8. Taeyong

20.7K 2.9K 163
                                    

Ponselnya berdering beberapa kali ketika Taeyong masih ada di kampus. Ia cukup kaget ketika melihat salah satu mahasiswanya yang pernah menjadi kliennya ketika masih menjadi seorang striptease. Banyak hal yang dilakukan Taeyong, bersikap biasa saja dan menyembunyikan kecemasannya dibalik senyuman. Taeyong ingat betul dengan semua nama kliennya. Pikirannya terlalu berat jika ia memikirkan satu hal yang membuatnya cukup muak.

Lucas tetap meneleponnya. Agaknya memang salah satu mahasiswanya itu masih penasaran dengan keberadaan Taeyong dimana dulu ia sering kali membokingnya dan sekarang menjadi pengajarnya. Kehidupan Taeyong sekarang sudah berbeda. Ia sudah meninggalkan pekerjaannya itu. Mengapa belakangan ini ia masih terseret dengan masa lalunya itu?

"Halo," jawab Taeyong dari telepon. Ia mendengarkan suara Lucas yang sedikit bergetar ketika berbicara. Menjelaskan bahwa Lucas ingin menemuinya.

"Aku sedang sibuk di kantor. Jika kau bersikeras masih ingin menemuiku, temui aku sekarang atau tidak selamanya." Taeyong menutup teleponnya. Memijit pelipisnya yang membuatnya begitu pening.

Tak beberapa lama kemudian Lucas muncul membuka pintu Taeyong. Berjalan mendekat dan memberi hormat.

"Duduklah," ujar Taeyong.

Lucas duduk kemudian memandang wajah Taeyong.

"K-kau benar-benar Taeyong? Lee Taeyong itu?"

Taeyong tersenyum. Menata beberapa kertas di mejanya. "Aku mohon padamu. Jangan ungkit masa lalu ku. Semuanya telah berbeda, aku sedang memulainya dari nol."

"Itulah mengapa kau tak pernah terlihat di bar lagi. Aku baru tau kau mengajar disini. Aku hanya dengar jika ada pengajar baru," Lucas menghela napasnya. "Aku sangat jarang masuk kuliah."

Taeyong hanya tersenyum lagi dan lagi.

"Banyak orang merindukanmu di bar."

Mata Taeyong kosong, memandang wajah Lucas yang terlihat biasa saja. Kemudian tawanya meledak.

"Kau berlebihan. Aku sudah berhenti."

"Aku pun merindukanmu."

Taeyong diam. Meratapi jemarinya yang semakin dingin. Ia harus keluar dari semua ini. "Jangan katakan pada siapapun. Aku mohon." Ujar Taeyong.

"I won't, but..."

"Kau meminta imbalan?" Taeyong sedikit khawatir jika ini semua akan berakhir buruk. Meskipun Taeyong tahu bahwa Lucas bukanlah orang yang seperti itu.

"Tidak. Tapi kau tau aku menyukaimu. Aku tak akan memaksa jika kau memang menolakku."

"Maaf, Lucas."

"Tidak. Tidak. Aku yang minta maaf. Aku hanya memastikan jika ini benar-benar kau. Maafkan aku Sir."

Kemudian Lucas berdiri, memberi hormat dan melenggang pergi dari kantor Taeyong. Ia melirik sebentar keberadaan Taeyong kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo. Yuta?"
-
-
-
-
-

"Aku tau ini berat." Ujar Taeyong sedang bertelepon dengan Yuta. Sore ini ia masih ada di kampus. Melembur untuk mengoreksi kuis mahasiswanya tadi. "Aku mau. Jika gaji yang kau tawarkan sebanyak itu siapa yang tidak tergiur. Gajiku sekarang tidak ada setengahnya dari yang kau tawarkan."

Taeyong bimbang. Menggigit kuku-kuku jarinya. Mendengarkan Yuta berbicara dari telepon dengan saksama.

"Aku tahu. Aku tahu, Yuta. Aku tahu. Aku masih belum berani mengatakannya pada Jaehyun."

Tidakkah semuanya begitu runyam? Taeyong ingin berpenghasilan besar dimana ia juga berperan dalam biaya pernikahannya nanti. Mungkin tidak perlu mewah, tapi setidaknya Taeyong ingin diakui. Pun ia laki-laki.

MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang