Jaehyun.

Jaehyun menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Taeyong. Memeluknya manja sambil mendesah seperti meminta Taeyong untuk kembali tidur.

"Tunggu, biarkan aku menaruh ponselku dulu. Jaehyun-"

Tapi Jaehyun mendekapnya sampai Taeyong susah bergerak. Mata Taeyong mengerjap sesekali. Kemudian menaruh ponselnya di meja samping lampu tidur.

"Siapa?" Gumam Jaehyun yang masih menenggelamkan wajahnya.

"Yuta,"

Satu nama yang membuat Jaehyun kembali terbangun seratus persen seperti tersengat listrik. Ia berbalik, menatap mata Taeyong yang berkilau karena gelapnya ruangan itu.

"Aku pikir kau sudah mem-blok nomornya. Kalian masih berhubungan?"

"Dia hanya mengirimiku pesan menanyakan kabar. Ku pikir akan lebih bagus jika kami masih berhubungan baik."

Jaehyun memalingkan wajahnya. Ia tengkurap untuk menghindari tatapan Taeyong. Membanting kepalanya ke samping tanpa mengatakan apapun.

"Kau cemburu?" Tanya Taeyong.

Jaehyun menggeleng keras dan kembali menutup matanya. Taeyong terkikik pelan. Mendekatkan wajahnya pada Jaehyun.

"Jaehyun, kita bukan remaja yang sedang hangat kasmaran dan sering kali cemburu buta karena hal sepele. Ayolah," Taeyong memeluknya dari belakang. Lagi-lagi Jaehyun menggeleng tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Jaehyun, berbaliklah." Tepukan dibahu Jaehyun berhasil membuatnya berbalik. Lalu Jaehyun menatap Taeyong dengan mata sayu.

"Kau cemburu?" Goda Taeyong sambil menepuk kedua pipi Jaehyun. Tawa kecilnya begitu renyah terdengar di telinga Jaehyun. Dan akhirnya Jaehyun menghambur untuk mencium Taeyong.

Ciumannya lembut, tapi terkesan menuntut. Jaehyun menggigit bibir bawah Taeyong. Menyesapnya dan menginginkan bibir yang baru saja bergerak menggodanya tadi agar bengkak. Setelah ia melepas ciumannya, Jaehyun menatap Taeyong tanpa mengatakan apapun kemudian menutup matanya. Taeyong tersenyum dan memeluk kekasihnya itu.

Yuta adalah mantan kekasih Taeyong. Cukup lama, hubungannya berlangsung selama tiga tahun lebih bersama Yuta. Kemudian ada sebuah masalah yang membuat Taeyong lebih memilih untuk meninggalkannya daripada bertahan bersamanya. Jadi mereka memutuskan untuk putus.

Hidup Taeyong cukup mewah ketika bersama Yuta. Yuta merupakan bos sekaligus pacarnya di bar dimana Taeyong bekerja dulu. Pekerjaan yang membuatnya merasa kaya alih-alih merasa malu.

Tapi Taeyong tidak malu saat itu. Hanya menari telanjang dibantu oleh satu tiang yang membuatnya menghasilkan banyak uang kenapa tidak? Belum lagi tarif stripper seperti Taeyong jauh lebih mahal karena wajahnya yang menawan. Ia tidak menjajakan tubuhnya untuk seks. Ia hanya telanjang dan mendapatkan uang.

Ngomong-ngomong, putusnya hubungan dia dengan Yuta tidak membuatnya berhenti menjadi seorang stripper. Ia mencari bar baru untuk mencari nafkah. Lalu, Taeyong berhenti ketika ia sudah mulai diterima mengajar di perguruan tinggi swasta, dan memulai hidupnya dari nol.

Ia mulai menghapus kebiasaan buruknya yang sering kali ke bar. Untuk pekerjaan maupun hiburan. Perihal mengenai noona nya yang selalu khawatir tentang ekonomi Taeyong membuatnya sedikit sungkan terhadap noona nya sendiri. Semenjak ia mengajar, uangnya selalu saja tak cukup hanya untuk keperluan pribadinya. Taeyong malu untuk merepotkan noona nya. Ia ingin memberi, bukan diberi. Tapi apa boleh buat jika apa yang diberikan pun ta ada.

Dan semuanya berubah membaik ketika hubungan asmaranya beralih bersama Jaehyun.

-
-
-
-
-


Bersambung.

A/N : Halo saya kembali :") udah mulai liburan ehe tapi nilainya blm keluar, do'ain saya dapet nilai bagus yha. Ehe ngomong-ngomong saya  terinspirasi dari salah satu fict Jaeyong dimana Taeyong jadi stripper. Tapi untuk plot dan ceritanya pasti jauh beda ya, saya cuman terinspirasi dan ingin buat tentang stripper juga. Hehe.. Saya kira bakalan menarik aja gitu. Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca fict saya. Muah!

MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang