Lemon Tea #23

2.1K 268 38
                                    

"And she might help me forget but loving her is something I could never do."Because I Had You, Shawn Mendes.

    🍋🍋🍋    

Tak ada alasan Sean berjalan menyusuri trotoar kali ini. Tidak untuk pergi ke Green Tea House atau Cheese Of You, tidak juga membeli makanan atau minuman, tidak juga pergi menemui Nadine atau teman-temannya yang lain. Dia hanya ingin berjalan-jalan, sebuah jalan-jalan sore untuk menenangkan pikirannya mungkin lebih tepatnya dia ingin mengintropeksi diri.

Memakai topeng dan tersenyum seolah dia bahagia bersama Nadine, tapi perasaannya hancur berkeping-keping ketika melihat Betzy.

Sean membuang napasnya asal, dia mulai lelah dengan semua ini. Mungkin, hanya sebentar. Hanya tinggal menghitung hari sebelum farewell party dan dirinya bisa pergi dari sini. Sejujurnya, Sean sudah mendapat universitas melalui jalur SNMPTN di Padang sana, tapi terlalu berat baginya meninggalkan kota ini dan semua kenangannya. Jadi Sean ingin mencoba jalur SBMPTN, tapi dia masih bimbang.

Kakinya itu melangkah tak tentu arah, entah sudah berapa kali dia melewati jalan yang sama, tempat yang sama dan suasana yang sama. Tapi tanpa laki-laki itu sadari, ada seseorang di belakangnya yang juga melangkah tak tentu arah bersamanya. Seseorang yang masih mencoba masuk ke dalam hati Sean, mencoba berhenti menjadi bayang-bayang.

Nadine tanpa sengaja menemukan Sean di trotoar tapi dia memilih untuk tidak menyapanya. Gadis itu memilih mengikuti kemana langkah Sean, tapi yang ia dapatkan hanya berputar-putar di tempat yang sama. Namun Nadine tak patah arang, dia masih mengikuti Sean.

Hingga langkah Sean terhenti di depan sebuah ruko yang sudah empat kali mereka lewati, atau bahkan mungkin lebih bagi Sean. Nadine juga ikut menghentikan langkahnya, ketika Sean berhenti di depan sebuah ruko alat musik dan penyewaan studio band. Sebuah ruko yang Nadine tahu sebagai rumah dari Betzy. Dia menatap punggung Sean sejenak, diam-diam dia berharap Sean tidak melangkahkan kakinya menaiki anak tangga ke lantai dua ruko tersebut.

Sean masih diam, menatap ruko itu dengan sorot mata sendu yang terasa begitu menyakitkan bagi Nadine. Seperti laki-laki itu mengharapkan seseorang keluar dari tempat itu dan menyapanya. Dalam hati Nadine masih berharap, tapi sayangnya Sean melakukannya.

Kaki gadis itu perlahan mendekat, berdiri di depan ruko tersebut. Nadine mulai berpikir positif lagi. Berpikir bahwa Sean hanya datang untuk mengambil uang konsumsi lalu kembali ke rumahnya. Lima belas menit berlalu tapi Sean tak kunjung keluar. Nadine menghela napas, mungkin Sean hanya berbicara mengenai panitia farewell. Jadi Nadine memilih diam di depan ruko tersebut, berusaha membuat sebuah kebetulan dimana dirinya dan Sean bertemu di depan tempat ini.

Hampir satu jam dia berdiri di depan ruko tersebut tapi Sean tak kunjung keluar. Nadine menarik napas panjang, menatap ke atas sejenak lalu melangkahkan kakinya pergi dengan setengah putus asa.

Apakah selamanya dia hanya akan menjadi bayang-bayang Betzy?

      🍋🍋🍋     

Aroma kopi hitam pekat yang baru saja diseduh memenuhi indra penciuman gadis itu. Rambutnya ia ikat asal, bibir tipisnya itu meniup uap kopi yang terus membumbung agar cepat dingin, sementara matanya menatap matahari yang mulai terbenam di antara tingginya gedung-gedung. Sudah berhari-hari tokonya itu tutup, membuat rumah ini kembali sepi karena hanya dirinya yang menghuni.

Betzy menghela napas, rasanya dia sudah kebal seperti ini.

Selalu sendiri.

Matanya menyisir atap ruko yang menjadi halaman belakang rumahnya. Tempat paling menenangkan sekaligus menyakitkan. Ada banyak kenangan di sini, antara dirinya, kedua orang tuanya dan juga... Sean. Betzy memejamkan matanya lalu menggeleng pelan sembari berdecak sebal. Setiap kali sendiri, dirinya selalu teringat Sean.

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang