Lemon Tea #11

3K 330 4
                                    

"'I knew I'm not the only one."—I'm not the only one, Sam Smith.

  🍋🍋🍋  

Tinggal satu minggu lagi. Hanya tinggal satu minggu lagi dan Alvaro tidak bisa menghentikan semua ini. Ibunya dan pria itu serta Betzy. Alvaro tidak bisa membiarkannya tapi di sisi lain dia juga tidak berdaya. Dia tidak bisa melepaskan Betzy begitu saja dan membiarkan gadis itu bersama orang lain. Layar ponsel Alvaro yang terletak di atas meja menyala ketika ada sebuah pesan masuk dari Betzy. Tanpa pikir panjang, cepat-cepat Alvaro mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Betzy itu.

Betsay : Al, aku mau ketemuan sama kamu

Alvaro segera membalasnya.

Alvaro : Okay, di COF ya?

Betsay : OK

Alvaro pikir Betzy merindukannya karena dia juga merasakan hal yang sama. Maka Alvaro cepat-cepat pergi menuju Cheese Of You untuk menemui kekasihnya itu. Begitu ia tiba di sana, benar saja. Betzy sudah berada di sana terlebih dahulu, di tempat yang sama seperti ketika mereka jadian dulu. Dengan wajah berseri-seri Alvaro berjalan menghampiri Betzy tetapi ketika ia melihat wajah gadis itu, yang terjadi justru sebaliknya. Mata Betzy sembab dan ia tampak kacau.

"Bet, kamu—"

"Alvaro, aku mau kita putus."

Alvaro meraih tangan Betzy menatap gadis itu lekat-lekat.

"Kenapa? Aku nggak mau kita putus, Bet."

"Semuanya udah cukup, Al. Aku udah tahu semunya."

"Aku yakin pasti ada jalan keluarnya, Bet," Alvaro berusaha meyakinkan Betzy.

Betzy menggeleng. "Enggak, Al. Aku enggak bisa. Kenapa selama ini kamu bohong?"

"Aku takut kamu enggak bisa nerimanya, Bet."

"Aku emang enggak bisa nerima itu, Al."

Betzy menepis tangan Alvaro kemudian berjalan keluar dari restoran itu. Alvaro hanya diam di tempatnya. Mengacak rambutnya kasar, semuanya berakhir di sini. Sama seperti yang ia takutkan. Kini Betzy bukan kekasihnya lagi.

🍋🍋🍋

Gelap pun datang dengan anggun. Menyisakan sisa-sisa senja di ujung jalan walaupun ini sebenarnya sudah tak layak disebut senja. Kakinya menendang-nendang kaleng minuman yang tadi ia temukan di jalan. Tak ada perkembangan dari les-les yang sering ia lakukan setelah tambahan pelajaran. Yang ada di kepalanya masih itu-itu saja. Betzy, Betzy dan Betzy.

Dengan celana abu-abu dan baju putih dengan logo sekolah cokelatnya yang sudah kekuningan dan lusuh, Sean berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari tempat lesnya. Dalam setiap gerakan tubuh yang ia lakukan, dia berpikir tentang bagaimana cara mengatakan semuanya kepada Betzy. Dia ingin mengatakan segalanya kepada gadis itu. Tentang apa yang ia rasakan selama ini.

Hanya sebuah pengakuan.

Sean tak akan meminta Betzy menjadi kekasihnya.

Ya, walaupun itu menyakitkan tapi kenyataannya gadis itu masih mencintai Alvaro dan tak ada celah baginya untuk masuk dan mengisi hati gadis itu. Dia menghentikan langkahnya dan menatap ke atas sana. Dalam gelapnya malam ini, Sean berucap kepada dirinya sendiri.

"Orang-orang di Bumi Cuma bisa lihat bulan aja. Mereka enggak bisa lihat matahari yang sebenarnya lebih besar dan terang dari Bulan. Mereka pikir Bulan itu indah, cantik, tak bercela. Padahal sebenarnya di permukaan bulan sana hanya ada lubang, lubang dan lubang."

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang