Lemon Tea #14

2.6K 321 18
                                    

"What if we rewrite the stars? Say you were made to be mine."—Rewrite the Stars, Zac Efron ft. Zendaya

🍋🍋🍋

Entah sudah berapa kali gadis berkucir dua itu mengirimkan pesan kepada Sean. Sudah sejak kemarin dan bahkan Sean tidak membacanya. Sudah seharian ini, Betzy menyembunyikan matanya yang sembab itu di balik kaca mata hitam. Dia sering melihat Sean di sekolah dan Betzy tahu Sean juga menyadari kehadirannya tapi entah kenapa laki-laki yang kini duduk beberapa meja di hadapannya tidak menyapa.

Jemari gadis itu menggerakkan sedotan yang ada di dalam gelas es jeruknya. Matanya menatap Sean kesal, berulang kali mereka berkontak mata tetapi Sean mencoba menghindar. Bibir gadis itu menyesap es jerusnya dengan kesal hingga tak bersisa. Hingga akhirnya ia tidak tahan dan berjalan menghampiri meja Sean.

"Yan, ikut gue," ajak Betzy seraya menarik tangan Sean yang tadinya ada di atas meja.

"Ada masalah rumah tangga sepertinya, Bung," celetuk Zevran yang segera menutup mulutnya setelah mendapat tatapan tajam dari Sean.

"Udah urusin dulu bini lo," sahut Bintang dengan santai sambil mencomot keripik singkong pedas yang ada di tangan Marven.

"Dia bukan bini gue," bela Sean sambil menatap teman-temannya kesal. "Dasar teman biadab!"

"Udah sono, gue enggak mau jadi korban KDRT." Marven sambil mengunyah keripik singkongnya, sementara Vendra menatap Sean dari sudut matanya.

Tak mau menjadi bahan bulan-bulanan teman-temannya, Sean menurut dan memilih pergi bersama Betzy. Tidak, Sean tidak marah karena penolakan Betzy beberapa hari yang lalu. Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

"Yan, lo kenapa sih?" tanya Betzy to the point sambil menatap laki-laki yang tersenyum miris itu. "Gue SMS enggak dibales, gue chat enggak diread, gue telpon enggak diangkat."

Sean memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tersenyum kecut mendengar kalimat Betzy barusan. "Kenapa?"

"Huh?" Betzy menatap Sean cengo karena laki-laki itu justru membalas pertanyaannya dengan pertanyaan.

"Kenapa lo tiba-tiba gini, Sar? Gue biasanya nge-chat lo dan nggak lo read biasa aja?"

"Tapi biasanya lo enggak gitu," Betzy menjadi murung. Dia menekuk bibirnya ke bawah sambil menatap Sean nanar.

"Waktu lo lagi sama Alvaro, lo lakuin itu ke gue," Sean berucap lagi. Dia tidak ingin terpengaruh oleh tatapan Betzy itu, walaupun hatinya sebenarnya tergerak untuk memeluknya. "Lo bilang gue lebih baik sama Nadine, jadi gue lakuin itu."

"Yan, gue butuh cerita sama lo."

"Oke, cepet ngomong," Sean menegakkan tubuhnya menatap Betzy dengan wajah datarnya. Membuat gadis itu menjadi semakin murung.

"Alvaro itu... kakak tiri gue," lirih Betzy. Bibirnya gemetar. Dia mengepalkan tangannya di samping tubuh. Gadis itu menundukkan kepalanya. Menatap sepatu putihnya yang sudah kusam dan tali sepatunya yang ia biarkan lepas itu.

Alvaro adalah kakak tiri Betzy? Sean memalingkan wajahnya ke arah lain. Orang yang selama ini menyakiti teh celupnya itu adalah kakak tiri Betzy. Sean mengulurkan tangannya. Hendak merengkuh Betzy ke dalam pelukkannya tetapi laki-laki pecinta musik dan fotografi itu mengurungkan niatnya. Sean menarik tangannya kembali. Hanya menatap Betzy yang mulai menangis dan sesengukan itu.

Sementara gadis itu membiarkan air matanya perlahan jatuh. Berharap Sean akan datang menghampirinya dan memeluknya dengan hangat. Seperti yang selalu laki-laki itu lakukan ketika Betzy sedang dalam masalah. Namun nyatanya, sepatu berwarna hijau-biru itu tak kunjung mendekat.

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang