Lemon Tea #18

2.7K 302 16
                                    

"Every single moment will be fading into you. That's some type of love."—Some Types of Love, Charlie Puth.

🍋🍋🍋  

Sambil memasukkan tangannya ke dalam saku, laki-laki itu terus mengikuti langkah Betzy di sepanjang trotoar tapi sepertinya gadis itu tidak menyadarinya. Untuk saat ini, Sean hanya ingin menjaga gadis itu, dari jauh. Untuk sementara. Dia hanya ingin memastikan kalau apa yang dikatakan gadis yang kini rambutnya diikat asal itu benar, bukan dirinya yang salah dengar.

Sejak tadi Betzy sibuk dengan layar ponselnya. Mengabaikan lingkungan sekitar dan hanya fokus pada artikel-artikel yang bermunculan di halaman pencariannya. Terlalu banyak artikel tentang ayahnya dan ibu tirinya kini. Terlalu banyak gosip dan itu membuat Betzy risi. Dia bahkan sampai menggembok akun instagramnya karena banyak orang mengirim DM ataupun mengomentari setiap foto yang ia post di sana semenjak Ana mengupload foto bersama dan menandai akunnya.

"Hai, Bet-say," panggil seorang pelajar dengan seragam yang sama dari atas motornya. Suara yang membuat langkah Betzy terhenti seketika begitu pula jantungnya yang serasa berhenti. Dia merasa ada yang aneh dari dua kata itu. Bukan, bukan kata 'hai', tapi kata yang kedua. Bet-say? tanya gadis itu di dalam hatinya.

Mata Betzy yang tadi nenatap layar ponselnya kini beralih menatap orang yang tadi memanggilnya. Memastikan bahwa orang itu benar-benar orang yang ada di benaknya sekarang. "Ya?"

Laki-laki yang kini mengenakan jaket bomber itu menatap Betzy dengan hangat. Dugaan gadis itu tidak salah. Orang yang memanggilnya tadi, benar-benar Alvaro. Bet-say, entah kenapa hati gadis itu rasanya bergejolak. Apa namanya, Betzy tidak tahu.

Alvaro tersenyum hangat. "Bareng aku aja yuk?"

"Tapi kan rumah kita beda," jawab Betzy sekaligus memberikan alasan untuk menolak.

"Aku mau ajak kamu ke rumah lama," jelas Alvaro tanpa melepaskan senyum di wajahnya. "Aku mau kasih tahu kamu sesuatu."

Betzy berdiam diri sejenak, dia mengusap tengkuknya ragu. Jika dia ikut bersama Alvaro, laki-laki itu mungkin akan membuatnya teringat masa lalu. Membuatnya ingin kembali lagi padahal dia sudah berusaha melupakan semuanya.

"Kalo mau ngomong, kenapa enggak di sini aja sekalian?"

"Terlalu banyak yang mau aku omongin, sayang."

Hening.

Mereka berdua sama-sama membeku di tempatnya. Melihat adegan Betzy dan Alvaro membuat Sean menghentikan langkahnya perlahan. Samar-samar laki-laki yang berjarak sekitar dua meter itu juga bisa mendengar, apa kata terakhir yang Alvaro ucapkan tadi. Suasana kembali menjadi canggung, hingga Alvaro menyadari kesalahannya.

"Ah maaf, Bet," ujar Alvaro sambil mengusap tengkuknya.

Betzy tersenyum canggung sambil mengusap-usap layar ponslenya yang sudah berubah menjadi hitam itu. "Iya enggak apa-apa, Kak."

"Jadi kamu mau ikut nggak, Bet....say?"

Betzy pun mengangguk, dengan kaku.

Alvaro kemudian memberikan sebuah helm pada gadis itu. Betzy pergi bersama Alvaro. Mungkin mereka pulang bersama menuju rumahnya tetapi jika dilihat lebih seksama lagi, tangan Betzy jelas-jelas memeluk pinggang Alvaro. Laki-laki bertas biru tua itu membuang napasnya asal. Sayang? Sepertinya dia salah dengar kemarin.

Alvaro dan Betzy.

Selalu saja begitu, membuat hatinya menjadi ngilu.

🍋🍋🍋

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang