4. Mark

22.5K 3.7K 713
                                    

"No. Dad I didn't do it." Kata Mark mengeluh.

"I don't know what to believe anymore."

"Dad believe me, I'm your son."

"Jadi apa yang kalian bicarakan? Apa yang membuatnya seperti menutupi sesuatu?" Jaehyun memijat pelipisnya. Capai dengan segala argumen yang telah ia buat dengan anaknya itu.

"I don't know."

Jaehyun terdiam memandang anaknya itu. Tatapannya intens, tetapi tetap memberikan segelas susu yang baru saja ia tuangkan untuk Mark. "Who are you?"

Jaehyun duduk di depan Mark. Memandang lekat anaknya itu. Setelah menyelesaikan santap siangnya yang terlambat karena sudah masuk jam tiga sore, Mark begitu menyebalkan terhadap ayahnya. Baru kali ini ia begitu membenci Jaehyun.

Taeyong tetap duduk di sofa yang berjarak cukup dekat dari keberadaan ayah dan anak itu. Ia mengintip beberapa kali apa yang sedang terjadi. Itu merupakan urusan Jaehyun dengan Mark, jadi Taeyong pikir ia tidak perlu ikut-ikut.

"Kau tak mengatakan apa maksudmu dan tak pernah mengatakan apa maumu."

"Aku tidak mau dia. Aku tidak mau dia ayah. Aku tidak mau."

"Why!"

Mark mendorong kursi yang ia duduki ke belakang. Menghentakkan gelas susu yang hampir habis itu sambil berteriak. "Aku tidak mau!"

Jaehyun ikut berdiri, membuatnya tak segan-segan melakukan kekerasan pada anaknya itu. "Setidaknya ada alasan yang konkret mengenai ketidakmauanmu. Kau menginginkanku hidup sendiri selamanya? Ketika kau sudah memiliki hidup baru tanpa ayahmu yang tidak pengertian terhadap anaknya sendiri ini, kau membiarkanku membusuk hidup dengan kesendirian? Begitu maumu?"

Taeyong mendengar kegaduhan itu. Ia langsung menghampiri Jaehyun dan Mark yang masih adu mulut didepan meja makan.

Mark sudah naik pitam, begitupun Jaehyun. Bahkan Jaehyun sudah mencengkeram baju yang dikenakan Mark.

"Jaehyun!!!" Teriak Taeyong kemudian menamparnya. Jaehyun terkejut dengan tamparan Taeyong. Apalagi Taeyong langsung memeluk Mark yang tangisnya sudah pecah.

"Berapa kali harus ku katakan. He just a boy!"

Jaehyun diam. Memegang pipi kanannya yang panas karena tamparan Taeyong.

"Jangan terlalu kasar padanya. Aku sudah katakan bahwa kami hanya say hi, karena mood Mark kurang baik jadi aku menunda untuk mengatakan masalah yang aku bahas denganmu sebelumnya! apa yang kau lakukan!"

Jaehyun terdiam, sementara Mark masih sesenggukan memeluk Taeyong. Mark bahkan mengeratkan pelukannya saat tangisnya begitu dalam dan akhirnya Mark menenggelamkan wajahnya di dada Taeyong, menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.

Suasananya begitu runyam. Taeyong merasa bingung dengan semua ini. Ia menyesal datang ke kediaman Jung hari ini. Membuat hubungan Jaehyun dan Mark begitu rusak sebab dirinya.

Inilah yang ditakutkan Mark. Ayahnya marah besar terhadap dirinya. Dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis. Kemurkaan Jaehyun begitu mengerikan sebab seumur hidup Mark tak pernah mendapatkan kekerasan seperti ini.

"Dia harus diberi pelajaran," ujar Jaehyun pada Taeyong sambil menautkan alisnya.

"Jangan terlalu keras padanya ya Tuhan, Jung Jaehyun." Taeyong meredakan amarahnya. Mencoba memperbaiki suasana yang begitu mencengkam barusan.

"Dia anakmu. Kau menyayanginya. Mark pun menyayangimu. Sebuah alasan tidak perlu dilontarkan karena seharusnya saling memahami. Semua butuh proses Jaehyun. Biarkan Mark lebih tenang dulu." Ujar Taeyong sambil mengelus rambut Mark yang ada didekapannya.

MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang