Lemon Tea #12

3.1K 364 27
                                    

"I need someone on days like this."—Tell Me You Love Me, Demi Lovato.

    🍋🍋🍋    

Betzy Rastika : Yan, gue putus sama Alvaro

Kalimat itu sukses membuat Sean membeku di tempatnya. Putus? Benarkah? Rasanya Sean ingin melompat ke udara dan menari di dalam kamarnya jika tak ada Zevran dan Bintang di sini. Namun, dibalik rasa bahagianya itu, kepalanya masih memikirkan Betzy. Gadis itu pasti sedang menangis, meringkuk di kamarnya sekarang. Ini lebih menyakitkan dari biasanya, jadi cepat-cepat Sean mengambil hoodie dan payung lipat abu-abunya.

"Guys, terserah lo mau ngapain di kamar gue tapi jangan bawa pergi celengan gue," ucap Sean sambil memakai hoodie krem-nya itu.

"Lo mau kemana, Mon?" tanya Zevran heran. Baru lima belas menit yang lalu ia meminta Zevran dan Bintang datang, tapi sekarang ia pergi begitu saja.

"Mon, gue habisin jajanan lo boleh nggak?" tanya Bintang. Sebenarnya yang satu ini agak tidak tahu diri, tapi Sean sedang tidak ingin memperdulikan hal tersebut saat ini.

"Terserah lo," jawab Sean cuek lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Dengan payung abu-abunya itu, cepat-cepat ia berlari menuju rumah Betzy. Hujan deras sedang mengguyur di luar sana dan ia takut Betzy akan melakukan hal macam-macam. Bisa saja gadis itu hujan-hujanan di luar rumah. Bisa saja Betzy berdiri di tengah jalan sambil melamum. Bisa saja Betzy ada di atap rukonya dan berdiri di tepi. Ah, Sean semakin khawatir saja. Dia tidak bisa menghilangkan pikiran-pikiran gila yang memenuhi otaknya tentang Betzy.

Begitu tiba di toko alat musik itu, Sean segera naik ke lantai atas dan menuju kamar Betzy. Dia sudah hafal tata letak rumah ini, lebih hafal dari tikus yang sering keluar masuk tanpa ijin. Sean membuka pintu kamar Betzy dan akhirnya dia bisa bernapas lega. Dia tampak terengah-engah, keringatnya perlahan mengalir. Sean mengusap wajahnya kasar, Betzy baik-baik saja.

"Sar?" panggil Sean.

Betzy yang sedari tadi menenggelamkan kepalanya di atas bantal segera bangkit dan menatap ke arah pintu kamarnya. Sebuah suara yang ia tunggu sedari tadi akhirnya datang. Sedikit kesal, tapi setidaknya Sean datang.

"Sean...."

Suara Betzy itu tampak seperti orang yang hendak pecah tangisnya. Seperti gelas yang ada di ujung meja yang akan pecah jika disentil sekali saja. Cepat-cepat Sean memeluk gadis itu dan dengan cepat pula Betzy mengeratkan pelukkannya. Benar saja, tangisnya seketika pecah. Lebih deras dari sebelumnya. Menangis di dalam pelukkan Sean seperti ini lebih menenangkan daripada apapun. Cukup dengan memeluk laki-laki itu dan menangis, entah kenapa Betzy akan merasa lega seketika.

Sementara itu, Sean mengusap rambut Betzy perlahan. Tak sepatah katapun terucap dari bibirnya. Tak apa hoodienya ini basah oleh air mata Betzy, setidaknya gadis itu akan merasa baikkan.

"Sean, Alvaro jahat!" rengek Betzy sambil sesekali sesenggukan.

Sean hanya mengusap rambut Betzy perlahan sambil menepuk punggung gadis itu sesekali.

"Sean, ALVARO JAHAT!" Suara Betzy menjadi lebih nyaring kali ini.

"Enggak apa-apa, Bet," Sean akhirnya bersuara. "Ada gue di sini."

"Sean--"

Kalimat Betzy itu segera berhenti ketika ia merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh keningnya. Sean mencium keningnya. Tangan Betzy meremas hoodie Sean. Getaran apa ini, ujung jarinyapun bisa merasakannya. Lidah Betzy mendadak kelu seketika. Setelah mencium kening Betzy selama beberapa detik, Sean mengeratkan pelukkannya lagi.

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang