Lemon Tea #9

3.2K 358 21
                                    


"You smile back at me and your face lit up the sun. Now I'm waiting here for someone."Too Much To Ask, Niall Horan.

  🍋🍋🍋  

Koridor sudah mulai sepi ditinggalkan oleh siswa dan guru yang sudah mulai pergi menuju tempat tujuan mereka masing-masing. Cokelat yang sudah ia kemas baik-baik semalam sudah berada di balik jaket yang ia kenakan. Sean berpikir keras tentang kata-kata apa yang akan ia tulis dengan tulisan cakar ayamnya. Lebih keras daripada memikirkan simulasi UN yang akan diadakan seminggu lagi.

Dengan penuh keyakinan dan segala keberanian yang sudah ia tabung sejak bertahun-tahun yang lalu, Sean berjalan mencari Betzy di sepanjang koridor yang ada. Hingga dia menemukan gadis itu berada di kantin bersama beberapa temannya. Ya, Sean sedikit lega Betzy memiliki teman lain selain dirinya. Laki-laki itu mengepalkan tangannya di samping tubuh. Dia pasti bisa mengungkapkan semuanya hari ini.

Sean berlari kecil menuju kantin untuk menghampiri Betzy tetapi beberapa langkah sebelum tiba di sana, ada orang lain yang memanggil gadis itu. Membuat Sean perlahan menghentikan langkahnya dengan rasa kecewa yang perlahan menyeruak. Ya, ditambah dengan sedikit perasaaan tahu diri.

Alvaro memanggilnya.

Alvaro yang memanggil Betzy, dan senyum segera merekah di wajah gadis itu.

Sean menghela napasnya berulang kali sambil berdiam diri di tempatnya. Dia kemudian tersenyum kecut dan mengacak rambutnya kasar. Laki-laki itu kemudian berjalan keluar dari sekolah. Dia mengambil kotak kecil berisi cokelat yang ada di sakunya, membuka kotak itu dan mengambil kertas yang ada di dalamnya. Sean membukanya sejenak lalu membacanya sekilas. Dia tertawa pesimis, sebelum akhirnya meremas kertas itu dan melemparkannya ke tempat sampah.

"Kak Sean!"

Seseorang memanggilnya dan membuat Sean menghentikan langkahnya. Dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah sumber suara.

"Ada apa ya?" tanya Sean pada orang yang memanggilnya tadi. Seorang gadis berkuncir satu yang tampak terengah-engah sambil membawa sebendel kertas dan sebuah pena.

"Astaga, aku udah nyariin muter-muter sekolah akhirnya ketemu juga." Gadis itu merunduk. Memegang lututnya sambil mengambil napas, sebelum akhirnya menegakkan tubuhnya dan menatap Sean. "Kakak bisa nggak ngisi acara buat valentine day besok lusa?"

"Huh?" Sean menatapnya cengo.

"Maaf ya kak kalo mendadak banget, ini rundown acaranya yang baru itu berubah drastis dan Pak Rusmiyanto minta banget kakak ngisi acaranya," jelas gadis itu.

"Ya, tapi persiapan gua mepet banget," sahut Sean.

"Tampil seadanya juga enggak apa-apa, Kak," gadis itu memohon. "Itu permintaan terakhir Pak Rus sebelum pensiun."

Sean menghela napasnya. "Okaylah, itung-itung permintaan maaf gua kalo suka tidur waktu pelajaran PKn."

Gadis itu tersenyum sumringah. "Yeay! Thank you, Kak Sean! You're the best!"

Gadis itu kemudian berlari meninggalkan Sean.

🍋🍋🍋

Berulang kali angkutan umum melintas di hadapannya, tapi laki-laki itu masih setiap bertahan di sana. Perasaan yang berkecamuk di hatinya mungkin membuatnya tidak tetap bertahan di sana. Jika dia pulang, biasanya setibanya di rumah kamarnya sudah berisi Vendra, Bintang, Zevran dan Marven. Lalu jika wajahnya terlihat seperti ini, mereka pasti akan mulai menduga-duga dan berpikir macam-macam tentang apa yang terjadi.

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang